Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kecantikan: Mitos yang Membodohkan
25 Agustus 2023 14:36 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kecantikan bagi perempuan saat ini bukan hanya sekadar aspek penampilan, tetapi telah menjadi suatu keharusan. Kecantikan seakan menjadi oksigen yang harus mereka hirup untuk membuat jantung tetap berjalan dan menghidupkan sel-sel tubuh lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun, sayangnya, kecantikan saat ini seringkali didefinisikan dan terstandarisasi oleh sistem kapitalisme, yang memiliki implikasi yang sangat mendalam pada pandangan masyarakat terhadap perempuan dan cara perempuan memandang diri mereka sendiri.
Pergeseran Pandangan terhadap Kecantikan
Sebelumnya, pandangan tentang kecantikan lebih seimbang antara inner beauty (kecantikan batin) dan outer beauty (kecantikan fisik). Inner beauty mencakup nilai-nilai seperti kebaikan hati, kepribadian, dan moralitas, sementara outer beauty adalah tentang penampilan fisik.
Namun, saat ini, dunia telah mengarahkan perhatian pada kecantikan fisik semata. Bahkan, filosof Sarte dan Merleau Ponty mengatakan bahwa "Sexuality is co-extensive with existence" yang berarti seksualitas menyatu dengan eksistensi. Mereka berpendapat bahwa eksistensi cenderung lebih mengarah kepada perempuan, yang tercermin dalam dominasi perempuan dalam hal eksplorasi tubuh.
ADVERTISEMENT
Namun, dampak negatif dari pandangan ini adalah bahwa banyak perempuan merasa tidak puas dengan tubuh mereka yang sebenarnya. Ini menciptakan ketidakpuasan internal yang seringkali menjadi sasaran utama bagi produk-produk kapitalis.
Pengaruh Kapitalisme dan Persaingan
Perempuan masa kini menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam mencapai sukses. Mereka sering kali merasa terdorong untuk menggunakan daya tarik fisik mereka sebagai alat menuju kesuksesan. Contohnya adalah tuntutan untuk memakai pakaian terbuka agar dapat diterima di berbagai instansi, mall, dan dunia kerja lainnya. Hal ini tercermin dalam banyaknya lowongan pekerjaan yang mengutamakan outer beauty, di mana penampilan menarik menjadi salah satu syarat utama dalam penerimaan.
Perubahan ini dipicu oleh konsep pergaulan yang diterapkan di kalangan perempuan, yaitu konsep permissif, di mana apa pun dianggap boleh. Namun, ironinya adalah bahwa dalam dunia kapitalisme, standar kecantikan untuk perempuan semakin menjadi persoalan fisik semata. Ini adalah akar dari banyak penderitaan yang harus dihadapi perempuan di era ini, di mana mereka sering kali hanya dianggap sebagai objek seksual atau tidak memiliki harga.
ADVERTISEMENT
Kontes Kecantikan dan Stereotipe
Kontes kecantikan, serta berbagai ajang kecantikan lainnya, telah menjadi cerminan dari standar kecantikan yang tidak realistis. Para pemenang kontes ini seringkali dianggap sebagai ikon kecantikan yang dijadikan sebagai tolak ukur yang tinggi. Namun, yang sering terjadi adalah bahwa kontes kecantikan ini menciptakan stereotipe tentang makna cantik.
Pemenang kontes secara tidak langsung menginterpretasi tentang makna cantik itu sendiri. Mereka juga seringkali dijadikan sebagai ikon oleh kelompok kapitalis untuk menciptakan produk-produk kecantikan yang menjanjikan kesempurnaan seperti mereka. Ini membuktikan bahwa perempuan dalam konteks ini seringkali dijadikan sebagai ikon semata dalam kontes kecantikan, untuk memperkenalkan pandangan yang sempit tentang kecantikan.
Pengaruh Media dan Industri Kecantikan
Media, terutama majalah wanita, memiliki peran penting dalam membentuk standar kecantikan yang mendukung industri kapitalis. Mereka seringkali menampilkan model-model sebagai standar kecantikan bagi pembaca mereka. Ini menciptakan citra tentang bagaimana seorang wanita yang 'cantik' seharusnya terlihat. Standarisasi ini, pada gilirannya, dapat menghasilkan ketidakpercayaan diri pada perempuan yang merasa tidak memenuhi standar tersebut.
ADVERTISEMENT
Industri kecantikan pun terus berkembang dengan beragam produk perawatan yang ditawarkan, mulai dari perawatan di salon hingga prosedur kosmetik seperti tanam benang dan operasi plastik. Semua ini bertujuan untuk membuat perempuan memenuhi standar kecantikan yang berubah-ubah.
Melawan Hegemoni Kapitalisme dalam Kecantikan
Kapitalisme berhasil membujuk perempuan untuk mencapai citra kecantikan tertentu. Ini menghasilkan obsesi pada penampilan dan konsumsi produk-produk kapitalis yang seringkali mahal. Naomi Wolf dalam bukunya "The Beauty Myth" menyatakan bahwa ekonomi yang bergantung pada perbudakan harus melegitimasi citra budak. Demikian juga dengan kapitalisme dalam kecantikan, yang menghasilkan pandangan bahwa "kecantikan adalah jalan menuju sukses."
Hegemoni ini membuat perempuan merasa bahwa memiliki citra seperti itu adalah kunci untuk menjadi sukses, sementara yang tidak memenuhi standar tersebut merasa terpuruk dan kehilangan rasa percaya diri. Menurut Ellen Riordan, kapitalisme berhasil menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih rendah dan menjadi alat penindasan. Ini adalah bentuk hegemoni baru yang bekerja secara tidak langsung dan halus.
ADVERTISEMENT
Kesadaran dan Perlawanan
Di era globalisasi seperti sekarang, melawan kapitalisme tidak selalu menjadi pilihan yang mudah. Namun, kesadaran dan pemikiran kritis perlu menjadi alat utama perempuan untuk melawan hegemoni baru dalam konsep kecantikan. Perempuan harus menyadari bagaimana kapitalis memanfaatkan stigma-stigma yang telah mereka tanamkan, sehingga mereka dapat berdiri di atas kaki mereka sendiri dan tidak terbawa arus perkembangan kapitalisme yang merugikan.
Kita harus ingat bahwa kecantikan itu relatif dan sangat individual. Tidak ada parameter pasti untuk menilai kecantikan, karena konsep kecantikan berbeda-beda bagi setiap individu. Sebagai perempuan modern, kita harus berjuang melawan hegemoni kapitalisme dalam konsep kecantikan, menyadari bahwa kita tidak boleh menjadi budak standar yang ditetapkan oleh golongan tertentu.
ADVERTISEMENT
Kecantikan saat ini telah terstandarisasi oleh sistem kapitalisme, yang menghasilkan pergeseran pandangan dan dampak negatif pada perempuan. Kontes kecantikan, media, dan industri kecantikan menjadi alat utama dalam mendukung hegemoni kapitalisme. Namun, dengan kesadaran dan pemikiran kritis, perempuan dapat melawan hegemoni ini dan meraih kembali hak untuk mendefinisikan kecantikan sesuai dengan pandangan mereka sendiri.