Konten dari Pengguna

Dewasa Berdemokrasi: Husnuzan kepada Mereka yang Maju untuk Membenahi Bangsa

Feizal Reza Pahlevi
International Relations graduate from Diponegoro University, Passionate about navigating the world through the words
24 Juli 2023 20:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Feizal Reza Pahlevi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Partai Peserta Pemilu Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Partai Peserta Pemilu Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Memasuki tahun 2024 yang tidak lama lagi, berbagai partai politik (parpol) kerap merapatkan barisan sekaligus mengencangkan strategi kampanye sebagai upaya mempromosikan para kadernya.
ADVERTISEMENT
Hal ini bisa kita rasakan mulai hari ini, berbagai paparan senyuman wajah para calon legislatif (caleg) beserta kreativitas copywriting-nya turut meramaikan sudut-sudut jalan raya.
Berdasarkan laporan KPU, sejumlah 24 parpol akan bertarung meramaikan ajang pesta demokrasi pada tahun depan. Berbagai perbedaan latar belakang para caleg yang diusung oleh berbagai parpol seakan melambangkan kekhasan pluralisme serta keberagaman yang dimiliki bangsa ini.
Bahkan terdapat segelintir pesohor yang namanya sudah melanglang buana di mata masyarakat juga turut berpartisipasi dalam bursa pemilihan. Sebut saja seperti Ahmad Dhani, Once Mekel, hingga Melly Goeslaw.
Fenomena ramainya persaingan gagasan para caleg untuk maju di daerah pemilihannya (dapil) masing-masing, turut menjadi pertanda yang sehat bagi keberlanjutan praktik demokrasi di Indonesia. Sayangnya masih terdapat segelintir masyarakat yang acapkali berperilaku skeptis dalam menyambut pemilihan legislatif di negeri ini.
Ilustrasi mencoblos saat pemilu. Foto: AFP/Chaideer Mahyuddin
Alasannya beragam, mulai dari rasa kurangnya representatif terhadap kehadiran aspek legislatif pada sendi-sendi kehidupan, hingga rasa rendahnya kepercayaan masyarakat pada institusi tersebut lantaran keterkaitan terhadap aspek korupsi yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Bagi penulis, ribuan caleg yang saling berkompetisi guna mengisi posisi di instansi legislatif merupakan insan-insan terbaik yang dimiliki oleh bangsa. Setidaknya mereka telah lolos proses kaderisasi internal partai yang rumit dengan mengandalkan keahlian serta isu yang diperjuangkannya masing-masing.
Dengan kata lain, mereka merupakan orang-orang spesial yang didelegasikan oleh partai yang memiliki tugas sebagai penyambung lidah konstituennya.
Oleh karena itu, sebaiknya janganlah kita mencemooh kehadiran para caleg di tengah ruang publik. Dengan menyumbangkan nama pada bursa pemilihan legislatif, setidaknya hal ini membuktikan bahwa masih ada segelintir orang yang peduli terhadap keberlangsungan kehidupan demokrasi dan siap membenahi Bangsa dengan segala sumber daya yang dimiliki.
Ilustrasi Pemilu Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Jangan lupa, hilir dari kinerja instansi legislatif di Indonesia pada akhirnya akan ditentukan oleh publik sebagai stakeholder yang memiliki hak penuh untuk memilih.
ADVERTISEMENT
Dari mulai sekarang, publik sudah harus mulai mengetahui terkait lika-liku caleg yang berada di dapilnya masing-masing melalui berbagai sumber informasi. Jatuhkan pilihan anda kepada seseorang yang preferensi politiknya mewadahi kepentingan anda.
Terdapat nilai filosofis mengapa seseorang yang memiliki hak pilih harus berusia 17 tahun. Hal ini dikarenakan usia tersebut sudah dianggap cukup matang untuk memilih suatu keputusan dengan logis dan sadar sepenuhnya.
Oleh karena itu, berdemokrasilah dengan dewasa dengan cara memilih ataupun golput sekalipun tanpa merugikan pihak lainnya. Keputusan sepenuhnya ada di tangan Anda.