Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Visualisasi Sejarah Perjuangan Bagindo Azizchan melalui Drama Musikal
30 Oktober 2021 20:55 WIB
Tulisan dari Eko Budi Saputro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Drama merupakan salah satu karya sastra berbentuk dialog yang dipentaskan. Drama sering kali dijadikan alat untuk menyampaikan informasi ataupun kritik di atas pentas. Drama juga bisa dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan kisah sejarah. Menurut saya, menampilkan kisah sejarah melalui drama merupakan cara yang efektif, karena seseorang biasanya lebih suka menonton dari pada membaca. Melalui penampilan sebuah drama, setiap kisah perjuangan dari seorang tokoh, saya rasa, akan disimak dengan baik oleh penonton.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk drama, ialah musikal. Bentuk drama musikal adalah bentuk drama yang dialognya disajikan dalam bentuk nyanyian. Dalam pementasannya, drama musikal ini diiringi dengan musik. Seperti drama musikal yang akan saya bahas dalam artikel ini, ialah drama musikal yang berjudul Bagindo Azizchan yang digarap oleh Teater Keliling. Teater Keliling berharap, melalui drama musikal Bagindo Azizchan ini penonton dapat menyaksikan bagaimana perjuangan seorang pahlawan (Bagindo Azizchan) dalam memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia.
Sejarah Singkat Bagindo Azizchan
Bagi masyarakat di luar kota Padang, mungkin sudah tidak asing lagi ketika mendengar nama Bagindo Aziz Chan atau yang biasa disebut Bagindo Azizchan. Ia merupakan salah satu tokoh pahlawan nasional yang berasal dari kota Padang, Sumatera Barat. Bagindo Azizchan dikenal melalui perjuangan dan pengorbanannya dalam menghadapi para penjajah demi memperjuangkan kemerdekaan. Bagindo Azizchan lahir di Kampung Alang Laweh, Padang pada 30 September 1910. Ia sempat mengenyam pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Padang, MULO di Surabaya dan terakhir, AMS di Batavia. Ia juga menempuh pendidikan di perguruan tinggi di RHS yang terletak di Batavia.
ADVERTISEMENT
Ia merupakan walikota Padang kedua pada tahun 1946 menggantikan Mr. Abubakar Jaar yang dipindahtugaskan menjadi residen di Sumatera Barat. Pada masa jabatannya, ia juga harus berhadapan dengan para penjajah yang waktu itu masih berkeinginan untuk menjajah, khususnya di kota Padang. Pasukan penjajah juga berupaya dengan berbagai cara agar Bagindo Azizchan dapat tunduk kepada Belanda. Namun, apa yang ia lakukan justru berlawanan dan tetap melakukan perlawanan dengan berbagai cara, salah satunya adalah menulis surat kabar dan juga melalui pendidikan. Ia banyak menulis berbagai bentuk kritikan terhadap Belanda. Ia juga menjadi pelopor untuk mendirikan kantor surat kabar yang bernama Republik Indonesia Jaya.
Perjuangan Bagindo Azizchan harus terhenti pada tahun 1947 karena ia dinyatakan gugur akibat perlawanannya terhadap Belanda. Jenazahnya disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Bahagia di Bukittinggi, Padang. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, ia pun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Kep.pres No. 82/TK/2005.
ADVERTISEMENT
Pandangan Pendiri Teater Keliling
Rudolf Puspa dan Dery Syrna sebagai pendiri Teater Keliling memberikan pandangan bahwa pahlawan adalah tokoh yang berani, bertekad kuat dalam menghadapi para penjajah, dan rela berkorban demi mendapatkan sebuah pengakuan kemerdekaan. Menghargai pahlawan adalah salah satu bentuk pandangan bahwa sebuah negara dapat dikatakan maju. Karena tanpa adanya pengorbanan seorang pahlawan, tidak akan dapat berdiri sebuah negara yang merdeka. Melalui proyek drama musikal yang mengangkat sebuah kisah tokoh Bagindo Azizchan ini, Teater Keliling berusaha menampilkan bagaimana bentuk perjuangan salah satu pahlawan nasional yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia.
Alasan diangkatnya kisah Bagindo Azizchan ini sebagai drama musikal, karena pengaruhnya dalam bidang pendidikan, karya-karya tulisnya dalam memperjuangkan hak-hak kemerdekaan pada masa itu, dan ia juga merupakan sosok pemuda yang cerdas, cinta tanah air, dan tentunya sosok yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di Indonesia. Alasan tersebut juga Teater Keliling upayakan agar kaum generasi muda dapat mencontoh dan sadar bahwa untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan tidaklah mudah. Mendapatkan dokumentasi mengenai sejarah Bagindo Azizchan bukanlah hal yang mudah, namun berbagai upaya terus dilakukan agar dapat menyajikan sebuah sejarah perjuangan tokoh kemerdekaan melalui drama musikal yang sedang digarap kali ini dan akan segera ditayangkan secara perdana.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Visualisasinya?
Melalui potongan-potongan video singkat dan juga pengalaman ketika ikut bermain peran bersama para pemeran yang lain dalam drama musikal Bagindo Azizchan ini, saya sadar bahwa betapa gigihnya Bagindo Azizchan dalam memperjuangkan kemerdekaan, bagaimana bentuk pengorbanan Azizchan tersebut dalam melawan penjajah demi mendapatkan hak kemerdekaan bagi seluruh rakyat di Indonesia. Visualisasinya dapat saya rasakan ketika melihat bagaimana para pemeran ketika memerankan tokoh-tokoh, khususnya tokoh Bagindo Azizchan. Melalui pemeranan tersebut, saya dapat menilai bagaimana bentuk-bentuk perjuangan Bagindo Azizchan yang sejak muda sudah menunjukkan rasa nasionalismenya.
Bagindo Azizchan aktif di berbagai organisasi dan giat dalam menuntut ilmu, serta berkontribusi menjadi pendidik agar dapat menghasilkan para generasi penerus bangsa yang tidak buta akan huruf. Ia melakukan berbagai upaya dengan hati yang tulus dan ikhlas bahkan rela mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya di kota kelahirannya, Padang. Melalui artikel ini, saya berharap kepada pembaca agar dapat menyaksikan drama musikal Bagindo Azizchan. Mengingat bahwa drama musikal tersebut kaya akan kisah sejarah. Hal ini tentunya akan menambah wawasan penonton. Drama musikal ini rencananya akan tayang perdana pada bulan November 2021 mendatang.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Mirnawati. Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap. Depok: CIF (Penebar Swadaya Grup). 2012.
Riantiarno, N. KITAB TEATER Tanya Jawab Seputar Seni pertunjukan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 2011.