Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Semangat Petani Kopi Bea Muring untuk Produk Unggulan Daerah
6 Oktober 2018 10:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Evrina Budiastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pagi itu saya dipanggil oleh Bapak Lauren, pemilik rumah yang menjadi tempat tinggal saya selama dua hari di Bea Muring. Sambil menikmati kopi arabica hasil kebun Bapak Lauren, Beliau kemudian bercerita mengenai aktivitas pertanian di daerah Bea Muring khususnya di lahan garapan miliknya.
ADVERTISEMENT
Bapak lauren memiliki lahan sawah yang saat ini sedang kering karena musim kemarau. Lahan tersebut dibiarkan begitu saja karena memang tidak memungkinkan untuk ditanami. Sebelumnya dia sudah mencoba untuk ditanami kedelai setalh padi, namun karena musim kemarau datang, akhirnya kedelai yang dia tanami menjadi layu dan mati.
Selain memiliki lahan sawah, Bapak Lauren juga memiliki kebun di belakang rumah yang ditanami oleh kopi arabica serta robusta. Beliau sangat senang sekali ketika menceritakan tentang tanaman penghasil buah yang dimanfaatkan bijinya ini.
Sayapun diajak untuk mengunjungi kebun kopinya yang ada di belakang rumah. Dia menunjukkan beberapa tanaman kopi yang telah dipangkas batangnya. Menurutnya hal tersebut dilakukan agar tanaman kopi tumbuh menjadi tanaman perdu yang memiliki banyak cabang dan berimbas pada banyaknya buah kopi yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT
Pengetahuan ini Ia dapatkan setelah mengikuti sekolah lapang tanaman terpadu komoditas kopi yang digelar instansi pertanian setempat. Berkat sekolah lapang tersebut Pak Lauren menjadi tau teknik budidaya kopi yang baik dan benar.
Awalnya dia menanam bibit kopi terlalu rapat. Kini dia sudah sadar bahwa jarak tanam harus diperhatikan sehingga apabila musim hujan telah tiba nanti, dia akan memindahkan bibit tanaman kopi sehingga jarak tanamnya lebih lebar lagi.
Selain dalam hal budidaya, Pak Lauren juga menceritakan tentang proses pasca panennya. Kopi yang sudah dipanen hendaknya diolah dan dikeringkan dengan menggunakan jaring penjemur yang dapat diangkat atau dipindah-pindah sehingga mempercepat proses pengeringan.
Untuk pengolahan lebih lanjut, Pak Lauren bersama kelompoknya melakukan pengolahan di UPH atau unit pengolahan hasil terdekat yang ada di Bea Muring. Mereka sudah melakukannya secara berkelompok sehingga kualitas, kuantitas, termasuk harga jual menjadi terjaga.
Bagaimana rasa kopi hasil Bea Muring ini?. Saya sudah merasakan sendiri kopi Arabica dari Bea Muring. Meskipun tanpa menggunakan gula, bagi saya kopi Arabica ini sudah terasa manis. Kemudian berbeda dari kopi Arabica yang pernah saya rasakan di Bogor, di kopi Arabica milik Bea Muring tidak terasa rasa asamnya dan juga tidak membuat kembung sehingga saya berhasil menghabiskan satu cangkir kopi Arabica.
ADVERTISEMENT
Kedepannya, kopi Arabica ini akan dikelola menjadi produk unggulan daerah yang dapat mengembangkan potensi lokal sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat. Maju terus pertanian di Bea Muring khususnya dan di seluruh Indonesia secara umum.