Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Gerakan Boikot Produk Pro-Israel Semakin Masif, Efektifkah?
13 November 2023 14:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Alfira Prashanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbagai platform media sosial sedang diramaikan dengan seruan untuk memboikot produk dari merek yang dianggap atau pun terbukti mendukung Israel dalam aksi penyerangan yang tidak manusiawi terhadap Palestina. Ajakan untuk tidak lagi membeli produk dari merek tersebut semakin masif digaungkan pihak pro-Palestina, termasuk warganet pro-Palestina pun gencar menyebarluaskan daftar merek dan produk yang perlu diboikot karena pro-Israel.
ADVERTISEMENT
Beberapa merek dan produk yang masuk daftar boikot adalah McDonald’s, Starbucks, Nestlé, Pringles, bahkan high-end brand seperti Yves Saint Laurent pun termasuk ke dalam daftar boikot. Hal ini memicu timbulnya pertanyaan dari berbagai pihak mengenai efektivitas gerakan boikot produk-produk pro-Israel. Apakah boikot yang dilakukan benar-benar efektif untuk memberikan dampak bagi Israel?
Di berbagai platform media sosial seperti X (Twitter), perdebatan panas antarwarganet terkait seberapa perlu gerakan boikot ini diterapkan di Indonesia bermunculan. Di samping banyaknya warganet yang mendukung secara tegas gerakan BDS (Boikot, Divestasi, Sanksi) tanpa mempertanyakan panjang lebar lagi hal tersebut, ada juga golongan warganet yang terkesan skeptis, sehingga menganggap bahwa boikot ini sebenarnya tidak diperlukan.
Beberapa pihak berpendapat bahwa seruan aksi boikot ini harus disikapi dengan bijaksana. Sebab aksi boikot ini dikhawatirkan bukan lagi gerakan solidaritas kemanusiaan sebagai ungkapan protes pada pihak-pihak yang mendukung aksi keji Israel terhadap Palestina, tetapi malah ditunggangi kepentingan pihak-pihak tertentu yang ingin menjatuhkan perusahaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, muncul juga kekhawatiran bahwa boikot akan menghilangkan banyak lapangan pekerjaan dan menjadi masalah baru. Padahal jika dipikirkan lebih jauh lagi, masyarakat tidak akan secara ekstrem langsung mengalami kesulitan mencari lapangan pekerjaan meskipun adanya aksi boikot.
Dengan adanya aksi boikot tersebut di Indonesia, banyak orang yang akan beralih ke produk lokal dan karena permintaan yang semakin melonjak. Hal ini tentu memicu berbagai merek lokal yang sudah ternama maupun UMKM akan membuka lapangan pekerjaan dalam rangka meningkatkan kemampuan produksi. Jadi, pada intinya akan selalu ada jalan dalam dinamika perekonomian.
Tak hanya itu, ada juga warganet yang memberikan pernyataan sekaligus edukasi untuk warganet lain terkait efektivitas boikot yang dilakukan. Contohnya salah satu pengguna sosial media X dengan nama pengguna @creepylogy_, yang membahas mengenai salah satu perusahaan pro-Israel yaitu McDonald’s. Pengguna X tersebut menjelaskan bagaimana mekanisme boikot yang ditujukan pada McDonald’s akan menimbulkan masalah di bidang supply chain.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan bahwa McDonald’s harus tertib jika sudah berurusan dengan supplier. Oleh karena itu, McDonald’s harus menyepakati kontrak yang sudah dibuat dengan supplier mengenai jumlah berapa ekor ayam per bulan yang harus diambil. Jika kita melakukan boikot dan jumlah penjualan ayam menurun, McDonald’s mau tidak mau tetap harus mengambil ayam dengan jumlah yang sudah disepakati meskipun permintaan menurun drastis demi menghindari masalah yang semakin rumit di sektor supply chain. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian bagi pihak McDonald’s.
Dampak boikot yang meluas dan signifikan terhadap perusahaan dapat terjadi hanya jika boikot benar-benar dilakukan di dunia nyata, bukan hanya di media sosial. Tidak bisa dipungkiri, banyak warganet yang sebenarnya mendukung boikot tersebut dan ikut menyuarakan di media sosial tetapi pada kenyataannya masih kesulitan untuk meninggalkan produk-produk tersebut karena sudah menjadi bagian dari gaya hidup.
ADVERTISEMENT
Di balik banyak pihak yang skeptis dan pesimis terkait efektivitas boikot ini, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan ini sudah mulai memberikan dampak. Melansir data dari CNBC Indonesia, saham Starbucks turun menjadi US$91,4 per saham pada 12 Oktober 2023, yang merupakan harga terendah sejak boikot dimulai.
Selain itu, saham McDonald's pun telah jatuh ke level terendah sejak 27 Oktober 2022. Menurut data Yahoo Finance!, harga saham Starbucks Corporation yang tercatat di bursa Nasdaq melemah 0,89 poin atau 0,96% dibandingkan hari sebelumnya ke level US$91,35 per saham pada penutupan perdagangan Rabu (1/11), waktu setempat. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa aksi boikot yang dilakukan secara masif di berbagai negara di dunia mulai membuahkan hasil yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Aksi boikot yang dilakukan memang tidak secara drastis memengaruhi perekonomian Israel, namun dampak yang dirasakan tetap ada. Hal ini terbukti dari kekhawatiran Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyerukan tindakan untuk melarang kelompok-kelompok yang mendukung gerakan boikot tersebut. Ribuan orang di Israel berpotensi kehilangan pekerjaan jika negara mereka diboikot secara penuh oleh dunia internasional.
Terlepas dari opini apa pun yang mencurigai ada kepentingan pihak tertentu untuk menjatuhkan perusahaan-perusahaan tersebut, hal yang perlu disadari adalah aksi boikot ini dilakukan sebagai bentuk rasa kemanusiaan kita atas apa yang terjadi kepada saudara kita di Palestina. Secara tidak langsung, aksi tersebut membuat perusahaan-perusahaan pro-Israel harus turut bertanggung jawab dan merasakan dampak atas apa yang dilakukan Israel kepada Palestina.
ADVERTISEMENT