Konten dari Pengguna

Kota Takikawa dengan Masalah Depopulasinya

Firdivana Alifia
Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Airlangga, Surabaya
16 April 2025 18:27 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdivana Alifia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
https://www.freepik.com/free-photo/beautiful-architecture-building-with-mountain-landscape-winter-season-sapporo-city-hokkaido-japan_6899688.htm#fromView=search&page=1&position=3&uuid=7b7b6ad1-8356-42de-8038-81f3dbaed03e&query=hokkaido
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-photo/beautiful-architecture-building-with-mountain-landscape-winter-season-sapporo-city-hokkaido-japan_6899688.htm#fromView=search&page=1&position=3&uuid=7b7b6ad1-8356-42de-8038-81f3dbaed03e&query=hokkaido
Kota Takikawa adalah sebuah kota kecil di Prefektur Hokkaido, Jepang. Kota Takikawa menjadi salah satu kota yang terdampak oleh tantangan serius berupa depopulasi di Jepang. Fenomena depopulasi merujuk pada penurunan jumlah penduduk yang signifikan, yang tidak hanya berdampak pada aspek demografi tetapi juga ekonomi, sosial, dan budaya kota tersebut. Seperti halnya yang terjadi pada Kota Takikawa, sejak mencapai puncak populasi sebanyak 52.004 orang pada tahun 1985, jumlah penduduk di Kota Takikawa terus menurun hingga hanya sekitar 36.000 orang pada tahun 2025, dengan proyeksi penurunan lebih lanjut menjadi 25.300 orang dalam dua dekade mendatang. Masalah ini diperparah oleh rendahnya angka kelahiran, migrasi penduduk ke kota-kota besar seperti Sapporo, serta meningkatnya usia rata-rata penduduk yang kini mencapai 49,5 tahun. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis penyebab depopulasi di Takikawa, dampaknya terhadap berbagai sektor, serta upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
ADVERTISEMENT
Permasalahan depopulasi di Kota Takikawa merupakan fenomena yang kompleks dan multidimensional, dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu penyebab utama depopulasi di Takikawa adalah rendahnya angka kelahiran. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Takikawa, tetapi juga menjadi masalah nasional di Jepang. Banyak pasangan muda di Takikawa memilih untuk menunda pernikahan atau bahkan tidak menikah sama sekali. Hal ini didorong oleh kekhawatiran akan kestabilan ekonomi, tingginya biaya hidup, serta beban kerja yang berat. Selain itu, kurangnya fasilitas pendukung keluarga muda, seperti tempat penitipan anak yang terjangkau dan lingkungan yang ramah anak, turut memperparah rendahnya angka kelahiran. Data dari pemerintah kota menunjukkan bahwa dalam satu dekade terakhir, jumlah kelahiran di Takikawa menurun hingga 30%, sementara angka kematian terus meningkat seiring bertambahnya usia rata-rata penduduk.
ADVERTISEMENT
Selain rendahnya angka kelahiran, migrasi penduduk ke kota-kota besar juga menjadi faktor signifikan dalam menurunnya populasi Takikawa. Kota-kota besar seperti Sapporo menawarkan peluang kerja yang lebih banyak, fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih lengkap, serta gaya hidup yang lebih dinamis. Hal ini membuat generasi muda Takikawa, terutama lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi, lebih memilih untuk merantau ke kota besar demi mengejar karier dan kehidupan yang lebih baik. Pada tahun 2021, tercatat hampir 2.000 penduduk Takikawa, mayoritas berusia produktif, memilih untuk pindah ke kota lain. Fenomena ini menyebabkan terjadinya brain drain, di mana sumber daya manusia yang berkualitas meninggalkan kota, sehingga memperlemah potensi pembangunan lokal.
Penuaan penduduk juga menjadi tantangan besar bagi Takikawa. Berdasarkan data sensus terbaru, sekitar 36,5% penduduk Takikawa berusia di atas 65 tahun, dan usia rata-rata penduduk mencapai 49,5 tahun. Kondisi ini menyebabkan struktur demografi kota menjadi tidak seimbang, dengan jumlah penduduk usia produktif yang semakin menurun. Meskipun banyak lansia di Takikawa masih aktif bekerja, terutama di sektor pertanian dan perdagangan, namun secara umum produktivitas tenaga kerja menurun. Selain itu, meningkatnya jumlah lansia juga menambah beban pada sistem kesehatan dan layanan sosial kota. Permintaan terhadap fasilitas kesehatan, perawatan lansia, dan layanan sosial meningkat pesat, sementara tenaga kerja di sektor-sektor tersebut semakin terbatas.
ADVERTISEMENT
Dampak depopulasi di Takikawa sangat luas dan menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dari sisi ekonomi, penurunan jumlah penduduk usia produktif menyebabkan berkurangnya tenaga kerja di sektor-sektor utama seperti pertanian, perdagangan, dan jasa. Hal ini berdampak pada menurunnya produktivitas dan daya saing ekonomi lokal. Banyak usaha kecil dan menengah kesulitan mencari pekerja, sehingga beberapa di antaranya terpaksa menutup usahanya. Selain itu, berkurangnya jumlah konsumen juga menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang dan jasa, yang pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi kota.
Di bidang pendidikan, depopulasi menyebabkan penurunan jumlah siswa di sekolah-sekolah dasar dan menengah. Banyak sekolah di Takikawa yang terpaksa digabungkan atau bahkan ditutup karena kekurangan murid. Hal ini tidak hanya berdampak pada akses pendidikan, tetapi juga mengurangi interaksi sosial di kalangan anak-anak dan remaja. Penutupan sekolah juga berdampak pada guru dan staf pendidikan yang kehilangan pekerjaan, serta menurunkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Dari sisi sosial dan infrastruktur, perubahan struktur demografi menyebabkan pergeseran kebutuhan masyarakat. Permintaan terhadap fasilitas pendidikan dan rekreasi anak menurun, sementara kebutuhan akan layanan kesehatan, perawatan lansia, dan fasilitas umum yang ramah lansia meningkat. Pemerintah kota harus menyesuaikan alokasi anggaran dan perencanaan pembangunan infrastruktur agar sesuai dengan kebutuhan penduduk yang didominasi oleh lansia. Selain itu, berkurangnya populasi juga menyebabkan banyak rumah dan bangunan kosong, yang berpotensi menimbulkan masalah baru seperti penurunan nilai properti, kerusakan lingkungan, dan meningkatnya risiko kejahatan.
Menghadapi tantangan depopulasi yang semakin serius, pemerintah Kota Takikawa telah melakukan berbagai upaya strategis. Salah satu langkah utama adalah menerapkan urban planning berbasis partisipasi warga. Pemerintah kota secara aktif melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, mulai dari pengumpulan aspirasi hingga pelaksanaan program. Forum diskusi, survei, dan konsultasi publik rutin diadakan untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan menarik bagi penduduk, sehingga mereka merasa betah untuk tinggal dan membangun keluarga di Takikawa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah Takikawa juga berupaya mempromosikan kehidupan keluarga dengan memberikan berbagai insentif bagi pasangan muda, seperti subsidi pernikahan, bantuan biaya persalinan, dan program dukungan pengasuhan anak. Pemerintah juga memperbaiki fasilitas umum, seperti taman bermain, pusat kesehatan ibu dan anak, serta memperluas akses ke pendidikan anak usia dini. Upaya ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang ramah keluarga dan mendorong peningkatan angka kelahiran.
Di bidang ekonomi, pemerintah kota berfokus pada pengembangan ekonomi lokal dengan menciptakan peluang kerja baru, mendukung usaha kecil menengah, dan mempromosikan sektor pariwisata. Program pelatihan keterampilan dan kewirausahaan juga digalakkan untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal. Selain itu, pemerintah berupaya menarik investasi dari luar dengan menawarkan insentif pajak dan kemudahan perizinan bagi investor yang ingin membuka usaha di Takikawa. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tantangan depopulasi di Takikawa masih sangat besar. Keberhasilan program-program tersebut sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Diperlukan inovasi dan komitmen jangka panjang untuk menciptakan kota yang berkelanjutan dan mampu menarik kembali penduduk muda agar mau tinggal dan berkontribusi di Takikawa.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan bahwa masalah depopulasi di Takikawa merupakan tantangan kompleks yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan kota tersebut. Penyebab utama meliputi rendahnya angka kelahiran, migrasi ke kota besar, dan penuaan populasi. Dampaknya mencakup penurunan produktivitas ekonomi, perubahan kebutuhan sosial, serta penutupan fasilitas pendidikan. Meski demikian, pemerintah kota telah mengambil langkah-langkah inovatif seperti urban planning berbasis warga dan promosi kehidupan keluarga untuk mengatasi masalah ini. Keberhasilan strategi tersebut akan sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam merancang masa depan Takikawa yang lebih berkelanjutan.