Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dansa: Berawal dari Tradisi Perbatasan, Berakhir dengan Polemik
26 Oktober 2024 10:03 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Emris Yeverson Kaja Jade tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste memiliki banyak tradisi yang mengakar kuat dalam budaya mereka, salah satunya adalah dansa. Bagi mereka, dansa bukan hanya sebuah hiburan, melainkan media yang memiliki makna sosial dan budaya yang mendalam. Tradisi dansa di perbatasan ini telah lama menjadi simbol keakraban antar masyarakat, warisan budaya kolonial yang diadaptasi hingga menjadi identitas lokal yang kuat.
ADVERTISEMENT
Tradisi dansa di wilayah perbatasan, baik di Indonesia maupun Timor Leste, merupakan hasil dari pengaruh kolonialisme Portugis dan Belanda. Di masa penjajahan, para koloni memperkenalkan berbagai bentuk kesenian Eropa, salah satunya adalah dansa yang kerap diiringi musik waltz. Seiring waktu, tarian ini diadopsi oleh masyarakat setempat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial mereka. Dansa bukan hanya dipandang sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana interaksi yang mendalam.
Menurut Parlin Pakphan dalam salah satu artikelnya, dansa di wilayah perbatasan memiliki fungsi sebagai media komunikasi. Ketika kata-kata tidak lagi mampu mengungkapkan rasa, gerakan-gerakan dalam dansa mengambil alih peran tersebut. Melalui irama dan gerakan, dansa menjadi bahasa universal yang mampu menyatukan berbagai kelompok masyarakat, bahkan melintasi batas negara.
ADVERTISEMENT
Simbol Budaya Menurut Ernst Cassirer
Filsuf Jerman, Ernst Cassirer, dalam teori simbolisme budayanya menyatakan bahwa untuk memahami kehidupan suatu masyarakat, kita perlu melihat simbol-simbol budaya yang mereka kembangkan. Dansa, dalam pandangan Cassirer, bukan sekadar gerakan tubuh, tetapi merupakan simbol kebudayaan yang mendalam. Dansa mencerminkan cara hidup, nilai-nilai, dan hubungan sosial dalam masyarakat tertentu.
Fredy Suni, dalam tulisannya, mendalami pandangan Cassirer ini dalam konteks dansa di perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Ia menyebutkan bahwa dansa memiliki peran sebagai simbol kebudayaan yang tidak hanya mempersatukan masyarakat, tetapi juga menciptakan momentum penting dalam perayaan sukacita seperti pernikahan dan acara adat. Melalui dansa, masyarakat menciptakan kenangan yang melekat dan menjadi pengingat kebersamaan yang terjalin dalam peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
Perkembangan Dansa di Era Modern
Meskipun dansa tradisional seperti Tebe dan Likurai masih dihormati, dalam beberapa dekade terakhir, anak-anak muda di wilayah perbatasan lebih tertarik pada bentuk dansa modern yang terpengaruh oleh tren global. Jika dahulu dansa diiringi dengan alunan lembut musik waltz, sekarang banyak variasi tarian baru yang muncul, salah satunya adalah dansa Kizomba.
Kizomba, sebuah tarian yang berasal dari Angola dan berkembang di Eropa, telah menjadi populer di kalangan anak muda di perbatasan. Tarian ini dikenal dengan gerakan yang lambat, sensual, dan cenderung erotis. Banyak pemuda di wilayah perbatasan lebih memilih Kizomba daripada tarian tradisional, yang bagi mereka mungkin terasa kurang relevan dengan gaya hidup modern. Namun, dengan munculnya Kizomba, banyak pihak yang mulai mempertanyakan peran dansa dalam budaya masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sisi Gelap Dansa Kizomba
Kizomba, meskipun digemari, tidak luput dari kontroversi. Tokoh agama dan masyarakat di perbatasan sering mengkritik tarian ini karena gerakan-gerakannya yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya Timur yang menjunjung tinggi kesopanan dan moralitas. Pola pergerakan dalam dansa Kizomba sering kali melibatkan kontak fisik yang sangat dekat, seperti menempelkan bagian tubuh dan gerakan yang mengarah pada erotisme. Beberapa bahkan berpendapat bahwa dalam beberapa gerakan Kizomba, tarian tersebut menyerupai perlakuan yang tidak pantas terhadap pasangan dansa.
Menurut para tokoh masyarakat, tarian ini telah jauh menyimpang dari nilai-nilai budaya lokal yang menghormati etika dan moralitas. Mereka melihat bahwa meskipun dansa pada dasarnya merupakan media untuk menghangatkan keakraban, Kizomba justru dianggap merusak moral dan nilai-nilai yang telah dipelihara selama bertahun-tahun. Dansa, yang sejatinya adalah pengikat dan pemersatu antar masyarakat, mulai mengalami pergeseran fungsi menjadi pertunjukan yang dipandang negatif oleh banyak pihak.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, Dansa adalah seni yang lebih dari sekadar hiburan di wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Ia adalah simbol keakraban, pemersatu, dan pencipta momentum dalam setiap perayaan. Meskipun tarian seperti Kizomba memunculkan kontroversi karena gerakannya yang dinilai erotis, penting bagi masyarakat untuk tetap memegang nilai-nilai budaya yang telah diwariskan. Dalam menghadapi tantangan modernisasi, dansa harus tetap dipertahankan sebagai aset budaya, sekaligus diadaptasi dengan bijak agar tidak kehilangan maknanya.
Emris Yeverson Kaja Jade, Pemeriksa Keimigrasian di perbatasan Indonesia dan Timor Leste.