Konten dari Pengguna

Film Noktah Merah Perkawinan Mengajarkan Pentingnya Komunikasi dalam Hubungan

Fadhilah Ahlan Efendi
Mahasiswa Sastra Indonesia 2021, Universitas Padjadjaran. Gemar menulis, membaca dan berdiskusi. Memiliki kecenderungan dalam bidang sastra, budaya dan sejarah.
22 Februari 2023 6:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadhilah Ahlan Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: unggahan akun instagram @noktahmerahperkawinan
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: unggahan akun instagram @noktahmerahperkawinan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sempat tertunda penayangannya karena pandemi Covid-19, tak membuat film ini menjadi kedaluwarsa. Film Noktah Merah Perkawinan (2022) merupakan film besutan sutradara Sabrina Rochelle Kalangie.
Film ini diangkat dari serial televisi lawas dengan judul yang sama. Noktah Merah Perkawinan dalam versi serial televisi tayang di salah satu kanal televisi nasional mulai tahun 1996-1999. Serial Noktah Merah Perkawinan dibintangi oleh Ayu Azhari sebagai Ambarwati dan Cok Simbara sebagai Priambodo.
Berkisah tentang kemelut rumah tangga yang terjadi antara Ambarwati dan Priambodo. Kemelut yang terjadi tak lain disebabkan oleh kehadiran kehadiran orang ketiga, yakni Yulinar (Berliana Febrianti).
Pemeran film Noktah Merah Perkawinan, Marsha Timothy, Oka Antara dan Sheila Dara Aisha saat berkunjung ke kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Dalam versi film layar lebar, film Noktah Merah Perkawinan masih mengangkat cerita yang sama. Akan tetapi Sabrina menambahkan sentuhan-sentuhan modern sehingga bisa terkesan relevan dengan keadaan masa kini.
ADVERTISEMENT
Noktah Merah Perkawinan dalam versi film menceritakan perjuangan Ambar (Marsha Timothy) dan Gilang Priambodo (Oka Antara) di tengah kehadiran Yuli (Sheila Dara Aisha) sebagai orang ke tiga.
Ambar bekerja sebagai mentor di sebuah workshop keramik. Pekerjaannya sebagai mentor membuat Ambar harus bertemu dengan banyak orang termasuk Yuli, yang kelak akan jadi duri dalam rumah tangganya.
Ambar dan Gilang sudah lama bertengkar, masalah utamanya adalah Marissa Sugondo (Nungki Kusumastuti) orang tua Ambar yang keadaan ekonominya terhimpit acap kali meminta bantuan finansial kepada Gilang untuk membantu kakak Ambar.
Pemeran film Noktah Merah Perkawinan, Oka Antara saat berkunjung ke kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Gilang dihadapkan dengan dilema yang cukup serius, sehingga ia bercerita kepada ibunya Lastri Priambodo (Ratna Riantiarno). Tak disangka Gilang yang bermaksud menemukan jalan keluar dari permasalahannya malah mendapat respons yang kurang baik dari ibunya sendiri. Hal ini membuat kemelut rumah tangga Gilang dan Ambar semakin rumit.
ADVERTISEMENT
Sepanjang film, penonton akan disuguhkan dengan perdebatan-perdebatan hebat yang turut menguras emosi. Ambar dan Gilang acap kali terlibat perdebatan remeh yang berdampak besar. Misalnya ketika Ambar memutuskan untuk mendatangi Kartika (Ayu Azhari) yang merupakan seorang konsultan pernikahan.
Ambar menganggap Gilang hanya menghindar dari masalah, sebaliknya Gilang menganggap Ambar tidak mengerti perjuangannya selama ini.
Puncaknya ketika Yuli dan Gilang menggarap pengerjaan taman di kafe milik Kemal (Roy Sungkono), kekasih dari Yuli. Hubungan Yuli dengan Kemal rupanya tidak lebih baik dari hubungan Ambar dengan Gilang. Yuli jadi lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Gilang ketimbang dengan Kemal, kekasihnya. Sebaliknya Gilang jadi lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Yuli ketimbang dengan Ambar, istrinya. Hal itu membuat komunikasi antar dua pasangan ini semakin buruk.
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Prostock-studio/Shutterstock
Banyak kesalahpahaman yang digambarkan melalui konflik dan perdebatan, yang penyebabnya tak lain adalah komunikasi yang buruk. Film ini menyisipkan pesan mendalam, tentang pentingnya komunikasi yang baik dalam sebuah hubungan, terlebih ikatan pernikahan.
ADVERTISEMENT
Manusia memang memiliki ego yang berbeda-beda. Akan tetapi ego tersebut bukan untuk dibenturkan, melainkan untuk dileburkan. Cara meleburkan ego itu sendiri adalah dengan memperbaiki komunikasi. Bahkan dalam sebuah adegan Kartika menyampaikan pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan, melalui kalimat "Saling diam sama bahayanya dengan saling memaki".
Film ini mungkin akan memberikan dua kesimpulan yang saling bertolak belakang bagi penontonnya. SaSatutu sisi film ini berpesan agar kita memiliki komunikasi yang baik dalam sebuah hubungan, khususnya pernikahan.
Sisi lain memunculkan isu terkait perselingkuhan yang begitu mudah terjadi dalam sebuah pernikahan, dan mungkin membuat penonton berpikir dua kali untuk memiliki ikatan pernikahan.