Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pelajaran dalam Mengenang 100 Hari Prof Azyumardi Azra
28 Desember 2022 14:57 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Firman El Amny Azra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Prof Azyumardi Azra mengembuskan napas terakhirnya pada tanggal 18 September 2022 di Malaysia. Dengan demikian saat tulisan ini selesai dibuat pada 27 Desember 2022 sudah 100 hari sejak Prof Azyumardi Azra berpulang.
ADVERTISEMENT
Dalam periode 100 hari sejak wafatnya Prof Azyumardi Azra, beliau mendapatkan beberapa penghargaan Lifetime Achievement dari berbagai lembaga. Beliau merupakan contoh nyata dari peribahasa gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama. Meskipun ayah sudah berpulang namun karya dan hasil kerjanya akan selalu dikenang.
Total ada 5 penghargaan yang diperoleh beliau setelah wafat. Penghargaan yang pertama adalah Kuntowijoyo Award yang diberikan oleh Mizan di acara “Menuju Titik Terang” dalam peringatan ke 40 tahun Mizan. Penghargaan tersebut diberikan untuk kontribusi beliau dalam mengembangkan penelitian dan praktik berbagai cabang ilmu sosial dan humaniora, serta karya-karya kebudayaan.
Kedua, People of the Years Award 2022 dari MetroTV diberikan untuk kontribusi beliau dalam menjaga kehidupan demokrasi Indonesia. Ketiga, penghargaan dari Indonesia Fundraising Award (IFA) 2022 untuk kontribusinya dalam mendorong gerakan filantropi inklusif untuk menguatkan kohesi sosial di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Keempat, penghargaan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) untuk kontribusi beliau dalam mendorong perkembangan ICMI. Terakhir, penghargaan dari IKALUIN Award 2022 untuk kontribusi beliau dalam transformasi IAIN Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri Jakarta.
Sebagian besar masyarakat mungkin mengenang beliau sebagai cendikiawan, penulis atau mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah. Namun saya pribadi mengenang beliau sebagai sesosok ayah dan panutan yang patut dijadikan teladan dalam menjalani kehidupan.
Dari beliau saya banyak belajar prinsip-prinsip penting dalam kehidupan. Namun ada tiga hal yang paling berkesan untuk saya yaitu kesederhanaan, konsistensi dan integritas. Tiga hal itu juga yang seringkali disebutkan sebagai salah satu kesan dari Prof Azyumardi Azra.
Terkait kesederhanaan misalnya Wakil presiden Republik Indonesia ke 12 Pak Jusuf Kalla pernah memberikan testimoni “Saya selalu kadang–kadang memperhatikan contohnya sepatu beliau jarang diganti, begitu kesederhanaannya beliau, kalau kita pergi kemana-mana juga sangat simple saja.” Observasi Pak JK tersebut sangat tepat karena ayah memang jarang berbelanja, alasannya "kita harus membiasakan hidup tidak konsumtif".
ADVERTISEMENT
Kemudian terkait konsistensi beliau mempunyai kebiasaan bangun jam 3 pagi untuk shalat tahajud. Selepas shalat beliau lanjut menulis hingga shalat subuh dan sarapan. Kebiasaan yang dilakukan sejak masih muda ini menjadi salah satu kunci produktivitas beliau dalam menulis meskipun mempunyai banyak kesibukan lain.
Terakhir terkait dengan integritas beliau sering berseloroh bahwa integritas adalah hal yang utama. Orang pintar yang berintegritas tidaklah berguna dan bahkan cenderung merusak. Kesan tentang integritas beliau tersebut menjadi testimoni dari Muhadjir Effendi yang mengungkapkan bahwa Prof Azyumardi Azra memiliki reputasi akademik dan integritas intelektual yang tak perlu disangsikan lagi.
Bagi penulis penghargaan dan pelajaran tersebut perlu dibagikan dalam sebuah tulisan karena bangsa Indonesia ini memerlukan sosok yang dapat meneruskan kontribusi beliau dalam memajukan pendidikan, mengembangkan pemikiran keagamaan, dan menjaga iklim demokrasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini penulis harap dapat membangun motivasi dan inspirasi bagi generasi penerus yang dapat meneruskan perjuangan tersebut. Sehingga optimisme Prof Azyumardi Azra dimana Indonesia menjadi pusat kebangkitan peradaban Islam sebagaimana dipaparkan dalam makalah terakhirnya "Nusantara Untuk Kebangkitan Peradaban: Memperkuat Optimisme dan Peran Umat Muslim Asia Tenggara" dapat terwujud.