Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Laki-Laki yang Mau Nyebokin Anaknya Itu Lebih Seksi Ketimbang yang Tidak
8 Januari 2024 14:04 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Saya menghabiskan akhir tahun 2023 di Yogyakarta. Sebenarnya ini tidak terencana. Saya paling males ke Jogja di hari-hari libur. Jogja jadi seperti gula yang dikerubuti semut. Padat merayap dan sangat mengganggu. Hanya saja, karena waktu itu saya dari Solo, dan kereta Solo balik ke Jakarta sudah habis, saya ngide untuk mampir ke Jogja.
ADVERTISEMENT
Saya punya teman baik yang tinggal di daerah Keloran. Kenapa enggak coba ngadem di situ saja? Dalam pikiran saya begitu. Yang rencananya hanya semalam, akhirnya saya menghabiskan empat malam menginap di rumah teman di Keloran.
Teman ini adalah pasangan suami istri yang sudah saya kenal lama. Dulu mereka tinggal di Wijilan, kemudian pindah ke Keloran. Jauh sebelum akhirnya berdomisili di Jakarta, saya mengenal suaminya sejak di Medan, lewat Twitter jual beli buku. Belakangan setelah si suami menikah, saya malah lebih akrab dengan istrinya.
Tinggal empat malam bersama mereka, membuat saya jadi mengetahui keseharian mereka seperti apa. Dan sesuatu yang tidak bisa saya lupakan adalah bagaimana kedekatan ayah dan anak perempuan yang sangat romantis. Kedua teman saya ini punya dua anak perempuan; usia 8 dan 6 tahun.
ADVERTISEMENT
Saya melihat bagaimana si ayah memperlakukan anak perempuannya dan berbagi peran dengan istrinya dalam urusan rumah tangga. Mulai dari memandikan anak paling kecil, ikut mengurus keperluan anak pertama ketika siap-siap berangkat ke sekolah, memasak nasi, mencuci piring, membuat kopi secara mandiri, dan mengerjakan pekerjaan domestik lainnya sembari bekerja dari rumah.
Sebagai generasi millennial yang tumbuh besar dengan penanaman nilai-nilai kalau urusan domestik itu dikerjakan oleh istri/ibu, saya kagum dengan caranya mengurus anak. Sementara, di luar sana, ada seorang ayah yang alergi dengan pup anaknya sendiri.
Belum lama ini beredar cuplikan video seorang public figure yang dengan bangganya mengaku sebagai orang yang jijikan dan seumur-umur baru menceboki anaknya dua setengah kali. Setengah kalinya enggak selesai, karena sudah kadung jijik.
ADVERTISEMENT
Di luar dunia media sosial, saya sendiri lebih dipercaya menceboki ponakan saya ketimbang ayahnya. Karena menurut kakak saya, bapaknya sendiri tidak bersih ketika menceboki anaknya.
Terus, saya juga mengenal seorang suami yang merasa tugas istrilah menceboki anak. Karena menurutnya kalau suami menceboki anak, itu sama saja merendahkan harga diri suami. Ini agak lucu sih. Bukankah pup itu di mana-mana sama ya? Apakah karena dia “berprofesi” sebagai “suami” dan “ayah” pupnya lebih wangi dan teksturnya lebih lembut seperti marshmallow? Bukankah itu anaknya, ya? Bukan anak orang, darah dagingnya sendiri, kenapa merasa jijik?
Inilah yang selalu saya gagal pahami sekaligus membuktikan, entah dari mana pun asal generasimu, entah X, Y, Z sekalipun, patriarki tidak mengenal perbedaan tersebut. Kalau kamu sudah salah dari pikiran, kamu juga akan salah dengan lakumu.
ADVERTISEMENT
Keluarga Adalah Muasal dari Segalanya
Saya selalu percaya keluarga adalah lingkungan pertama yang membentuk kepribadian dan laku seorang anak. Nilai-nilai yang dia amini dan yakini sebagian besar pasti berasal dari keluarga. Kalau setelah tumbuh besar dia mendapat pencerahan dari pengalamannya dengan lingkungan yang baru, bacaan, atau informasi di luar sana, itu perkara lain.
Pas banget, semalam saya menonton Criminal Minds Season 1 Episode 1. Dalam episode tersebut, Jason Gideon (Mandy Patinkin), seorang agen FBI yang bekerja di departemen analisis perilaku kriminal bilang kalau salah satu cara menganalisis perilaku pembunuh adalah dari lingkungan tempat dia dibesarkan.
Bagaimana orang tua membesarkannya, interaksinya dengan keluarga, akan sangat berpengaruh pada kecenderungan perilakunya kelak ketika dewasa. Nah, saya rasa ini juga termasuk bagaimana cara seorang anak memperlakukan pasangannya kelak ketika dewasa. Kalau dia melihat ayahnya sangat sweet dengan ibunya dan tidak memperlakukan ibu seperti pembantu, besar kemungkinan dia juga akan memperlakukan pasangannya seperti ratu.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan seorang anak perempuan yang diratukan oleh ayahnya akan punya kriteria tinggi untuk pasangan masa depannya. Dia tentu tidak rela menjatuhkan pilihan pada laki-laki yang hanya modal bacot karena sudah terbiasa dengan ayah yang memegang janji.
Seperti yang dibilang John Mayer, Gaes..
So fathers be good to your daughters
Daughters will love like you do
Girls become lovers who turn into mothers
So mothers be good to your daughters too
Untuk yang anak laki-laki ada juga sih, kalian bisa dengar langsung di lagu Daughters…