Konten dari Pengguna

Mengangkat Wisata Kuliner Lokal dengan Menghidupkan Budaya Makanan Indonesia

Farah Erfa Nafisyah
Seorang mahasiswa jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
12 Desember 2024 15:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farah Erfa Nafisyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Makanan Tradisional Wonosobo Mi Ongklok. Foto: Milik pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Makanan Tradisional Wonosobo Mi Ongklok. Foto: Milik pribadi.
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita tahu, manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari memiliki tiga kebutuhan pokok utama yaitu sandang, pangan, dan papan. Pangan yang berarti makanan dan minuman merupakan sumber energi dan nutrisi yang dapat membantu manusia menjalankan kehidupan sehari-hari. Namun, ternyata makanan juga dapat digunakan untuk hal lain seperti menggambarkan identitas, sejarah, dan juga budaya. Latar belakang dibalik suatu makanan dapat diasosiasikan pada budaya maupun sejarah tertentu. Begitupun dengan makanan tradisional Indonesia. Lantas, bagaimanakah budaya dibalik makan Indonesia dapat digunakan untuk mengembangkan potensi pariwisata Indonesia?
ADVERTISEMENT
Potensi Kuliner Indonesia: Kekayaan Rasa dari Sabang sampai Merauke
Dalam konteks budaya, makanan sering dihubungkan pada fungsi simbolis dan teknis pada suatu kelompok budaya. Di Indonesia sendiri, budaya makanan dibentuk melalui beberapa faktor seperti alam, sejarah, dan budaya. Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki kekayaan budaya dan perbedaan yang melimpah dari ujung sabang sampai merauke. Hal ini juga tercermin dari berbagai makanan khas yang dimiliki oleh berbagai suku dan juga daerah di Indonesia. Di pulau Sumatera, terdapat rendang yang merupakan daging berempah yang dengan cita rasa melimpah. Di ujung timur Indonesia, papeda yang merupakan sumber protein berbahan dasar tepung sagu sering kali ditemukan di pulau-pulau seperti Papua dan juga Sulawesi. Lain lagi di tengah pulau Jawa, terdapat makanan Gudeg yang merupakan olahan nangka muda dengan santan.
ADVERTISEMENT
Berbagai cita rasa makanan tradisional di Indonesia juga dipengaruhi oleh lingkungan alam serta ketersediaan sumber daya di daerah tersebut. Hal ini menciptakan keberagaman makanan pokok, bahan utama makanan, dan rasa. Sebagai contoh, Bali yang mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu memiliki banyak olahan makanan yang berbahan dasar babi. Pulau Kalimantan, yang letak geografisnya dikelilingi oleh air tawar memiliki banyak olahan berbahan dasar ikan air tawar. Begitu Pula dengan adanya perbedaan antara daerah Jawa bagian tengah yang memiliki makanan tradisional dengan cita rasa cenderung manis dan Jawa bagian timur yang memiliki makanan tradisional dengan cita rasa sebaliknya.
Budaya Makanan Sebagai Daya Tarik Wisata
Pengalaman pariwisata memiliki hubungan erat dengan konsumsi makanan selama perjalanan tersebut. Selain sebagai sumber energi yang mengenyangkan, makanan juga merupakan sebuah pengalaman yang dapat dirasakan oleh manusia. Ketika sedang berwisata, wisatawan secara tidak langsung akan mendapatkan pengalaman yang berasal dari konsumsi makanan dan minuman di tempat yang sedang dituju. Bahkan, anggaran belanja yang dikeluarkan wisatawan selama berwisata untuk makanan dapat mencapai sepertiga dari total pengeluaran mereka. Hal ini menunjukkan potensi tinggi pada makanan tradisional sebagai daya tarik bagi wisatawan ketika berkunjung ke suatu tempat.
ADVERTISEMENT
Peran Komunitas Lokal dalam Menghidupkan Kuliner Tradisional
Kuliner khas Yogyakarta, Gudeg. Foto: Milik pribadi.
Untuk mendukung gerakan ini, banyak pihak yang harus turut berkontribusi. Baik dari masyarakat, pelaku UMKM, hingga pemerintah daerah. Pemerintah dalam hal ini memiliki andil yang cukup besar. Dalam penyebarannya, mempromosikan berbagai makanan tradisional dalam satu waktu memiliki tantangannya tersendiri. Faktanya, saat ini paparan internasional dan nasional terhadap makanan tradisional Indonesia masih belum merata. Makanan tradisional yang berasal dari pulau Jawa dan Sumatera masih lebih dominan dibandingkan dengan makanan tradisional di daerah lainnya. Ketimpangan ini menyebabkan masih banyak masyarakat di luar Indonesia yang tidak mengetahui pulau-pulau lainnya di Indonesia beserta keunikan yang mereka miliki terlepas dari pulau-pulau dominan tersebut.
Di era globalisasi ini, masyarakat dapat dengan mudah memberikan kontribusinya terhadap pengembangan kuliner tradisional di Indonesia. Festival makanan lokal seringkali diadakan sebagai upaya pengenalan makanan tradisional ke masyarakat lebih luas. Selain itu, UMKM Indonesia yang menjual makanan tradisional kini sudah menjamur dan memiliki pasar yang luas dan beragam.
ADVERTISEMENT
Strategi untuk Memajukan Wisata Kuliner Indonesia
Terdapat berbagai strategi inovatif yang dapat turut mendukung gerakan pengembangan kuliner tradisional Indonesia. Seperti pemanfaat teknologi digital untuk melakukan promosi, mengadakan berbagai festival makanan tradisional, melakukan inovasi produk makanan tradisional dengan memberikan sentuhan yang lebih modern, dan banyak cara lainnya untuk mendukung gerakan pengembangan ini. Masyarakat bisa turut andil dengan memberikan antusiasmenya dalam mendorong popularitas makanan tradisional Indonesia.
Penutup
Makanan tidak hanya merupakan sumber energi yang dapat memberikan rasa kenyang, namun juga merupakan cerminan budaya dan sejarah. Dengan menghidupkan budaya kuliner lokal, Indonesia dapat memberikan pengalaman baru bagi wisatawan yang berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, melalui budaya kuliner lokal, Indonesia dapat memperkenalkan kekayaan budaya yang dimilikinya pada dunia. Keberagaman Indonesia, khususnya dalam hal kuliner, merupakan keunggulan besar yang, jika dimanfaatkan dengan baik, dapat memajukan pariwisata lokal secara pesat.
ADVERTISEMENT