Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bersikap Baik Itu Mahal Harganya
29 Juni 2023 5:04 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Felicia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pura-pura menjadi tenang adalah hobi semua orang. Banyak dari kita selalu bersikap tenang atas segala hal yang sebetulnya ingin kita luapkan dan balas dengan apa yang ingin kita ucapkan.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya pura-pura tenang memang cara terbaik menjadi tetap diam dan membiarkan mereka mengoceh tentang apa yang mereka nilai tentang kita. Namun percayalah, manusia tidak luput dari kesalahan dan kita diajarkan untuk sabar dan terus kembangkan diri kita sehingga yang telah menusuk hati kita itu bungkam oleh hasil usaha yang telah kita lakukan.
Andai orang-orang tahu bahwa apa yang telah mereka ucapkan dengan sarkas itu sebetulnya menimbulkan efek yang membuat kita tenggelam dengan isi pemikiran kita sendiri. Ada banyak ketakutan dan kekhawatiran yang kemudian muncul menghantui kita atas ucapan-ucapan dan tindakan yang tidak pantas.
Setiap waktu, isi kepala yang tenang pun mulai beradu ramai, membuat kita jadi merindukan sunyi dan ketenangan. Walau kita semua tahu bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, namun kita juga tahu bahwa kita masih bisa menciptakan keabadian yang tidak mudah diwujudkan dengan waktu yang sebentar saja, yaitu keabadian yang kita sempurnakan dari atas segala usaha yang berani kita lakukan.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan-pertanyaan atas apa yang telah benak kita pertanyakan, dari apa yang telah orang lain ujarkan pun menjadi pekerjaan tambahan bagi benak kita yang juga butuh waktu untuk beristirahat menikmati ketenangan. Isi benak kita yang ramai itu pun pada akhirnya mengalami kekhwatiran yang membuat kita jadi terus memikirkan penilaian yang diberikan orang lain kepada kita.
Namun, jika penilaian yang orang lain berikan bermaksud supaya kita bisa memperbaiki diri menjadi lebih baik, maka ada baiknya kita menerimanya dengan baik juga.
Kalau penilaian yang kita terima bermaksud pada kata merendahkan, maka hal tersebut lah yang membuat kita tidak lagi mencintai diri sendiri, sekaligus menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat isi benak kita ramainya bukan main
Menjadi yang paling tenang tentu menyakitkan, ada kalanya kita ingin bersuara atas apa yang telah kita terima. Sehingga pada akhirnya, yang kita inginkan adalah ketenangan. Bukankah baik jika tidak membuat orang lain merasa kecewa dengan dirinya sendiri? Siapakah manusia di muka bumi ini yang selalu menerima jika dirinya direndahkan?
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, marilah kita sama-sama peduli dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. Pun jika orang lain melakukan kesalahan, maka berikan tanggapan atau penilaian yang baik dan sopan. Bukankah sangat manusiawi jika kita melakukannya dengan benar? Karena kita harus memanusiakan manusia, kan? Jadi, mari saling mengerti walau sedikit.
Maka dari itu, saya berharap artikel saya dapat menjadi pengingat bahwa seseorang yang berpura-pura tenang sebetulnya memiliki keramaian yang tidak akan pernah bisa kita lihat bentuknya, dan kita pun tidak bisa tahu apakah ia sedang baik-baik saja atau tidak.
Jadi, apa salahnya jika kita mulai bersikap baik, sehingga kepura-puraan itu sedikit demi sedikit memudar dari beberapa orang. Mari kita menciptakan lingkungan yang positif, mari kita berani menjadi manusia yang siap melakukan tindakan yang benar.
ADVERTISEMENT
Lagipula, berpura-pura tenang sebetulnya semakin membuat diri kita tidak sepenuhnya tenang dan terbebas dari segala kebisingan. Jadi, mari kita semua sama-sama mengurangi kepura-puraan dengan bersikap baik sewajarnya kepada orang lain, dan orang lain akan melakukannya kepada kita dan juga kepada orang yang lainnya lagi. Bahwasanya, bersikap baik itu mahal harganya.