Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perpustakaan Jalanan Aksara Bangsa
8 Juli 2022 13:16 WIB
Tulisan dari Erros Evani Hasan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seringkali kali kita mendengar gaungan-gaungan setiap merayakan hari atau yang berbau buku dan literasi, bahwa "minat baca Indonesia sangat rendah. Tentu ini bukanlah pembelaan yang mengada-ngada. Topik permasalahan minat baca ini cukup menjemukan. Padahal sebab utama permasalahan minat baca yang rendah ada dua, yakni sebab personal atau tidak adanya fasilitas membaca yang asik dan terjaungkau oleh jarak.
ADVERTISEMENT
Jadi, bisa saja terdapat anggota masyarakat yang sebenarnya haus akan membaca namun tidak memiliki akses atau fasilitas untuk melegakan dahaganya. Dari sebab institusional ini lahir perpustakaan jalanan. Perpustakaan jalanan secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat yang menyediakan buku yang berlokasi di pinggir jalan. Kegiatan dilakukan dengan membuka lapak beralaskan terpal kemudian menebar beberapa buku yang ada. Perpustakaan jalanan diinisiasi oleh sekelompok orang, baik independent maupun komunitas.
Kehadiran perpustakaan jalanan bisa dibilang mengakomodasi keinginan masyarakat yakni menyediakan bahan bacaan dengan lebih merakyat. Perpustakaan jalanan adalah salah satu solusi dari sulitnya masyarakat dalam mendapatkan bahan bacaan. Mereka hadir di tengah masyarakat dan mengelolah secara sukarela tanpa berharap keuntungan. Bagi mereka, ukurannya adalah kebermanfaatan bagi sesama.
ADVERTISEMENT
Kali ini saya berkesempatan berbincang-bincang dengan salah satu pelaku yang membangun perpustakaan jalanan, Nama beliau Rizki Hana Aminudin biasa saya panggil bang belan. "Aksara Bangsa" nama ruang belajar yang beliau dirikan. Ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan kepada beliau.
Apa yang memotivasi atau mendorong untuk membuka perpustakaan jalanan?
"Awalnya karena keresahan saya saat pandemi di awal 2019 soal pembelajaran online. Melihat anak-anak kebingungan belajar secara online dan tidak paham sama materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Yang mereka tau bangun pagi memakai seragam dan mendengarkan guru menjelaskan melalui video dan si murid itu hanya iya-iya saja. Dan saya termotivasi untuk membuat wadah belajar di kampung gua sendiri, dengan tujuan membuat anak anak bisa belajar sambil bermain. Membantu mengajarkan ketika ada PR dan lain-lain". Ujar beliau
ADVERTISEMENT
Perihal nama, kenapa harus Aksara Bangsa?
"Sampai sekarang pun saya susah mengartikan dari kata aksara terebut, tapi satu hal yang saya paham tentang kata aksara. Aksara itu adalah sebuah visual yang di terapkan di suatu media, entah itu kertas, kayu dll. Tapi kenapa saya mengambil kata aksara adalah sebuah harapan dari berbagai arti kata itu, ingin menyadarkan pada anak-anak akan pentingnya membaca, berkomunikasi dan berekspresi. Karna di umur 2-5 tahun jika kita memperkenalkan bagaimana asiknya membaca buku si anak akan tertarik akan bahasa dan membaca. Begitulah kira kira" Ujarnya.
Bagaimana semangat anak-anak dalam budaya literasi?
"Untuk semangat yang saya lihat dalam budaya literasi di indonesia memang kurang ya, tetapi bukan tidak ada keinginan dari mereka. Tetapi karena kita yang ada di ruang lingkup literasi yang tidak mau terjun langsung untuk menyebarkan budaya membaca dan literasi. Untuk semangat anak-anak. Mereka sangat bersemangat kalo saya lagi buka lapak. Dan tentunya harus juga dapat dukungan dan kontroling dari orang tua saat si anak sedang ada di rumah". Ujar beliau
Kegiatan apa saja yang dilakukan di perjal?
ADVERTISEMENT
"Untuk kegiatan kita di perjal ya membaca, menggambar, mendongeng, dan ada game-game seru buat anak-anak yang datang ke lapak baca" Ujarnya.
Sudah berapa lama perpustakaan jalanan ini berjalan?
"Sudah hampir 2 tahun, aksara bangsa didirikan 9 september 2020 saat pandemi". Ujar beliau
Hambatan apa yang selama ini dihadapi? Adakah represif dari aparat atau warga?
"Untuk hambatan atau represif dari warga atau aparat si jarang ya, kalo warga sangat mendukung banget akan kegiatan ini, untuk aparat dan lain-lain si belum pernah". Ujar beliau
Kiranya sudah berapa buku yang ada di Aksara bangsa?
"Dari koleksi pribadi hanya 20 buku. kini, aksara bangsa punya buku buku sekitar 300 lebih buku dari berbagai jenis buku. Dari novel, majalah anak, cerita rakyat, komik dan buku pembelajaran tahap SD, SMP dan SMA. Bahkan kita juga punya buku buku teori tingkat perguruan tinggi" Ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana jika ada yang ingin donasi buku dan lain-lain?
"Aksara bangsa sendiri selalu membuka donasi berupa buku, alat tulis dan buku gambar. Kita tidak menerima dalam bentuk uang". Ujar beliau
Kesan-kesan selama membuka perpustakaan jalanan?
"Kesanya itu senang sekali bisa berbagi kebahagian kepada anak-anak dan membantu warga dalam hal pendidikan. Meskipun kita masih belajar dalam hal ini, setidaknya kita mau bergerak dulu dalam pergerakan literasi ini". Ujar beliau
Pesan untuk generasi muda dalam semangat literasi?
"Pesanya ya jangan malas membaca dan terus peduli akan pendidikan di Indonesia terutama budayakan membaca, bertanya dan berbicara. Karna setiap tempat adalah sekolah, setiap buku adalah ilmu dan setiap orang adalah guru. Jadi tetap semangat dan terus berproses" Tutupnya.
ADVERTISEMENT
Demikian bincang-bincang saya dengan beliau. jika kalian ingin tahu lebih lanjut perpustakaan jalanan Aksara Bangsa, kalian bisa singgah langsung ke Jalan Tanah Kusir, Jakarta selatan. Atau kalian bisa cek akun instagramnya @aksara.bangsa. Semoga adanya tulisan ini dapat menggugah jiwa-jiwa literasi kita dan lebih memperhatikan nasib anak-anak bangsa.