Konten dari Pengguna

Kebahagiaan Sejati Itu Bisa Diraih Secara Sederhana

Ermy Eriyanthie
Mahasiswa Universitas Pamulang,Prodi Sastra Indonesia
4 Juli 2023 7:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ermy Eriyanthie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kebahagiaan Sejati itu Sederhana. Sumber: Dokumen Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kebahagiaan Sejati itu Sederhana. Sumber: Dokumen Pribadi.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan menjadi suatu hal yang mewah karena tentunya diidamkan oleh setiap manusia. Tapi, setiap manusia memiliki ukuran kebahagiaannya tersendiri dan justru banyak yang mengejar suatu hal yang mereka anggap sebagai sumber kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
Ada yang bahagia secara duniawi sehingga mengejar mati-matian harta, jabatan, kesenangan, atau hal-hal keduniawian lainnya. Namun, ada juga bahagia secara ukhrowi sehingga mengejar mati-matian spiritualitas dan religiusitas.
Namun permasalahannya, apakah kebahagiaan sejati itu terbatas kepada hal yang duniawi saja seperti harta, jabatan, kesenangan, dan lainnya? Atau terbatas pada hal yang gaib seperti nirwana, surga, dan lainnya? Sebenarnya apa hakikat kebahagiaan?
Kemudian juga, apakah ukuran kebahagiaan itu hanya sebatas pada hal-hal yang sifatnya duniawi dan ukhrowi saja? Atau ada hal-hal lain yang akan mempengaruhi kebahagiaan?
Memang pada dasarnya kembali lagi kepada konsep awal bahwa kebahagiaan tiap orang memiliki keterpengaruhan dan tujuan yang berbeda. Tapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap kebahagiaan muncul atas dasar pemenuhan keinginan. Keinginan inilah yang berkaitan dengan rasa senang dan rasa susah. Rasa senang inilah menjadi kebahagiaan yang dikejar, sedangkan rasa susah yang ditolak.
Ilustrasi Kebahagiaan. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Penjelajahan konsep kebahagiaan di pulau Jawa membawa kepada sebuah pemikiran dari tokoh psikologi Jawa yaitu Ki Ageng Suryomentaram. Suryomentaram ini memiliki konsep bahwa kebahagiaan adalah ketika dapat melepas dan mengawasi keinginan. Karena pada dasarnya keinginan bersifat mulur-mungkret.
ADVERTISEMENT
Jika keinginan itu tercapai, maka kebahagiaan akan didapat, tapi bersifat sementara dan keinginan itu akan mulur atau makin meninggi. Jika keinginan itu tidak tercapai, maka keinginan akan mungkret atau diturunkan sampai meraih kebahagiaan, tapi tetap bersifat sementara.
Jadi pada intinya, sebuah kebahagiaan memang sangat terpengaruh dari adanya keinginan. Sehingga tawaran konsep kebahagiaan dari Ki Ageng Suryomentaram ini adalah ketika jiwa telah mampu mengawasi keinginan dan melepas semua rasa yaitu senang dan susah.
Hingga kemudian terciptalah kebahagiaan yang hakiki, yaitu ketika menjalani kehidupan tenteram tanpa rasa yang berlebihan dan tidak menolak sesuatu mati-matian, serta tidak mengejar sesuatu secara mati-matian.
Maka dari itu, kebahagiaan yang hakiki adalah bagaimana kita menjalani hidup yang selaras dengan alam layaknya dalam konsep konfusius. Jika setiap orang berjalan di dunia ini sebagaimana mestinya, maka akan terjadi keteraturan dan seluruhnya akan meraih kebahagiaan yang hakiki hasil dari ketentraman tersebut.
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Meskipun demikian, kita tidak boleh menyalahkan orang lain, karena dalam konsep Stoisisme, untuk mencapai kebahagiaan kita harus sadar dua hal yaitu ada sesuatu yang bisa kita atur diri kita sendiri, dan ada yang tidak bisa kita atur yaitu pengaruh dari luar diri kita.
ADVERTISEMENT
Dari sini bisa disimpulkan bahwa, masih banyak orang yang sebenarnya hidup untuk mengejar kebahagiaan justru menjadi kurang bahagia karena tekanan-tekanan dari keinginannya. Untuk bahagia itu sangatlah sederhana, yaitu dengan melepas keinginan rasa senang dan susah.
Selain itu juga mengoptimalkan segala sesuatu hal yang bisa diusahakan dan tidak mudah menyalahi siapapun. Jangan mau terjebak oleh persepsi negatif yang dibuat sendiri. Biarlah semesta bergerak dengan apa adanya, tugas kita hanya berusaha menjalani kehidupan ini dengan baik dan positif.