Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Refleksi Diri: Meninggalkan Teater Gengsi dan Menemukan Makna Sejati
2 Desember 2023 19:20 WIB
Tulisan dari Faizal Burhani Ulil Fathan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gengsi merupakan sebuah aspek kompleks dalam kehidupan manusia yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku dan pola pikir seseorang. Banyak dari kita mungkin merasakan tekanan untuk selalu terlihat "wow" di hadapan orang lain, entah itu untuk mendapatkan pengakuan, sanjungan, atau bahkan sekadar ingin merasa terpandang. Meskipun memiliki sisi positif, dimana hal ini dapat meningkatkan daya tarik interpersonal, namun terlalu fokus pada citra diri eksternal seringkali dapat mengakibatkan penderitaan batin dan ketidakseimbangan dalam kehidupan. Penting untuk memahami batas kemampuan kita dalam mempertahankan citra yang diinginkan. Kadang-kadang, keinginan untuk terus tampil sempurna di mata orang lain dapat menyiksa diri kita sendiri. Hal ini dapat terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks perkuliahan. Misalnya, fenomena "Hedon" dikalangan mahasiswa, dimana prioritas beralih dari mengejar ilmu dan prestasi ke arah mencari kesenangan pribadi, seringkali melampaui esensi sebenarnya dari proses perkuliahan.
ADVERTISEMENT
Dalam lingkungan perkuliahan, seharusnya mahasiswa memandang kuliah sebagai sarana untuk menuntut ilmu, memperluas relasi positif, dan meraih prestasi. Namun, semakin banyak mahasiswa yang terjebak dalam kehidupan hedonistik, di mana aspek-aspek seperti mencari pacar, pamer kekayaan, adu gaya, dan mencari kesenangan semata-mata menjadi fokus utama. Perguruan tinggi seharusnya menjadi tempat bagi pengembangan intelektual dan karakter, bukan sekadar arena untuk hiburan semata. Namun, tidak hanya fenomena di dunia perkuliahan, kita juga perlu membahas fenomena gengsi itu sendiri. Apa sebenarnya gengsi? Gengsi bisa diartikan sebagai rasa ingin memiliki atau meraih sesuatu yang kadang-kadang tidak realistis, dan rasa ingin lebih dari orang lain. Setiap individu memiliki rasa gengsi masing-masing, dan seringkali rasa ini tidak bisa terbendung, membuat hati kita meronta-ronta untuk mencapai segala sesuatu yang dianggap keren atau superior.
ADVERTISEMENT
Dalam melangkah melampaui tekanan gengsi, salah satu kunci utama adalah mengembangkan keberanian untuk menjadi diri sendiri. Terkadang, kita terjebak dalam menciptakan citra yang sesuai dengan ekspektasi orang lain, tanpa mempertimbangkan apakah itu mencerminkan nilai dan identitas sejati kita. Menyadari dan merangkul diri sendiri dengan segala keunikan, bakat, dan kelemahan adalah langkah penting untuk mengatasi tekanan gengsi. Seiring dengan itu, penting untuk meresapi nilai-nilai seperti kerendahan hati, empati, dan integritas. Mengejar tujuan dengan prinsip-prinsip ini tidak hanya membantu menciptakan lingkungan yang positif di sekitar kita, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk perkembangan pribadi dan profesional. Terlalu fokus pada citra diri eksternal seringkali dapat mengaburkan nilai-nilai ini, sehingga merugikan pertumbuhan pribadi jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Penting untuk memahami bahwa gengsi yang sehat adalah dorongan internal untuk meraih potensi terbaik kita tanpa merugikan orang lain atau menyusahkan mereka. Namun, jika gengsi membawa seseorang ke arah yang negatif, seperti merugikan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi, maka perlu adanya introspeksi mendalam. Kita harus kembali ke nilai-nilai inti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Menilai kembali makna kesuksesan dan kebahagiaan, serta menetapkan prioritas yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi, dapat membantu mengurangi beban tekanan gengsi yang seringkali hanya bersifat sementara. Menghargai diri sendiri sebagaimana adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan, merupakan langkah awal menuju kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna. Sebab menghadapi fenomena gengsi membutuhkan refleksi mendalam tentang diri sendiri dan nilai-nilai yang kita anut. Membangun keberanian untuk menjadi diri sendiri, menghargai proses perkembangan pribadi, dan fokus pada hubungan yang bermakna adalah langkah-langkah kunci dalam meraih kehidupan yang lebih autentik dan memuaskan.