Konten dari Pengguna

Degradasi Pemahaman Bahasa Indonesia

Firliana Hafiza
Saat ini berprofesi sebagai mahasiswi semester 6 konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.
26 Oktober 2021 18:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firliana Hafiza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Degradasi pemahaman bahasa Indonesia menimbulkan kesulitan memhami bacaan. Gambar: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Degradasi pemahaman bahasa Indonesia menimbulkan kesulitan memhami bacaan. Gambar: Pixabay
ADVERTISEMENT
Setiap tahun kita memperingati Bulan Bahasa dan Sastra yang jatuh pada bulan Oktober. Peringatan ini mengingatkan kita pada pentingnya peran bahasa bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karena fungsi bahasa sendiri menurut (Keraf, 2001) adalah sebagai alat untuk mengekspresikan diri, berkomunikasi, beradaptasi sosial, dan melakukan kontrol sosial. Selain itu, dalam bidang pendidikan, peran bahasa hadir sebagai alat untuk berpikir kritis melalui empat aspek keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan keterampilan menulis (Hidayah, 2016).
ADVERTISEMENT
Sayangnya, penggunaan bahasa Indonesia di bidang pendidikan saat ini cukup memprihatinkan. Salah satu gambarannya berasal dari cuitan warganet di media sosial Twitter, pemilik akun berinisial UA membagikan tangkapan layar obrolan yang berisi cerita seorang dosen ketika sedang mengoreksi hasil ujian mahasiswanya. Mahasiswa dosen tersebut banyak yang memilih menjawab soal ujian dengan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia, dosen tersebut merasa heran karena mahasiswanya menggunakan bahasa Inggris dengan cukup baik. Namun, mengapa kemudian ketika mahasiswanya menulis dalam bahasa Indonesia, tulisannya menjadi sangat buruk dengan tata bahasa yang amburadul.
Contoh fenomena di atas menimbulkan pertanyaan, apakah mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami bahasa Indonesia dengan baik dan benar? Jika iya, rasanya masalah ini muncul akibat degradasi kemampuan berbahasa Indonesia, tambah lagi penggunaan bahasa Inggris yang telah akrab di kalangan masyarakat, khususnya bagi generasi milenial dan Z. Padahal, kemampuan berbahasa Indonesia sangat berdampak pada kemampuan memahami bacaan, kegiatan menulis, sampai dengan berpikir kritis. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian dan pekerjaan rumah bersama bagi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kemampuan berbahasa Indonesia masyarakat Indonesia dapat dikatakan perlu diasah lagi, tentunya dengan cara memasyarakatkan kembali bahasa Indonesia melalui media massa. Mengapa media massa? Perlu kita ketahui bahwa saat ini masyarakat Indonesia menjadi salah satu pengguna internet aktif dengan 202,6 juta atau sebanding dengan 73,7% dari jumlah populasi Indonesia (Kemp, 2021). Dengan demikian, salah satu strategi yang dapat dicoba adalah melalui pendekatan media massa seperti platform berita. Melalui platform berita, diharapkan para jurnalis mampu menyajikan berita dengan padanan bahasa secara baik dan benar, sehingga masyarakat menjadi terbiasa membaca tulisan yang berkualitas.
Memasyarakatkan bahasa Indonesia juga perlu campur tangan pemerintah. Pemerintah harus berusaha untuk menggencarkan program-program yang dapat memperkuat eksistensi penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, pemerintah sebaiknya bekerja sama dengan lembaga pendidikan dari tingkat SD sampai SMA, dan bila perlu di tingkat perguruan tinggi. Program-program tersebut misalnya mengadakan perlombaan sastra dan bahasa, membuat konten-konten untuk media sosial yang mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, kampanye di media sosial untuk memperkenalkan kata-kata baru yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia atau kata-kata yang belum familiar di telinga masyarakat, dan lain sebagainya. Hal tersebut adalah beberapa inisiatif yang dapat diterapkan oleh pemerintah, lembaga pendidikan, maupun kita semua sebagai individu yang mencintai bangsanya.
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi kewajiban kita semua untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, jika dibayangkan hampir mustahil bagi kita semua untuk menjadi masyarakat yang memiliki pola pikir kritis dan paham dengan literasi digital tanpa terlebih dahulu memahami bahasa yang kita gunakan sehari-hari, yakni bahasa Indonesia. Di peringatan Bulan Bahasa ini, kita perlu merenungkan kembali peran bahasa Indonesia dalam menopang literasi digital dan melahirkan insan-insan cendekia yang kritis, apakah bahasa Indonesia dapat bersaing dengan bahasa asing lainnya beberapa waktu ke depan? Atau kita semua pelan-pelan mulai kehilangan jati diri karena penggunaan bahasa Indonesia yang semakin memudar?