Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sebuah Paradoks Gaya dan Kebebasan
8 Agustus 2024 5:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perempuan setiap saat selalu menjadi sorotan yang paling unik dibicarakan, tidak hanya tubuhnya namun gaya pakaiannya pun selalu menjadi sorotan. Gaya perempuan yang beragam membuat stereotip bahkan berbagai stigma yang turut melekat. Tidak heran bahkan gaya pakaian perempuan berkerudung pun memiliki keragaman. Hal ini mengiring perempuan sulit menentukan pilihan berpakaiannya sendiri hingga hilang keunikan masing-masingnya dan kehilangan kemerdekaan diri. Apakah ini salah? Tentu tidak, karena setiap pilihan tidak berdiri sendiri ada proses kognitif dan keyakinan.
ADVERTISEMENT
Di tengah masyarakat yang terus berkembang, gaya berpakaian perempuan selalu menjadi topik yang hangat dibicarakan. Tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Setiap daerah, budaya, dan agama memiliki pandangannya sendiri mengenai bagaimana perempuan seharusnya berpakaian. Perempuan sering kali dihadapkan pada berbagai tekanan sosial untuk memenuhi standar tertentu. Misalnya, di beberapa negara Barat, pakaian yang terbuka dianggap lebih modern dan bebas, sementara di negara-negara dengan budaya Timur, pakaian yang lebih tertutup dan sederhana dianggap lebih sopan dan terhormat. Perbedaan pandangan ini sering kali menimbulkan stereotip dan stigma terhadap perempuan yang memilih untuk berpakaian berbeda dari norma yang berlaku.
Dalam masyarakat kita, perempuan berkerudung sering kali mendapatkan sorotan khusus. Ada yang melihatnya sebagai tanda kesalehan dan komitmen terhadap agama, namun ada juga yang melihatnya sebagai simbol penindasan. Keragaman dalam gaya berpakaian perempuan berkerudung sendiri sangat luas. Ada yang memilih kerudung yang sederhana dan konservatif, ada yang memilih gaya yang lebih modern dengan kombinasi busana yang modis. Semua ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun cara yang benar atau salah dalam berpakaian. Setiap pilihan adalah hasil dari proses kognitif dan keyakinan pribadi.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik keragaman ini, ada bahaya yang mengintai: internalized misogyny. Ini adalah fenomena di mana perempuan sendiri mulai mempercayai dan memperkuat pandangan misoginis yang ada dalam masyarakat. Misalnya, seorang perempuan mungkin merasa bahwa pilihannya dalam berpakaian adalah yang paling benar dan mulai mengkritik atau menyerang pilihan perempuan lain yang berbeda. Ketika ini terjadi, perempuan secara tidak sadar menjadi alat patriarki yang menahan perempuan lain untuk bangkit dan memiliki kemerdekaan diri. Tujuannya adalah untuk membuat perempuan semakin tertindas.
Menurut Dr. Kristin Neff, seorang psikolog dan peneliti terkemuka dalam bidang self-compassion, "Internalized misogyny terjadi ketika perempuan mengambil pesan-pesan seksis yang ada dalam budaya mereka dan menginternalisasikannya, lalu mengarahkan kebencian tersebut kepada diri mereka sendiri dan perempuan lainnya. Hal ini menghalangi solidaritas dan mendukung struktur patriarki yang ada."
ADVERTISEMENT
Pendapat serupa disampaikan oleh Dr. Bell Hooks, seorang feminis dan penulis terkenal. Ia menekankan bahwa "Patriarki mengandalkan perempuan untuk mengawasi dan mengkritik satu sama lain. Ketika perempuan saling menyerang, itu memperkuat sistem penindasan yang ada dan menghalangi kemajuan menuju kebebasan dan keadilan gender."
Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi perempuan untuk saling mendukung dan menghargai pilihan satu sama lain. Setiap perempuan memiliki perjalanan dan perjuangan yang berbeda-beda. Ada yang memilih berpakaian dengan cara tertentu karena keyakinan agama, ada yang karena alasan kenyamanan, dan ada yang karena preferensi pribadi. Semua pilihan ini sah dan harus dihargai.
Solidaritas antarperempuan adalah kunci untuk melawan patriarki dan internalized misogyny. Dengan saling mendukung, perempuan dapat memperkuat posisi mereka dan melawan struktur penindasan yang ada. Dalam hal berpakaian, ini berarti menerima dan menghormati keragaman pilihan yang ada. Jika kita melihat gaya yang berbeda dari kita, sebaiknya kita tidak terkejut atau menghakimi, karena semua itu sudah melewati proses dan pilihan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Penting juga untuk mendidik diri sendiri dan orang lain mengenai dampak dari internalized misogyny. Menyadari bahwa kritik terhadap pilihan berpakaian perempuan lain adalah bagian dari struktur patriarki yang lebih besar dapat membantu mengubah cara kita berpikir dan bertindak. Pendidikan dan kesadaran adalah langkah pertama untuk menciptakan perubahan yang nyata.
Selain itu, media dan tokoh masyarakat memiliki peran penting dalam mengubah narasi tentang perempuan dan gaya berpakaian. Media sering kali memperkuat stereotip dan stigma terhadap perempuan yang berpakaian berbeda. Oleh karena itu, perlu ada representasi yang lebih beragam dan positif tentang perempuan dalam media. Tokoh masyarakat juga dapat menggunakan platform mereka untuk menyuarakan pentingnya menghargai keragaman dan mendukung pilihan perempuan.
Dalam dunia yang terus berubah ini, perempuan harus memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri mereka tanpa takut dihakimi atau dikritik. Setiap perempuan berhak untuk memilih bagaimana ia ingin berpakaian, berdasarkan keyakinan dan preferensi pribadinya. Hanya dengan saling mendukung dan menghargai pilihan satu sama lain, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil dan setara bagi semua perempuan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, perjuangan untuk kebebasan dan keadilan gender tidak dapat dicapai tanpa solidaritas dan dukungan antar perempuan. Internalized misogyny adalah hambatan besar dalam perjalanan ini, tetapi dengan kesadaran dan pendidikan, kita dapat mengatasinya. Mari kita bersama-sama menciptakan dunia di mana setiap perempuan merasa dihargai dan didukung, terlepas dari pilihan berpakaian mereka. Setiap perjuangan dan cerita perempuan adalah unik dan berharga, dan kita harus merayakan keragaman ini sebagai kekuatan kita.
by : Ewia Putri