Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kampung Jahit, Menjahit Perekonomian Ibu Rumah Tangga di Padang
23 Agustus 2023 0:34 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Fanni Dwi Abriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang Ibu Rumah Tangga sekaligus juga seorang Blogger, saya tertarik mengangkat kisah Ibu Elsa Maharani, seorang ibu di Sumatera Barat yang sukses memberikan manfaat bagi banyak Ibu Rumah Tangga di Sumatera Barat lewat Kampung Jahit. Dan inilah kisah Ibu Elsa Maharani dan Kampung Jahitnya.
ADVERTISEMENT
Sekilas tidak ada yang berbeda dari sosok Perempuan bernama Elsa Maharani, yang lahir di Padang tanggal 5 Maret 1990 dengan Perempuan pada umumnya, merupakan pribadi yang sederhana, bersahaja, kalem, setidaknya kesan ini yang saya dapatkan pertama kali ketika melihat foto di instagram @elsamaharrani.
Namun siapa sangka jika dibalik pribadi yang sederhana dan bersahaja ini, ada motivasi, kerja keras, tekad dan keuletan seorang Elsa Maharrani mendirikan Kampung Jahit untuk menggerakkan perekonomian Ibu Rumah Tangga yang ada di kampungnya, di Padang.
Sejarah Kampung Jahit
Jika mendengar kata Kampung Jahit seketika terbersit atau tercetus kalimat "wahh pasti pendirinya jago jahit nih", ternyata Ibu Elsa Maharani ini sebenarnya tidak bisa menjahit.
ADVERTISEMENT
Menurut pengakuan Ibu Elsa, beliau tidak bisa menjahit, namun tergerak untuk mendirikan Kampung Jahit ini, berawal dari keresahan Ibu Elsa pada kehidupan kaum perempuan yang ada di kampungnya, yang sulit mendapatkan akses kesehatan sehingga berobat ke Dukun, yang sulit mendapatkan akses pendidikan sehingga anak-anak mereka harus putus sekolah, yang sulit mendapatkan akses penghasilan sehingga mata pencaharian utama yang bisa dilakukan hanya sebagai Petani, bekerja di ladang milik orang lain, pemecah batu kali dan banyak juga Ibu-ibu yang berstatus sebagai orangtua tunggal.
Atas keresahan tersebut, Ibu Elsa mulai berpikir untuk membuat brand pakaian muslim sendiri, hingga akhirnya diputuskan untuk membuat rumah produksi sendiri untuk brand Pakaian muslimnya, dan di tahun 2019 ibu Elsa mendirikan Kampung Jahit dengan menggandeng ibu-ibu yang bisa menjahit di kampungnya untuk menjahit produk yang akan diproduksi Kampung Jahit.
ADVERTISEMENT
Kampung Jahit, percampuran Bisnis dan Pemberdayaan Masyarakat
Keputusan membuat Brand pakaian muslim sendiri bukan tanpa didasari alasan atau pengalaman, karena sejak SMA Ibu Elsa sudah berjualan Hijab dengan mendapatkan kepercayaan dari Toko Hijab di pasar untuk menjual Hijabnya dengan sistem konsinyasi.
Kegigihan dan keuletan Ibu Elsa dalam mencari penghasilan tambahan sejak SMA agar tidak membebani orangtua, akhirnya memotivasi anak ke-2 dari 10 bersaudara ini untuk mendirikan Kampung Jahit untuk turut membantu kaum Perempuan di kampungnya mendapatkan penghasilan tambahan.
Pada awal ibu Elsa mendirikan Kampung Jahit di tahun 2019, reaksi dari masyarakat saat itu masih belum antusias dan susah mendapatkan kepercayaaan, karena belum pernah ada yang membuat Kampung Jahit sebelumnya di wilayah Sumatera Barat. Sehingga saat itu hanya 1 (satu) orang penjahit yang bergabung dengan Kampung Jahit, namun tidak ada usaha yang tanpa perjuangan yah, lambat laun banyak perempuan yang memiliki skill menjahit berdatangan, bahkan ada yang tidak bisa menjahit minta diajarkan menjahit agar bisa bergabung dengan Kampung Jahit.
ADVERTISEMENT
Saat itu penjahit yang berdatangan masih mengerjakan jahitannya di rumah masing-masing, namun setelah adanya tempat Produksi di Kampung Jahit yang dibangun dari dana hibah ketika ibu Elsa mendapatkan Satu Indonesia Award tahun 2020, ada beberapa penjahit yang bisa menjahit di tempat produksi ini.
Penjahit Bapak-bapak hingga Disabilitas bergabung di Kampung Jahit.
Hingga saat ini total Penjahit yang bergabung di Kampung Jahit ada 54 (lima puluh empat) Penjahit, sekitar 40-an penjahit bekerja di rumahnya masing-masing dan sisanya bekerja di tempat produksi Kampung Jahit. Dan luar biasanya diantara 54 Penjahit ini ada Penjahit yang disabilitas juga. Ibu Elsa mengatakan semangat Penjahit disabilitas ini bahkan tidak kalah dengan Penjahit pada umumnya, Masya Allah.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya kaum Perempuan saja, saat ini Penjahit yang ada di Kampung Jahit juga ada bapak-bapaknya juga, yang pernah kerja di Malaysia dan pulau Jawa yang kemudian pulang kampung karena sudah tidak mendapatkan penghasilan disana, akhirnya menjadi Penjahit di Kampung Jahit ini. Penjahit di Kampung Jahit tidak hanya berasal dari Kampungnya saja, tapi juga sudah tersebar di beberapa kelurahan lain bahkan luar kota Padang.
Maharrani Menembus Pasar Malaysia dan meningkatnya Penghasilan Ibu Rumah Tangga di Kampung Jahit
Wanita penerima Satu Indonesia Awards 2020 ini mengatakan bahwa, penghasilan yang didapat ibu-ibu di Kampung Jahit ini berkisar Rp. 500.000,- hingga Rp.1.000.000,- per minggu, tergantung dari seberapa rajinnya bisa menjahit produk. Alhamdulillah penghasilan ini bisa memperbaiki kehidupan ibu-ibu di kampungnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Ibu Elsa, tantangan terbesar adalah untuk terus berupaya mencari pasar yang semakin luas. Karena ada banyak orang yang bergantung hidupnya dari Kampung Jahit.
Dan tantangan ini dijawab oleh Ibu Elsa dengan membuat jenis busana muslim yang lebih beragam dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau.
Produk yang sudah dibuat oleh Maharrani terdiri dari gamis, scarf, mukena, ada yang sifatnya daily wear dan ada yang etnik minang seperti tenun, songket dan basiba.
Dan Ibu Elsa Maharrani bersama suami nya juga ikut membuat brand Hamka Indonesia yang khusus memproduksi busana muslim Pria seperti Baju Koko, Gamis.
Penjualan Maharrani dan Hamka Indonesia dilakukan dengan sistem reseller atau keagenan. Reseller pun tersebar dari aceh sampai ke jayapura.
Dan untuk memperluas pemasaran hingga ke Luar Negeri, produk Maharrani sekarang juga tersedia di salah satu mall di Malaysia, tepatnya di strand mall, selangor, Malaysia, bekerjasama dengan Butik bernama Nusantara Fashion House.
ADVERTISEMENT
Keunggulan Maharrani hingga bisa merambah ke pasar Malaysia tak lepas dari desain busana yang selalu berinovasi seperti busana bagi ibu menyusui, busana yang memudahkan untuk berwudhu, serta menawarkan produk berkualitas dengan harga terjangkau.
Jika brand busana muslim lainnya menawarkan produk seharga Rp.300.000 - Rp. 500.000, maka Maharrani hanya menjual produk seharga Rp.200.000, sehingga konsumen selalu repeat order.
Harapan Ibu Elsa dengan Satu Indonesia Awards
Pada tahun 2020, Ibu Elsa Maharrani mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Awards untuk kategori wirausaha berkat perjuangannya mendirikan Kampung Jahit dan berhasil memberdayakan Perempuan di kampungnya melalui Kampung Jahit.
Banyak sekali dampak positif yang ia dapatkan setelah mendapatkan penghargan Satu Indonesia Awards 2020, nama Kampung Jahit pun jadi dikenal oleh Publik hingga keluar kota Padang, Ibu Elsa pun sering dipanggil sebagai narasumber atau pembicara di berbagai acara dan paling berdampak pada berdirinya rumah produksi Maharrani yang didirikan dari dana hibah saat ia menerima penghargaan Satu Indonesia Awards , yang berdampak pada meningkatnya produksi Maharrani.
Harapan ibu Elsa dengan Satu Indonesia Awards, semoga Satu Indonesia Awards memberikan support atau dukungan yang berkelanjutan kepada pemenang Awards agar penerima awards bisa meneruskan dan mengembangkan programnya agar dampak yang dirasakan bisa lebih luas lagi.
ADVERTISEMENT
(Sebagian besar isi tulisan ini berdasarkan Wawancara langsung penulis dengan Ibu Elsa Maharrani melalui chat Whatsapp tanggal 22 Agustus 2023)