Konten dari Pengguna

Gerakan Pita Ungu: ARMY Lindungi Suga BTS dari Pemberitaan Negatif

Fitria Rizki Wijaya
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
22 Agustus 2024 9:20 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitria Rizki Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak BTS memulai perjalanan mereka sebagai salah satu boyband paling berpengaruh di dunia, ARMY, fanbase mereka, telah membuktikan diri sebagai kekuatan besar yang mampu menggerakkan isu-isu global, membentuk budaya populer, dan kini, melindungi idola mereka dari serangan pemberitaan yang tidak benar. Baru-baru ini, ARMY melancarkan sebuah gerakan bernama "Gerakan Pita Ungu" untuk mendukung Suga, salah satu anggota BTS, yang tengah diserang oleh media terkait insiden dugaan DUI (driving under influence) di Yongsan, Seoul. pada Selasa (6/8). Artikel ini mengulas bagaimana gerakan tersebut mencerminkan kekuatan komunikasi massa, peran fanbase dalam melindungi citra publik artis, dan bagaimana solidaritas ini berakar pada teori-teori komunikasi.
Penyanyi, Suga BTS. Foto : IG/@agustd
zoom-in-whitePerbesar
Penyanyi, Suga BTS. Foto : IG/@agustd
Pita Ungu: Simbol Perlawanan ARMY
ADVERTISEMENT
Dalam dunia komunikasi, simbol memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan yang kuat dan efektif. Pita ungu, yang telah menjadi simbol cinta dan dukungan bagi BTS, kini juga menjadi lambang perlawanan terhadap pemberitaan negatif yang beredar tentang Suga. Warna ungu, yang dikenal sebagai warna resmi BTS, mengandung makna yang dalam bagi ARMY; itu adalah simbol dari janji BTS kepada penggemarnya untuk selalu percaya, mencintai, dan bersama mereka hingga akhir.
Gerakan ini dimulai ketika berita tentang dugaan Suga mengendarai skuter listrik dalam insiden dugaan DUI muncul di media. Banyak media yang kemudian memperbesar isu ini tanpa verifikasi yang memadai, menyebabkan gelombang kritik dan spekulasi. ARMY, yang merasa bahwa pemberitaan tersebut tidak adil dan berpotensi merusak citra Suga, segera bergerak. Mereka memutuskan untuk menggunakan pita ungu sebagai simbol solidaritas dan mengampanyekan kebenaran melalui berbagai platform media sosial.
ADVERTISEMENT
Teori Komunikasi Massa dan Pengaruhnya dalam Gerakan ARMY
Gerakan Pita Ungu ini dapat dijelaskan melalui beberapa teori komunikasi massa, yang memperlihatkan bagaimana ARMY sebagai kelompok komunikasi mampu mempengaruhi opini publik dan melawan arus pemberitaan yang tidak benar.
Teori Agenda Setting
Teori Agenda Setting mengemukakan bahwa media memiliki kekuatan untuk menentukan isu apa yang penting dan layak untuk diperhatikan publik. Namun, ARMY menunjukkan bahwa kekuatan ini bukan hanya milik media. Dengan menyebarkan informasi melalui platform digital dan media sosial, ARMY berhasil menggeser fokus dari narasi negatif yang dibangun oleh media ke isu yang lebih positif, yakni tentang bagaimana pemberitaan ini sebenarnya tidak akurat dan tidak adil.
Sebagai contoh, dengan menggunakan tagar seperti #ProtectSuga dan #PurpleRibbonForYoongi, ARMY secara efektif mengubah percakapan di media sosial dan memaksa media untuk memperhatikan sisi lain dari cerita ini. Dampak dari tindakan ini bukan hanya terbatas pada ranah digital; banyak outlet berita yang kemudian mulai mengkaji ulang dan memeriksa kembali fakta sebelum menerbitkan artikel lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Teori Spiral of Silence
Elisabeth Noelle Neumann dalam Teori Spiral of Silence menjelaskan bahwa individu cenderung menyembunyikan pendapat yang berlawanan dengan opini mayoritas untuk menghindari isolasi sosial. Namun, ARMY menolak untuk berdiam diri dan malah menjadi suara kolektif yang kuat. Ketika banyak pihak mungkin merasa takut atau ragu untuk membela Suga di tengah gempuran berita negatif, ARMY justru bersatu dalam solidaritas yang membuat suara mereka tidak mungkin diabaikan.
Gerakan ini juga mengajak ARMY yang mungkin merasa tidak nyaman atau terintimidasi oleh opini negatif untuk bergabung dalam perlawanan ini. Mereka merasa didukung dan termotivasi oleh kekuatan kolektif yang mereka miliki, sehingga mendorong lebih banyak orang untuk berbicara dan melawan ketidakadilan yang dirasakan.
ADVERTISEMENT
Peran ARMY sebagai Agen Citra Publik Suga
Sebagai salah satu fanbase terbesar dan paling terorganisir di dunia, ARMY memiliki peran penting dalam membangun dan melindungi citra publik BTS, khususnya Suga dalam kasus ini. Dalam teori komunikasi, ARMY dapat dilihat sebagai "agen citra" yang aktif dalam mengelola persepsi publik terhadap Suga. Ini melibatkan berbagai taktik komunikasi yang bertujuan untuk memperbaiki atau mempertahankan citra positif idola mereka.
Fan Power dan Komunikasi Krisis
Dalam konteks komunikasi krisis, ARMY telah menunjukkan kemampuannya untuk merespons dengan cepat dan efisien terhadap situasi yang berpotensi merusak reputasi Suga. Mereka tidak hanya berbicara di media sosial, tetapi juga mengorganisir gerakan untuk mengirimkan pesan yang jelas kepada media dan masyarakat luas bahwa mereka tidak akan tinggal diam ketika idola mereka diserang secara tidak adil.
ADVERTISEMENT
Dalam era digital, fanbase seperti ARMY memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mengendalikan narasi dan melindungi citra publik figur dari serangan yang tidak berdasar. Mereka adalah barisan pertama dalam pertahanan terhadap krisis reputasi.
Pita Ungu sebagai Komunikasi Visual
Penggunaan pita ungu sebagai simbol juga merupakan bentuk komunikasi visual yang kuat. Menurut teori komunikasi visual, simbol-simbol seperti pita ungu tidak hanya mewakili dukungan, tetapi juga menciptakan identitas kolektif yang kuat di antara para pendukung. Ini memperkuat rasa solidaritas dan persatuan, yang pada gilirannya memperkuat tekad ARMY untuk melindungi Suga dari pemberitaan yang tidak benar.
Solidaritas Global: Mengubah Tantangan Menjadi Kekuatan
Gerakan Pita Ungu telah menunjukkan bahwa solidaritas global ARMY bukan hanya kata-kata kosong. Ini adalah kekuatan nyata yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang. ARMY berhasil mengubah serangan negatif terhadap Suga menjadi kesempatan untuk menunjukkan betapa besar cinta dan dukungan mereka. Mereka juga berhasil mempengaruhi opini publik dan memperbaiki narasi yang awalnya condong negatif menjadi lebih adil dan seimbang.
ADVERTISEMENT
Gerakan ini juga menunjukkan bagaimana ARMY tidak hanya sekedar fanbase, tetapi juga komunitas global yang bersatu oleh nilai-nilai bersama. Mereka tidak hanya peduli pada musik BTS, tetapi juga pada keadilan dan kebenaran. Dengan gerakan ini, ARMY telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia untuk berdiri melawan ketidakadilan dan membela apa yang mereka yakini benar.
Keteguhan dalam Menghadapi Badai
Gerakan Pita Ungu yang dilancarkan ARMY dalam mendukung Suga adalah bukti nyata dari kekuatan solidaritas dan komunikasi massa di era digital. Dengan menggunakan teori komunikasi seperti Agenda Setting dan Spiral of Silence, ARMY telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengubah narasi dan melindungi idola mereka dari serangan pemberitaan yang tidak adil. Mereka bukan hanya penggemar, tetapi juga pelindung, dan agen komunikasi.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana Suga pernah berkata dalam lagunya, "So what, don't stop, just keep on chasing your dreams" (BTS - So What). ARMY, dengan segala upaya mereka, telah menunjukkan bahwa dalam menghadapi badai, mereka akan terus berjuang, melindungi, dan mengejar keadilan untuk idola mereka. Ini adalah pesan yang tidak hanya menginspirasi ARMY, tetapi juga dunia: bahwa dengan persatuan dan keteguhan, kebenaran akan selalu menang.
"In the end, you’re gonna be happy, don’t you worry" (BTS - Interlude: Shadow). Pita ungu adalah simbol bahwa ARMY percaya pada kata-kata ini, dan akan terus mendukung Suga, tidak peduli apapun yang terjadi.