Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Implementasi Pendampingan Teman Sebaya Dalam Advokasi Remaja
26 Juni 2024 7:40 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Fatkhul Fikri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Proses kehidupan dalam dunia tidaklah bisa kita pungkiri bahwa akan adanya perbuatan yang mungkin dapat menjerumuskan remaja ke dalam hal yang buruk. Mengapa demikian?
ADVERTISEMENT
Lingkungan yang kita tinggali tidak selalu membawa kita ke dalam sesuatu hal yang baik. Maka dari itu, perlulah mengontrol diri kita dengan teguh. Manusia diharuskan mempunyai iman yang kuat, pendirian yang tak goyah, dan tentunya bisa mengontrol diri agar tidak terpengaruh dalam hal keburukan.
Remaja dan Tantangan Masa Depannya
Hal yang kita tekankan dan kita spesifikasikan adalah remaja. Menurut Santrock (2012), masa remaja merupakan salah satu periode transisi dalam kehidupan manusia dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Kehidupan remaja yang ditandai oleh berbagai macam kenakalan remaja adalah bukti lemahnya moralitas dan kepribadian usia remaja.
Di Indonesia, selama beberapa tahun terakhir, menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin serius tentang permasalahan remaja Indonesia, khususnya masalah sosial, psikologi, budaya, dan moralitas.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, gambaran tentang banyaknya remaja Indonesia yang mengalami masalah sosial ditunjukkan dalam bentuk perbuatan kriminal, asusila, dan pergaulan bebas.
Masalah degradasi moral yang diwujudkan dalam bentuk kurang menghormati orang lain, tidak jujur, hingga usaha menyakiti diri seperti mengonsumsi narkoba, minum minuman keras, dan bunuh diri adalah salah satu bentuk dari kecenderungan neurotik (Puspitawati dalam Sriyanto, 2014).
Sudah tidak menjadi hal yang tabu lagi jika mendengar kasus kenakalan remaja ataupun remaja yang menutup diri (introvert). Perbuatan tersebut dapat dikenakan pidana yang tertuang dalam Pasal 71 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Undang-undang ini juga mengatur bahwa anak atau remaja yang melakukan kejahatan karena kenakalan remaja akan dikenakan hukuman pidana pokok dan tambahan.
ADVERTISEMENT
Faktor-Faktor Pengaruh Remaja
Individu menjadi faktor utama dalam memilih dan menentukan eksistensi dirinya dalam membentuk karakter agresif atau pasif. Hal itu bisa dikarenakan beberapa faktor, yakni keluarga, pribadi, dan lingkungan. Kurangnya perhatian dan pengertian, atau yang biasa disebut sebagai tidak adanya ruang curahan hati atau tempat kepercayaan untuk saling bertukar cerita, menjadi penyebabnya.
Pendidikan seharusnya menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan kemampuan dan membangun karakter peserta didik. Pendidikan memberi pelajaran nilai-nilai kearifan dan budaya masyarakat. Selaras dengan hal itu, pendidikan yang bermakna dan bermutu harus selalu mengacu ke masa depan.
Pendidikan bermakna juga harus bersifat komprehensif, untuk mempersiapkan masa depan peserta didik. Peserta didik akan menghadapi kehidupan yang kompleks karena tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Keluarga dan Teman Sebaya
Berkaitan dengan pendidikan, keluarga menjadi faktor penting dalam perkembangan psikologi dan sosial anak. Pola asuh dan komunikasi yang dilakukan orang tua dapat memberikan pengalaman pada masa kanak-kanak yang akan memengaruhi perkembangan berikutnya.
Proses berteman juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam berbaur, mencari relasi, dan lain sebagainya. Remaja sebenarnya lebih cenderung mudah untuk bercerita kepada teman sesama umurnya karena menurut mereka, orang yang seumuranlah yang lebih mengerti apa yang sedang mereka rasakan.
Namun, kesalahan maupun pengaruh buruk dari teman menjadi sorotan yang harus selalu diperhatikan, agar diri yang telah menerima segala aspek teman dari berbagai macam sifat dapat terlindungi dari hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh para remaja.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dilakukan oleh Kusprasetyo (2016) menunjukkan kepribadian ekstrovert memiliki peluang besar untuk menjadi seseorang dengan kesehatan mental yang baik. Sebaliknya, seseorang dengan tipe kepribadian introvert rentan mengalami kecenderungan gangguan mental.
Penelitian yang dilakukan tersebut menunjukkan korelasi negatif antara tipe kepribadian ekstrovert dengan kesehatan mental seseorang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Azizah (2016) menemukan bahwa dari 70 subjek penelitian, 45 subjek mengalami gangguan mental dan 67% di antaranya memiliki tipe kepribadian introvert.
Pentingnya Pendampingan dan Dukungan
Kita tidak bisa melihat potensi seseorang hanya ketika dia kelihatan pasif di depan khalayak umum saja. Ada juga dari mereka yang berpotensi, namun mereka kurang berani menyampaikan apa yang menjadi potensi mereka.
Pendampingan teman sebaya dapat menjadi salah satu cara dalam pemberdayaan remaja, karena sebagian remaja cenderung bercerita atau mencurahkan hati kepada teman sebayanya daripada kepada guru maupun orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disebabkan karena sesama remaja sudah paham betul terkait dinamika suatu masalah yang lebih spontan dalam mengadakan kontak.
Maka dari itu, sudah selayaknya sesama kaum remaja saling mewadahi remaja-remaja yang kurang mendapat perhatian, baik mereka yang telah berbuat kejahatan maupun mereka yang secara mental menutup dirinya.
Harapannya, setelah pemberian wadah dan pemberdayaan yang diterima oleh remaja, kita dapat meminimalkan pelajar yang apatis terhadap isu sosial terkini. Remaja merupakan bibit-bibit orang yang akan memajukan dunia, yang akan membuat dunia ini jauh lebih baik lagi.