Konten dari Pengguna

Kilas Rasa: Belajar dari Masa Lalu untuk Tumbuh Lebih Baik

Elisabet hana Kartika lana
Lana adalah lulusan Sarjana di Universitas Pamulang, Tangerang Selatan. Menulis adalah caraku mengekspresikan rasa dan berbagi cerita.
11 Desember 2024 15:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elisabet hana Kartika lana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi.
ADVERTISEMENT
Setiap dari kita memiliki masa lalu yang berwarna. Ada kenangan yang menggembirakan, tetapi tidak sedikit yang penuh dengan luka dan rasa yang mendalam. Sering kali, sifat mudah tersinggung dan perasa dianggap sebagai kelemahan, sebuah ciri yang dipandang remeh oleh sebagian orang. Namun, benarkah sifat itu sepenuhnya buruk?
ADVERTISEMENT
Masa Lalu: Sumber Pembelajaran
Masa lalu tidak selalu menjadi beban. Ia adalah guru yang diam-diam mengajarkan kita tentang diri sendiri. Orang yang cenderung perasa mungkin lebih sering merasakan sakit akibat omongan atau perlakuan orang lain. Tetapi dari rasa sakit itu, mereka belajar memahami lebih dalam makna empati, introspeksi, dan bahkan batas-batas toleransi.
Masa lalu, seberapa pahit pun itu, adalah ruang refleksi. Namun, menjadikan masa lalu sebagai alasan untuk terjebak dalam rasa tidak berdaya hanya akan memperlambat langkah ke depan. Justru, dengan mengenali kekurangan dan kelemahan diri, kita dapat menciptakan pijakan baru untuk bangkit.
Bangkit dan Mencari Lingkungan yang Mendukung
Seseorang dengan sifat perasa tidak perlu terus-menerus menyalahkan diri sendiri. Terkadang, akar dari rasa tersinggung atau rapuh justru muncul dari lingkungan yang tidak sehat. Lingkungan yang penuh kritik tanpa empati, cemooh, atau tekanan sosial dapat membentuk pribadi yang terlalu peka.
ADVERTISEMENT
Namun, kabar baiknya adalah lingkungan dapat diubah. Saat seseorang mulai menyadari bahwa ia berhak mendapatkan ruang yang mendukung pertumbuhannya, pencarian terhadap lingkungan baru yang lebih baik pun dimulai. Lingkungan yang sehat tidak hanya memberi rasa aman, tetapi juga membuka jalan bagi seseorang untuk mengeksplorasi potensinya tanpa takut dihakimi.
Kilas Rasa: Kekuatan Baru
Bagi mereka yang pernah dipandang remeh karena sifat perasa, ingatlah bahwa ini bukanlah kelemahan. Sebaliknya, sensitivitas itu bisa menjadi kekuatan. Sifat ini membantu seseorang untuk lebih peka terhadap orang lain, membangun hubungan yang lebih mendalam, dan bahkan memunculkan kreativitas dalam berbagai bidang.
Kuncinya adalah keseimbangan. Saat seseorang berhasil mengolah perasaan yang dulu menjadi beban menjadi bahan bakar untuk bertumbuh, ia telah menciptakan kekuatan baru. Kilas rasa itu, meski berasal dari luka, menjadi pijakan untuk melompat lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Masa Depan Adalah Pilihan
Masa lalu mungkin pernah melukai, tetapi masa depan adalah cerita yang masih kosong. Pilihan untuk melanjutkan hidup dengan kekuatan baru ada di tangan kita. Jadi, tidak apa-apa untuk melihat masa lalu, bahkan memahaminya. Tetapi jangan biarkan ia mendikte jalan kita ke depan.
Elisabet Hana Kartika Lana, S.S berkata:
Bangkitlah, cari lingkungan yang mendukung, dan jadilah versi terbaik dari dirimu. Karena setiap rasa, termasuk yang pernah menyakitimu, adalah bagian dari perjalanan yang membentukmu hari ini.