Konten dari Pengguna

Stigma Wanita Bertindik

Eyora Jasmine Nan Kinasih
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Senang menekuni ilmu sosial, tata rias, dan jurnalistik.
19 Maret 2022 18:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eyora Jasmine Nan Kinasih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah Visual Mencerminkan Kepribadian?
Sumber : Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Instagram
“Jangan pakai tindik meskipun itu di hidung,” “Enggak boleh pakai tindik! Nanti terkesan nakal,” “Biasanya yang pakai tindik itu perempuan brutal.”
ADVERTISEMENT
Sampai sebegitunya pandangan orang-orang di sekitar saya perihal wanita yang bertindik. Tidak hanya yang bertindik, baru saja saya menanyakan boleh ditindik di hidung atau tidak langsung dicap nakal.
Berbekal dari pengalaman saya sebagai konten kreator makeup. Sebuah tampilan makeup sangat banyak referensinya. Dari sekian banyak referensi makeup yang ada, terdapat satu look yang membuat saya tertarik dan merasa tertantang untuk mencoba, yaitu bold Indian look serta look yang terkesan berani atau dikenal dengan istilah savage, dengan tambahan aksesori tindik di hidung.
Otomatis pada saat itu saya tidak langsung mengambil keputusan untuk menindik hidung. Hal ini disebabkan lingkungan sekitar saya yang tidak memperbolehkan menggunakan tindik di hidung. "Nggak usah pakai, kayak anak nakal."
ADVERTISEMENT
Karena perkataan tersebut, akhirnya saya mengakali dengan menggunakan aksesori India yaitu anting hidung. Dengan memakai itu saja, saya dianggap dan memberikan kesan bahwa saya adalah wanita yang brutal. Padahal diri saya bukan mengarah kepada kebrutalan itu, tetapi bagi saya dengan menggunakan anting hidung ini bisa dikategorikan sebagai fashion atau salah satu bentuk mengekspresikan diri dari look makeup yang saya tampilkan.
Apakah hanya dengan menggunakannya saja kepribadian saya akan berubah? Tentu itu kembali kepada diri saya, akankah saya akan mengubah sikap ke wanita yang nakal ataukah saya hanya memakai dari segi fungsionalnya saja sebagai perhiasan tambahan. Terlebih di dalam benak saya, pemakaian tindik hanya sebatas aksesori yang memiliki nilai estetika dan seni tersendiri.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, visual tidak selalu bisa disamakan dengan kepribadian sesungguhnya. Don’t Judge a Book by It’s Cover, kalimat tersebut tidak selalu berlaku apabila kita belum mengerti isi dari buku tersebut. Dapat direpresentasikan ibarat seorang dosen yang menerbitkan buku komunikasi visual dengan kover hitam dan tulisan yang kecil, pasti sebagian orang mengira itu adalah buku novel yang biasanya memiliki makna kehidupan mendalam. Tetapi begitu sudah dibuka, yang mengira itu novel maka akan merasa tertipu. Sama halnya dengan manusia, ada kala manusia ingin mengekspresikan visualnya dengan gaya tertentu, namun belum tentu kepribadiannya 100% sama dengan apa yang dia tampilkan. Kita harus mengenali dirinya lebih dalam terlebih dahulu bukan hanya menilai sekadar dari penampilannya.
ADVERTISEMENT
Stigma wanita menggunakan tindik juga dapat dipengaruhi oleh faktor budaya. Bak culture shock apabila dari lingkungan yang tidak pernah melihat wanita bertindik, kemudian salah satu anak perempuan atau saudari terdekatnya ada yang menerapkan tindik tersebut. Budaya menindik hidung sebenarnya sudah ada sejak empat ribu tahun lalu, yaitu sejak zaman kehidupan nabi Ibrahim. Kemudian pada abad ke enam belas, kebiasaan menindik hidung ini dibawa orang-orang Timur Tengah ke India. Tindik hidung berfungsi sebagai perhiasan kecantikan di negara India, selain itu tindik diyakini untuk mengurangi rasa sakit pada masa menstruasi dan mempermudah proses melahirkan apabila menindik pada bagian kiri hidung.
Dalam pandangan Islam, tindik hidung, bibir dan alis untuk perempuan diperbolehkan jika hal tersebut adalah sebuah tradisi, berlaku di masyarakat tertentu dan tidak membahayakan. Dari Ibnu Abidin dalam Raddul Mukhtar, halaman 6/420, menyatakan dari beberapa kutipan sumber sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
إن كان - يعني الخزام في الأنف - مما يتزين النساء به - كما هو في بعض البلاد - فهو فيها كثقب القرط - يعني في الجواز - وقد نص الشافعية على جوازه "
Artinya: Apabila hiasan di hidung itu termasuk cara berhias wanita sebagaimana dilakukan pada sebagian negara maka itu (hukumnya) sama dengan tindik telinga - dalam segi bolehnya. Ulama madzhab Syafi'i juga menyatakan boleh.
Selama tindik diperbolehkan bagi wanita maka tidak ada salahnya, bagi kaum wanita untuk mengambil hak dan keputusan bertindik di bagian yang aman. Setiap wanita bebas melakukan hal yang mereka inginkan selagi itu tidak keluar dari larangan Tuhan serta adanya kesiapan diri untuk mampu bertanggung jawab atas sebuah keputusan.
ADVERTISEMENT
Kepribadian seseorang pun tidak bisa diukur hanya dari visualnya saja. Adanya stigma wanita bertindik adalah wanita yang nakal, menurut saya ini harus diluruskan dan harus kita tanamkan sikap untuk tidak melihat suatu hal dari satu perspektif saja. Mengingat tindik hanyalah sebuah benda bukanlah suatu sifat yang kemudian harus dijadikan satu persepsi yaitu kenakalan. Kebaikan hati serta diri yang bermanfaat bagi sesama, saya rasa itu adalah hal yang lebih utama.