Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Eksistensi Filologi di Jaman Modern
28 November 2022 11:01 WIB
Tulisan dari farhat faqih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia semakin berkembang, sektor-sektor dari kehidupan dikontruksi ulang oleh berbagai media yang lahir dari jaman modern. Peran dari pembangunan masa lalu tidak lagi dilihat dalam perspektif yang istimewa. Karenanya kajian-kajian yang menyangkut masa lalu pun tidak luput dari keterasingan pada jaman modern seperti saat ini.
Filologi merupakan sebuah ilmu yang mengkaji tentang berbagai manuskrip dari berbagai latar belakang penulisan. Tujuan dari ilmu filologi ini yaitu untuk melihat kontinuitas yang terjadi dalam rentang waktu naskah itu ditulis sampai pada saat ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Adib Sofia, seorang dosen sosiologi agama UIN Sunan Kalijaga dalam seminarnya mengatakan bahwa secara tegas jika masyarakat tidak lagi mau menengok pada sebuah tatanan dan nilai-nilai yang diproduksi oleh masa lalu, maka kita tidak akan sampai pada masa modern seperti saat ini. Artinya adalah bahwa kontinuitas pasti terjadi di dalam membangun peradaban yang baru, peran dari masa lalu dapat dijadikan alasan fundamental dan sekaligus kontrol dalam menekan tatanan dan nilai-nilai yang saat ini berkembang ke arah yang tidak diketahui kepastiannya.
Namun yang sangat disayangkan adalah bahwa eksistensi filologi pada saat ini tidak lagi mendapat panggung yang istimewa dimata masyarakat umum dan akademisi, hal itu serupa dengan yang dikemukakan oleh Adib Sofia, menurutnya saat ini, di kampus-kampus, peminat bidang ilmu filologi yang mengkaji manuskrip kuno sangatlah sedikit.
ADVERTISEMENT
Padahal ilmu filologi sempat berjaya pada rentang waktu abad-18 sampai dengan abad-19. Menurut Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum. selaku dosen dari UIN Syarif Hidayatullah dalam seminar yang bertajuk Visitting lecture Undip menyatakan bahwa di Leiden, kajian filologi mendapat sambutan hangat dan sekaligus menandai kejayaannya, hal itu dikarenakan adanya upaya untuk melebih-lebihkan dalam memandang relevansi dan nilai penting di dalam manuskrip Indonesia oleh para sarjana Belanda.
Penyebab terjadinya dekadensi dalam melihat ilmu filologi tidak lain adalah karena masyarakat maupun akademisi hanya melihat dunia ilmu dengan perspektif materialistik semata, sehingga tendensi yang lahir pun akan lebih bersifat pragmatis. Masyarakat hanya akan melihat bahwa filologi hanyalah sebuah ilmu yang membawa mereka pada kenyataan yang utopis.
ADVERTISEMENT
Di samping tidak mendapatkan output yang diinginkan, ilmu filologi pun dipandang sebagai keterampilan yang tidak terlalu penting di zaman modern seperti saat ini. Karenanya hal itu sangatlah kontras jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain, seperti akuntansi, hukum, politik, dan lain sebagainya.
Contoh kasus yang sangat konket yaitu pada pengalaman Haekal, seorang mahasiswa S2 jurusan filologi Universitas Indonesia yang dikutip dari detik edu, ia menyatakan bahwa selama masa kuliahnya itu, beberapa temannya mengejek dirinya karena mengambil jurusan filologi. Ia mengungkapkan "secara jujur beberapa teman dulu mengejek saya untuk apa belajar hal-hal kuno seperti manuskrip yang jelas tidak akan menghasilkan uang berlimpah, juga bukan ilmu yang penting untuk masyarakat modern." Ucap Haekal.
ADVERTISEMENT
Dari pengalaman Haekal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu filologi di jaman modern seperti saat ini tidak mendapatkan panggung yang istimewa di dalam masyarakat, dan oleh karenanya eksistensi filologi menuju dekadensi.