Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perilaku Agresif: Ketika Kita Menyakiti Orang Lain
18 April 2023 8:16 WIB
Tulisan dari Elis Lailia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai makhluk sosial, manusia saling mencintai, saling menyayangi. Tapi dalam berbagai situasi, manusia juga saling melukai. Sifat agresif pada manusia mewakili apa pun bentuk perilaku yang dirasa dapat menyakiti atau merugikan orang lain. Menurut Baron dalam (Ferdiansa & S, 2020), agresif ialah perilaku-perilaku seperti siksaan mengintimidasi dalam berbagi bentuk kekerasan, yang secara sengaja ditujukan oleh seseorang kepada orang lain.
ADVERTISEMENT
Tak dapat dipungkiri juga bahwa masyarakat telah melihat begitu banyak perilaku agresif. Terdapat peningkatan insiden agresi/kekerasan di kalangan remaja yang masyarakat telah lihat belakangan ini. Kekerasan ini terbagi menjadi 1) agresif fisik yang meliputi menampar, menjambak, memukul, pemerkosaan. 2) Agresif verbal, di mana pelaku cenderung melukai korban melalui kata-kata seperti mengolok-olok, mengejek, mengancam, memarahi, memaki. 3) Marah, ialah respon awal sebelum terjadinya perilaku agresif. 4) Bermusuhan (Ferdiansa & S, 2020). Menurut (Sharma & Marimuthu, 2014), 18,6% perempuan berusia 12-17 tahun bertengkar serius di sekolah atau tempat kerja, 14,1% turut bergabung dalam pertengkaran berkelompok, dan 5,7% menyakiti orang lain dengan niat serius menyakiti mereka. Ih, serem banget 'kan? Tetapi, sifat agresif ini muncul dengan sendirinya? Atau ada hal yang mempengaruhi seseorang hingga sifat ini muncul? Yuk simak penjelasannya!
ADVERTISEMENT
Menurut (Ferdiansa & S, 2020), penyebab seseorang bersifat agresif dapat dibagi menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi segala sesuatu yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti keadaan biologis dan psikologis. Sementara faktor eksternal berhubungan dengan sesuatu yang berada di luar diri, seperti pengaruh lingkungan.
Faktor Internal Mempengaruhi Sifat Agresif
Banyak faktor psikologis yang menyebabkan seseorang bersifat agresif di keadaan tertentu. Beberapa orang akan mencari-cari pembenaran diri supaya mereka secara psikologis mudah menyakiti orang lain. Seseorang mungkin akan menyalahkan korban karena mereka melakukan kesalahan atau meyakinkan diri mereka sendiri bahwa korban layak mendapatkan hal tersebut (Passer & Smith, 2010). Hal ini didukung dengan penelitian (Fitrianisa, 2018) yang menyatakan faktor psikologis yang dapat menimbulkan perilaku agresif yang utama ialah insting yang berasal dari dalam diri. Seseorang yang melakukan Tindakan agresif ini mengaku bahwa mereka telah terbiasa melakukan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain karena psikologis, dalam sudut pandang biologis, perilaku agresif dapat disebabkan karena meningkatnya hormon testosteron. Tetapi hasil dari studi ini tidak konsisten. Pada laki-laki, peningkatan hormon ini memang menyebabkan perilaku agresif. Namun hal ini tidak ditemukan pada perempuan. Nyatanya, peningkatan hormon saja tidak dapat memunculkan perilaku agresif secara langsung, melainkan harus ada stimulus dari luar pula (Susyanto, 2017).
Faktor Eksternal Mempengaruhi Perilaku Agresif
Lingkungan tempat tinggal, serta pengalaman masa lalu ialah salah satu alasan mengapa manusia bisa berperilaku agresif. Frustration, ialah hal-hal yang meningkatkan resiko agresi verbal dan non-verbal seperti suhu panas yang ekstrim, provokasi dari lingkungan, dan suasana yang ramai (Passer & Smith, 2010). Namun, hal-hal ini tak selalu membuat seseorang berperilaku agresif, karena manusia memiliki nilai moral dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan penelitian (Fitrianisa, 2018) yang menyatakan bahwa suhu yang panas ialah faktor yang membuat seseorang merasa lebih emosional sehingga mereka melakukan perilaku agresif untuk menyalurkan emosinya. (Fitrianisa, 2018) juga menyebutkan bahwa kebisingan dan kesesakan dan kegaduhan juga memacu seseorang berperilaku agresif.
ADVERTISEMENT
Perilaku agresif juga dipengaruhi dengan learning. Pada anak-anak dalam masa pra sekolah, mereka akan melakukan perilaku agresif ketika hal tersebut akan memberikan positive outcomes. Seperti ketika mereka berhasil memaksa anak lain untuk menyerahkan mainannya (Passer & Smith, 2010)
Regulasi Emosi untuk Mencegah Perilaku Agresif
Lantas, apa ada acara untuk mencegah seseorang berperilaku agresif? Kenyataannya, perilaku agresif masih menjadi fokus yang cukup besar terhadap para peneliti. Meskipun begitu, peran dari regulasi emosi sedikit banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku agresif, karena perilaku agresif dapat muncul ketika seseorang tak dapat mengendalikan amarahnya (Roberton et al., 2012).
(Wardah, 2020) juga mengatakan adanya kaitan erat antara regulasi emosi dan perilaku bullying, di mana bullying ini sendiri termasuk dalam perilaku agresif. Penelitian oleh (Thohar, 2018) mengenai regulasi emosi dan perilaku agresif juga membuktikan bahwa ketika seseorang memiliki regulasi emosi yang tinggi, maka kecenderungan mereka untuk berperilaku agresif akan semakin rendah. Regulasi emosi membuat seseorang dapat mengendalikan emosinya agar tetap stabil, meskipun awalnya seseorang kehilangan kontrol atas emosinya. Selain itu, seseorang dapat meredakan emosi, perilaku, reaksi tubuh, untuk mencegah dampak negatif dari perilaku agresif yang dapat muncul. Menurut (Roberton et al., 2012) ciri-ciri seseorang yang memiliki regulasi emosi yang baik ialah mereka yang dapat mengendalikan diri, memiliki hubungan yang baik dan peka terhadap orang lain, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki emosi positif yang lebih besar dari pada negatif, serta pantang menyerah.
ADVERTISEMENT
Demikian penjelasan mengenai perilaku agresif pada seseorang dan cara pencegahannya. Kita dapat menyimpulkan bahwa perilaku agresif disebabkan oleh faktor eksternal; suhu panas yang ekstrim, provokasi dari lingkungan, dan suasana yang ramai dan faktor internal; Kondisi biologis, serta psikologis. Regulasi emosi adalah salah satu cara untuk mencegah seseorang berperilaku agresif.
Reference
Ferdiansa, G., & S, N. (2020). Analisis perilaku agresif siswa. https://doi.org/10.29210/3003618000
Fitrianisa, A. (2018). Identifikasi faktor-faktor penyebab perilaku agresif siswa smk piri 3 yogyakarta.
Passer, M. W., & Smith, R. E. (2010). Psychology: the science of mind and behavior (M. Ryan, Ed.; 4th ed.). McGraw-Hill.
Roberton, T., Daffern, M., & Bucks, R. S. (2012). Emotion regulation and aggression. In Aggression and Violent Behavior (Vol. 17, Issue 1, pp. 72–82). https://doi.org/10.1016/j.avb.2011.09.006
ADVERTISEMENT
Sharma, M. K., & Marimuthu, P. (2014). Prevalence and psychosocial factors of aggression among youth. https://doi.org/10.4103/0253-7176.127249
Susyanto, B. (2017). Lingkungan dan perilaku agresif individu. Sosio Informa : Kajian Permasalahan Sosial Dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 3(1).
Thohar, S. F. (2018). Pengaruh mindfulness terhadap agresivitas melalui regulasi emosi pada warga binaan lembaga pembinaan khusus anak kelas 1 blitar. Journal of Psychology and Islamic Science.
Wardah, A. (2020). Keterbukaan diri dan regulasi emosi peserta didik smp korban bullying. Indonesian Journal of Learning Education and Counseling. https://doi.org/10.31960/ijolec.v2i2.410