Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kebosanan: Teman atau Musuh?
27 November 2024 11:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Felicia Liem Sulimro 1332080 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebosanan adalah perasaan yang kita dapatkan saat kita tidak tertarik dengan apa yang kita sedang lakukan atau apa yang terjadi di sekeliling kita. Di era digital saat ini, kebosanan hampir tereliminasi dari kehidupan kita dengan penggunaan gadget. Tetapi, kebosanan tetap muncul secara tidak terduga ketika kami menunggu WI-FI untuk memuat halaman Instagram atau saat ponsel kami perlu restart karena kesalahan sistem.
Kebosanan merupakan salah satu emosi yang paling tidak disukai. Aspek buruk dari kebosanan sudah menjadi pengetahuan umum, dikarenakan setiap manusia pernah mengalaminya. Namun, semua emosi ada fungsinya. Sama seperti bagaimana kebahagiaan yang melimpah dapat menurunkan kreativitas atau menyebabkan kelelahan, mungkinkah ada efek positif dari kebosanan yang tidak dikenali secara umum? Meskipun topik ini bersifat subjektif karena pengalaman yang berbeda mengenai kebosanan, sudut pandang ilmiahnya berbagi kesamaan.
ADVERTISEMENT
Kebosanan Sebagai Teman
Sebuah penelitian terkenal di bidang neurologi oleh the University of Virginia menyarankan bahwa manusia lebih memilih rasa sakit daripada kebosanan. Sebanyak 67% pria dan 25% wanita yang telah mengatakan mereka bersedia untuk membayar untuk tidak tersengat listrik menyengatkan diri sendiri dengan listrik dalam hanya 15 menit di kondisi laboratorium yang membosankan. Sengatan listriknya tidak parah tetapi menyakitkan. Yang sebenarnya dihindari oleh peserta penelitian dengan melakukan sengatan listrik adalah perenungan di pikiran sendiri saat tidak mengharapkannya.
Saat bosan, pikiran kami melayang ke masa lalu, sekarang dan masa depan. Ketika lingkungan eksternal menjadi kurang menstimulasi, kita secara alami mengalihkan perhatian kita ke dalam pikiran kita sendiri. Hal yang sama terjadi ketika kita melakukan curah pendapat, kecuali kita mungkin tidak menikmati prosesnya. Akan tetapi, makin sedikit rangsangan yang kita terima, makin dalam kita bisa berpikir. Kini merupakan kesempatan untuk membuat rencana untuk masa depan ataupun menggali ide yang telah diproses di pikiran kita.
ADVERTISEMENT
Fakta bahwa sebagian orang lebih suka melakukan sesuatu, bahkan menimbulkan rasa sakit pada diri mereka sendiri, daripada merasa bosan berarti kebosanan dapat menjadi motivator untuk mencoba hal-hal baru daripada tetap stagnan. Pada sisi lain juga, pengembaraan pikiran dapat menjadi aktivitas yang sangat berguna. Pentingnya hal ini disorot dalam buku Hyperfocus di mana Chris Bailey menyatakan bahwa sebagian besar taktik dalam bukunya melibatkan membuat pekerjaan dan kehidupan menjadi kurang merangsang untuk menjinakkan gangguan dan fokus pada tingkat yang lebih dalam. Dia mencantumkan "membuat diri Anda bosan selama lima menit dan memperhatikan pikiran apa yang terlintas di kepala Anda" sebagai salah satu cara untuk mengolah ide. Selebihnya, kebosanan memicu perasaan nostalgia yang menjadi pintu masuk untuk refleksi diri. Kita juga menjadi makin mampu untuk memecahkan masalah dengan merefleksikan pengalaman masa lalu.
ADVERTISEMENT
Kebosanan Sebagai Musuh
Seperti yang dikatakan oleh filsuf Denmark eksistensialisme Søren Kierkegaard, kebosanan adalah akar dari semua kejahatan atau penolakan untuk menjadi diri sendiri.
Jika kami membayangkan polisi atau teller bank yang bekerja setengah-setengah akibat kebosanan, jelas bagaimana kebosanan dapat menyebabkan kekacauan. Contohnya, kebosanan bisa menjadi sumber stres bagi kepolisian yang pada akhirnya jatuh sakit.
Kebosanan kronis atau kebosanan yang berlangsung dalam jangka waktu lama berhubungan dengan perilaku berisiko, antara lain perjudian kompulsif, tidak hati-hati saat mengemudi, dan penyalahgunaan obat-obatan serta alkohol. Orang yang mudah bosan juga rentan terhadap depresi, kecemasan, isolasi, dan kinerja kerja yang buruk.
Teman atau Musuh?
Kesimpulannya, kebosanan adalah musuh universal manusia, namun jika kita tidak membencinya dan menerima unsur positif akan pikiran melayang, kebosanan bisa saja menjadi teman. Akan tetapi, tidak ideal jika kebosanan dijadikan teman pendamping. Kebosanan bukanlah alasan untuk tidak melakukan hal-hal bermakna.
ADVERTISEMENT