Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menyukai Seni Tari Sejak Kecil
19 Juni 2022 11:04 WIB
Tulisan dari Elya Berliana Prastiti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Budaya merupakan istilah yang tidak asing lagi didengar oleh masyarakat. Indonesia memiliki beraneka ragam budaya yang ada di setiap daerah. Seni tari menjadi salah satu budaya Indonesia yang banyak ragamnya.
ADVERTISEMENT
Seni tari identik dengan gerakan tubuh. Setiap daerah memiliki gerakan yang berbeda-beda, karena banyaknya gerakan tari yang masyarakat ciptakan. Gerakan tari tersebut juga pastinya memiliki filosofi tersendiri.
Nabilla Kurnia Agustin, akrab disapa Kurnia. Perempuan kelahiran 13 Agustus 2002 yang sangat menyukai seni tari tradisional. Sejak kecil, dirinya sudah mulai menunjukkan bakat tari. Dia pun tertarik untuk mengenal dan mempelajari gerakan tari tradisional.
Berawal dari Taman Kanak-kanak (TK). Dia sering melihat tantenya yang seorang guru seni budaya, mengajar tari-tarian daerah. Saat itu pula dirinya mulai menyukai seni tari dan berlatih menari. Duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar (SD), Kurnia mulai menampilkan bakatnya dan mengikuti ekstrakurikuler tari di sekolah.
Mengikuti serta mewakili perlombaan antar sekolah, Kurnia menarikan tarian daerah asal Bekasi yaitu Tari Dodogeran. Lomba yang dia ikuti bersama teman-temannya berhasil memenangkan juara ketiga.
ADVERTISEMENT
Ketika memasuki Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Kurnia kembali mengikuti ekstrakurikuler tari. Dia rutin berlatih hampir setiap hari. Mengikuti beberapa lomba, salah satunya lomba tari tradisional kreasi yang berhasil memenangkan juara kedua dengan kategori Best Performance.
Pada tahun 2018, Kurnia bersama teman-temannya mengikuti festival tari yang diadakan setiap tahun bernama Indonesia Menari. Meskipun belum mendapat kesempatan untuk menang, tetapi bagi Kurnia menambah pengalaman menarinya.
Kurnia banyak mempelajari gerakan tari tradisional asal Betawi. Dia sangat menyukai salah satu tariannya yaitu Tari Ronggeng Blantek. Tarian tersebut dipelajarinya saat pertama kali belajar menari. Gerakan yang terbilang cukup sulit untuk dipelajari olehnya yang saat itu masih SD. Namun, baginya sangat menantang. Kurnia memang menyukai gerakan tari tradisional yang energik. Tari Ronggeng Blantek salah satunya.
ADVERTISEMENT
“Dulu waktu SD pasti diajarin tarian yang mudah-mudah dulu. Nah, Tari Ronggeng Blantek ini termasuk yang susah, cuma menantang buat gue. Dari segi gerakan dan kostum juga gue lebih suka,” ujarnya.
Tari Ronggeng Blantek merupakan jenis tari kreasi yang berasal dari pengembangan tari topeng. Tari Ronggeng Blantek pun muncul pada saat zaman Belanda. Tarian tersebut biasanya untuk menghibur dan ditampilkan pada acara pertunjukan teater rakyat. Penamaan Ronggeng Blantek berasal dari alat musik yang mengiringi terdengar bunyi "blang blang tek tek".
Selain Tari Ronggeng Blantek, dia juga sering menampilkan tari daerah asal Betawi, yakni Tari Lenggang Nyai. Biasanya tarian tersebut ditampilkannya sebagai sambutan untuk sebuah acara.
Tari Lenggang Nyai berasal dari kata “Lenggang” yang berarti lenggak-lenggok. Sedangkan kata “Nyai” diambil dari cerita rakyat Nyai Dasimah, tokoh perempuan asal Betawi. Tari Lenggang Nyai sendiri diciptakan oleh seniman asal Yogyakarta, Wiwik Widiastuti.
ADVERTISEMENT
Menari adalah sebuah hobi dan hiburan baginya. Semakin mengetahui gerakan baru, membuat Kurnia semakin tertarik mempelajari lebih dalam tentang tari tradisional. Alunan musik dengan ciri khas tradisional juga sering dia putar ketika sedang tidak menari. Mendengar alunan musik khas tersebut seperti penghilang stres baginya.
Saat ini, Kurnia sedang disibukkan dengan kegiatan kuliah dan bekerja. Tidak banyak waktu luang yang dimilikinya untuk berlatih menari secara rutin seperti saat dia masih SMK. Namun, bila ada waktu dan kesempatan, dia akan menampilkan kembali bakat menarinya.
(Elya Berliana Prastiti/Politeknik Negeri Jakarta)