Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ojek Pangkalan vs Ojek Online : Perubahan Sosial di Indonesia
15 Desember 2024 1:28 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Fadilla Novia Fitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini perkembangan digital semakin pesat dan tentunya memberikan dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Di satu sisi, kemajuan ini membawa dampak positif. Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi juga berpotensi menimbulkan dampak negatif. Hal ini tercermin dalam perselisihan antara ojek pangkalan dan ojek online, yang menciptakan perubahan sosial baru di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kasus ini pernah terjadi di sekitar tempat tanggal saya dulu, yaitudi Jalan Cipta Karya, Pekanbaru. Dimana tukang ojek pangkalan tidak menerima adanya perkembangan baru, yaitu Ojek Online. Hal ini menyebabkan tukang Ojol tidak boleh mengambil penumpang di daerah tersebut.
Kasus persaingan antara tukang ojek pangkalan dan ojol mencerminkan perubahan sosial budaya yang signifikan di Indonesia, terutama terkait dengan perkembangan teknologi dan ekonomi digital. Ojek pangkalan merupakan pekerjaan tradisional yang mengandalkan kedekatan sosial dan hubungan personal antara pengemudi dan pelanggan. Sebaliknya, ojol memanfaatkan teknologi aplikasi untuk menciptakan sistem yang lebih efisien dan terorganisir, memungkinkan pengemudi untuk menjangkau lebih banyak pelanggan tanpa interaksi langsung sebelumnya. Perubahan ini menandakan pergeseran besar dari ekonomi tradisional yang bersifatlokal menuju ekonomi digital yang lebih global.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi persaingan antara tukang opang dan ojol, pandangan terhadap apakah tukang ojek pangkalan harus mengalah atau tidak sangat tergantung pada perspektif yang diambil. Dari sisi sosial budaya, keberadaan tukang opang mencerminkan nilai-nilai tradisional yang mengedepankan hubungan sosial, kepercayaan, dan kearifan lokal yang sudah mengakar dalam masyarakat. Mengalah dalam konteks ini bisa berarti hilangnya elemen-elemen penting dalam kehidupan komunitas, seperti hubungan personal yang terbentuk melalui interaksi langsung antara pengemudi dan pelanggan. Tukang ojek pangkalan memiliki peran yang lebih besar dalam menjaga keberlanjutan nilai-nilai sosial ini, dan menghilangkan mereka dapat mempercepat hilangnya identitas budaya yang telah lama ada.
Namun, dari sudut pandang ekonomi dan teknologi, perubahan adalah hal yang tak terhindarkan. Teknologi membawa efisiensi dan akses yang lebih luas, yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam hal ini, jika tukang ojek pangkalan ingin tetap relevan, mereka perlu beradaptasi dengan perkembangan zaman, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. Misalnya, mereka bisa bergabung dalam platform ojol atau menggunakan aplikasi untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Dengan demikian, bukan berarti mereka harus mengalah, tetapi lebih kepada beradaptasi dengan cara baru untuk tetap bertahan dalam dunia yang semakin digital, tanpa kehilangan ciri khas sosial dan budaya mereka.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, mengalah atau tidak bukanlah soal memilih antara dua sisi yang saling bertentangan, melainkan tentang bagaimana mencari titik tengah antara mempertahankan nilai-nilai sosial tradisional dengan membuka diri terhadap kemajuan teknologi. Tukang ojek pengkolan tidak perlu sepenuhnya mengalah, tetapi perlu beradaptasi dengan cara yang memungkinkan mereka tetap mempertahankan keberadaan dan relevansi dalam masyarakat yang terus berkembang.