Konten dari Pengguna

Transformasi Sastra Digital, Dari Pantun Hingga Rap

Enrico Otto
Mahasiswa Universitas Airlangga
15 Desember 2024 1:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Enrico Otto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sastra merupakan salah satu bagian penting di dalam kehidupan manusia, banyak sekali unsur sastra yang merefleksikan kehidupan di setiap zamannya. Sastra tradisional yang cukup populer yang berasal dari Bumi Nusantara adalah pantun. Sebuah karya seni yang menggunakan rima sebagai senjata utama dalam membangun keindahan. Sekarang, era sudah berkembang dengan sangat cepat dan teknologi memiliki andil besar dalam transformasi. Salah satu bentuk tradisi berima baru adalah rap, yang mempersembahkan pergabungan antara seni tradisional dan modern.
Sumber: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Freepik.com
Pantun sebetulnya adalah sebuah pulisi lisan yang berasal dari budaya melayu. Struktur dari seni lisan ini terdiri dari sampiran dan isi. Pantun mampu menyajikan pesan moral, nasihat, dan hiburan. Pola rima pantun ini bisa dibilang unik, karena selalu berpasangan dengan rima (a-b-a-b) hal inilah yang membuat pantun mudah diingat dan dimaknai. Kemampuan pantun dalam memberikan gagasan dan ketegasan dalam bahasa yang puitis dan berima memperlihatkan kedekatannya dengan lirik rap, padahal keduanya hadir dari dua budaya yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Rap adalah sebuah budaya yang berasal dari Amerika Serikat yang menjadi bagian dari budaya hip-hop, adalah sebuah bentuk ekspresi musik yang menggabungkan ritme, rima, dan permainan kata yang indah. Seringkali lirik rap menjadi sebuah media untuk menyuarakan isu-isu sosial, politik, dan identitas pribadi. Rap memiliki gagasan yang sama dengan pantun yaitu, kemampuan bermain dengan kata, bahasa, dan pesan secara berima. Di negara ini, musisi rap mengadaptasikan budaya yang hadir di sekitarnya dan dijadikan sebagai rima yang unik. Mereka sering menggunakan bahasa daerah, memasukan elemen lokal, atau mengambil contoh dari bentuk kesenian lain seperti pantun.
Beberapa contoh menarik adalah karya rapper Indonesia yang memasukkan elemen pantun ke dalam liirik mereka. Struktur rima yang mengalir, gaya modern yang energik, disajikan di beberapa lagu berikut. Mereka menunjukkan bahwa tradisi bahasa melayu masih bisa dihadirkan di dalam konteks yang baru. Rapper seperti Basboi, K3bi dan Iwa-K mempopulerkan identitas lokal melalui pilihan kata dan cerita yang relate dengan audience Indonesia.
ADVERTISEMENT
Transformasi ini menunjukkan seni dapat berekembang dan berevolusi mengikuti perkembangan zaman. Dalam era digital seperti sekarang, akses terhadap karya sastra dan musik jadi jauh lebih mudah. Beberapa platform seperti YouTube dan Spotify mempermudah jangkauan musisi untuk mengambil audiens yang lebih luas, sekaligus membuka ruang untuk menunjukkan budaya ke mancanegara. Ini memperkuat pentingnya menjaga keseimbangan antara menghormati tradisi dan menciptakan inovasi baru.
Sumber: Freepik.com
Namun, meskipun rap dan pantun memiliki banyak kesamaan, dua-duanya masih memiliki perbedaan yang mendasar. Pantun memiliki struktur yang jauh lebih ketat dan lugas, sedangkan rap menjadi media yang lebih bebas untuk mengekspresikan sesuai dengan gaya dan karakteristik pribadi. Meski demikian, keduanya teteap membuktikan bahwa seni berbahasa dalah sebuah alat yang sangat kuat untuk menyampaikan pesan dan membangun koneksi sesama manusia.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, dari pantun ke rap, kita bisa melihat bahwa permainan kata dan rima masih bisa relevan hingga saat ini. Evolusi ini bukan hanya adaptasi budaya biasa, karena juga bisa menjadi sebuah cerminan dari masyarakat yang terus berubah. Seni kata, dari pantun hingga rap, akan selalu jadi cerminan para pegiat seni dan kehidupan yang sedang terjadi saat ini.