Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ngeteh Oplosan, Identitas Wong Solo
20 Juni 2022 2:12 WIB
Tulisan dari Fakhrotun Nisa' tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalau anda sedang bertamu ke rumah wong Solo, tak lengkap jika anda belum menyeruput secangkir teh hangat.
ADVERTISEMENT
Ngeteh atau tradisi minum teh bukan hanya dimiliki oleh masyarakat asli Tionghoa. Namun, tradisi minum teh juga menjadi bagian dari budaya Jawa, khususnya di Solo.
Tradisi ngeteh di kota Solo sudah ada dan dilestarikan oleh Kadipaten Mangkunegaran. Ngeteh disajikan di setiap acara perjamuan makan keluarga kerajaan dan perjamuan untuk tamu kehormatan kerajaan.
Waktu kian bertambah, ngeteh akhirnya tersebar dan bekembang di lingkungan masyarakat luas. Semua orang dalam berbagai golongan maupun kelas sosial dapat menikmati ngeteh atau tradisi minum teh.
Teh menjadi mata perdagangan nomor satu yang dijual di mana pun, seperti angkringan, warteg, tempat makan pinggir jalan hingga restoran mewah bintang lima.
Hal unik dari tradisi teh asal Solo ini adalah teh oplosan. Masyarakat Solo mempunyai kebiasaan meracik atau mengoplos teh dari berbagai merek produk agar mendapatkan berbagai macam rasa dalam secangkir teh. Oplosan teh biasanya terdiri dari tiga macam merek teh yang berbeda. Namun, ada yang menggunakan dua macam teh tergantung rahasia dapur masing-masing.
ADVERTISEMENT
Beberapa merek teh yang sering digunakan dalam oplosan teh khas Solo, yaitu Dandang, Gopek, 99, Poci, Sintren, dan masih banyak lagi.
Ada satu hal unik dari ngeteh Solo. Sebelum penyajian, teh akan diseduh dan didiamkan beberapa waktu untuk menghasilkan warna yang pekat dan aroma yang tajam. Hal itu sering disebut dengan teh baceman. Teh yang digunakan adalah teh awur, masih berwujud daun teh utuh yang dikeringkan bukan teh celup. Penggunaan teh awur supaya seduhan teh memiliki aroma yang tajam dan nikmat.
Ada juga istilah untuk tradisi ngeteh Solo yaitu “Ginasthel” dan “Wagistel”. Ginastel merupakan akronim dari teh yang memiliki rasa legi (manis), panas, kenthel (kental). Sementara wasgitel merupakan akronim dari teh yang memiliki cita rasa wangi, sepat (sepat), legi (manis), kenthel (kental).
ADVERTISEMENT
Wong Solo dominan menggunakan teh rasa melati kemudian dicampur dengan teh hitam. Rasa yang dihasilkan dari teh oplosan wong Solo, yaitu teh yang kental, warna pekat, wangi melati, dan pastinya legi (manis).
Budaya minum teh wong Solo mempunyai banyak manfaat, diantaranya membuat rileks, meningkatkan mood, untuk perjamuan tamu, sebagai teman ngobrol dan teman menyantap makanan.
“Ra ngoplos, ra marem” (terjemahan: gak ngoplos, gak akan puas) sebuah pernyataan wajib wong Solo agar seduhan teh oplosan menjadi maksimal.
Teh racikan Solo atau teh oplosan Solo sangatlah istimewa dan memiliki rasa yang unik. Jadi, ketika berkunjung ke Solo, jangan lupa singgah dan habiskan satu cangkir teh oplosan hangat.