Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Stop Bersikap Overprotective pada Anak
3 Desember 2022 11:02 WIB
Tulisan dari Eriko Indrawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua percaya bahwa perlindungan yang berlebihan dapat membesarkan anak dan menjadikan mereka orang hebat. Namun apakah cara ini cocok atau dapat berdampak negatif pada jiwa anak? Menurut jurnal yang diterbitkan oleh Cambridge universitas Press, anak yang dibesarkan oleh orang tua yang protektif akan tumbuh menjadi pribadi yang sekecil hati, takut mengambil risiko, tidak percaya diri dan tidak punya inisiatif.
ADVERTISEMENT
Overprotective adalah pola asuh yang terlalu melindungi anak. Biasanya dilakukan oleh orang tua yang terlalu khawatir dengan risiko dan bahaya yang dihadapi anaknya. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini terobsesi dengan keamanan fisik anak-anaknya, meskipun mereka tinggal dilingkungan yang relatif aman. Tingkat perlindungan jauh melampaui tingkat di bawah risiko. Kesimpulan yang penulis dapat dari artikel yang dikeluarkan Halodoc yang berjudul Orang Tua Overprotektif Bisa Sebabkan Gangguan Jiwa Pada Anak? mengatakan bahwa;
Ciri-ciri Overprotective pada Orang Tua
1. Mengontrol Pilihan Anak
Ketika orang tua terus-menerus membuat keputusan, besar dan kecil, untuk anaknya tanpa membiarkan mereka memutuskan sendiri, itu bisa menunjukkan orang tua yang terlalu protektif. Jika anak ingin mencoba sesuatu yang baru, orang tua yang terlalu protektif mungkin masih menuntut apa yang anda inginkan, menolak keinginan anak, menunjukkan ketidakpercayaan, dan menganggap anda lebih tahu.
ADVERTISEMENT
2. Melindungi Anak dari Kegagalan
Orang tua tidak bisa menahan dirinya untuk tidak membantu seorang anak dengan nilai yang buruk. Anak-anak sulit ketika orang tuanya memberi mereka kesempatan untuk bersemangat kembali. Namun, jika ruang ekspresi anak terbatas, maka tidak akan berkembang sampai anak belajar mengatasi kesalahannya.
3. Fokus pada Pencapaian Anak
Jika anda terlalu fokus pada pencapaian anak anda dan mencegah mereka meluangkan waktu untuk merayakan pencapaian dan menikmati saat-saat yang lebih sederhana, anda dan anak anda mungkin ketinggalan. Orang tua dapat menjadwalkan kelas dan mendaftarkan anak mereka di semua kegiatan, tetapi terlalu fokus pada akademik dan prestasi dapat merusak kesehatan mental dan emosional anak.
4. Anak Tidak diberikan Privasi
ADVERTISEMENT
Wajar jika ingin tahu apa yang dilakukan anak anda. Namun, jika hal ini memengaruhi privasi anak, anda orang tua yang protektif. Jika hal ini tidak segera berhenti, anda akan memberi kesan buruk pada anak bahwa anda tidak memercayai mereka.
5. Membebaskan Anak dari Tanggung Jawab
Orang tua yang terlalu protektif tidak membiarkan anaknya lelah atau mendapat masalah. Jika itu terjadi, mereka akan mengira mereka adalah orang tua yang buruk. Oleh karena itu, mereka tidak pernah memberikan tugas tanggung jawab kepada anak, membersihkan kamar dan mainannya sendiri atau mencuci piring. Padahal, tanggung jawab adalah pelajaran yang sangat penting dalam kemandirian masa kanak-kanak.
Dampak Pola Asuh Overprotective pada Anak
Berikut dampak buruk yang ditimbulkan dari sikap overprotective terhadap anak;
ADVERTISEMENT
1. Bergantung pada Orang Lain
Membuat anak bergantung pada orang lain dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini akibat dari orang tua yang selalu ikut campur dalam urusan anak dan selalu membantu anak ketika menemui kendala dan rintangan. Anak juga tidak memiliki cara untuk mencari solusi jalan keluar dan selalu berakhir bergantung pada orang tuanya.
2. Sering Berbohong
Orang tua yang protektif cenderung membatasi kebebasan anaknya. Anak-anak yang merasa dibatasi cenderung berbohong sepanjang waktu. Kebohongan yang dibuat hanya untuk melindunginya dari kemarahan orang tuanya.
3. Tidak Siapnya Anak Menghadapi Kehidupan
Efek dari pola asuh yang terlalu protektif dapat membuat anak tidak siap menghadapi hidup mereka. Ini karena anak-anak begitu terbiasa dengan orang tua yang membuat rencana dan menjelaskan kesalahan sehingga kesulitan kecil dan besar mungkin tidak dapat ditangani oleh anak.
ADVERTISEMENT
4. Anak Mudah Cemas
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kiri Clarke dari universitas of Reading di Inggris. Kecemasan orang tua terbukti berdampak signifikan terhadap kecemasan bahkan meningkatkan gejala kecemasan pada anaknya. Penelitian ini dilakukan pada 90 anak antara usia 7 dan 12 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 anak dengan gangguan kecemasan dipengaruhi oleh kecemasan yang berlebihan dari orang tuanya.
5. Ada Risiko Korban Bullying
Menurut sebuah psikolog dari universitas of Warwick, anak-anak yang dibesarkan dengan pendidikan yang salah lebih mungkin bully di sekolah. Pola asuh yang salah termasuk pola asuh yang acuh tak acuh atau bahkan overprotective . Selain memperbaiki pola asuh, psikolog juga menyarankan orang tua untuk menjalin komunikasi yang baik dengan anaknya agar terhindar dari bully di sekolah.
ADVERTISEMENT
Tak hanya berdampak pada perkembangan emosional dan kemandiriannya. Pola asuh yang overprotective juga telah dikaitkan dengan peningkatam risiko kondisi kesehatan tertentu pada anak. Journal of Allergy dan Clinical Immunology menyebutkan bahwa orang tua yang overprotektif, terutama dalam hal makanan, bisa meningkatkan risiko alergi makanan pada anak.
Cara Mengatasi Orang Tua yang Overprotective
Michael Ungar, ahli psikolog dari Dalhousie universitas Kanada, menyarankan agar orang tua memberikan tugas dan tanggung jawab sederhana kepada anak seiring pertambahan usia. Kemungkinan besar banyak orang tua yang terlalu protektif dan hanya ingin anaknya senang dengan prestasi atau kesuksesannya. Orang tua dapat belajar dari kesalahan masa lalu dan menyesuaikan pola asuh mereka dengan memberikan dukungan serta membangun hubungan yang lebih sehat dengan anak mereka. Berikut cara menghadapi orang tua yang terlalu protektif;
ADVERTISEMENT
1. Membiarkan Anak Mengekspresikan Dirinya
Jika anak sedang bereksperimen di lapangan, yang terbaik adalah membiarkannya terjadi dan biarkan efeknya mengikuti. Selama anak aman, orang tua bisa membiarkan alam memberikan pengalaman untuk anak.
2. Melakukan Diskusi Terbuka
Dengan mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan anak tanpa memandang usia mereka. Bersikaplah terbuka terhadap ide dan siap mendengarkan keinginan dan harapan anak meskipun berbeda dengan anda.
3. Berkonsultasi dengan seorang profesional
Jika mengalami masalah untuk terbebas dari cara yang berlebihan, sebaiknya cari bantuan profesional untuk membantu anda. Terapi bisa menjadi cara yang baik untuk menerapkan motivasi dan menemukan cara mendidik anak yang lebih baik.
4. Menunjukkan Rasa Tanggung Jawab
Kepercayaan orang tua terhadap anaknya sangat penting. Ini akan membuat anda lebih bertanggung jawab. Jika kepercayaan itu telah diberikan kepada anda, jangan sia-siakan kesempatan ini. Namun, jika orang tuamu masih protektif, mulailah menunjukkan tanggung jawabmu kepada orang tuamu.
ADVERTISEMENT
5. Jangan Takut untuk Skeptis dan Mempertanyakan Keinginan Orang Tua Anda
Bagi sebagian orang, berkomunikasi dalam hubungan orang tua dan anak pasti terasa canggung, jadi jangan ragu untuk mempertanyakan keinginan orang tua anda jika menurut anda ada baiknya menanyakannya ketika anda mulai memikirkan orang tua.
Nah, sudah paham kan apa itu overprotective? Penting untuk kita para orang tua tidak melindungi anaknya secara berlebihan dengan memberikan perlindungan dari gangguan bahaya fisik dan emosional. Orang tua harus bisa berpikir positif dan terbuka pada anak, karena pola asuh ini menciptakan keharmonisan pada anak. Orang tua diharapkan mendidik anaknya dengan baik agar terhindar dari akibat yang buruk.