Konten dari Pengguna

Pengenalan Penyakit FLUTD pada Kucing untuk Pecinta Hewan

Nabila F
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
2 Juni 2024 11:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabila F tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : https://pixabay.com/id/photos/kucing-hewan-muda-anak-kucing-2083492/
zoom-in-whitePerbesar
sumber : https://pixabay.com/id/photos/kucing-hewan-muda-anak-kucing-2083492/
ADVERTISEMENT
Feline Lower Urinary Tract Diseases (FLUTD) adalah kondisi kesehatan yang sering terjadi pada hewan peliharaan kesayangan, yaitu kucing. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi gangguan kesehatan saluran kemih bagian bawah pada kucing. FLUTD mencakup berbagai penyakit pada kucing, termasuk infeksi saluran kemih, pembentukan batu kandung kemih, peradangan kandung kemih, hingga obstruksi uretra. FLUTD dapat terjadi pada kucing usia berapapun, namun lebih rentan terjadi pada kucing jantan dan umur kisaran 2-6 tahun.
ADVERTISEMENT
FLUTD pada kucing biasanya disertai dengan satu atau lebih gejala-gejala berikut :
- Disuria, kucing merasa sakit atau nyeri saat buang air kecil. Kucing bisa terlihat menangis jika rasa nyeri tersebut terasa.
- Pollakiuria, peningkatan frekuensi buang air kecil karena infeksi dan radang di kandung kemih.
- Hematuria, ada darah dalam urine.
- Periuria, kondisi di mana kucing buang air kecil tidak di tempat biasanya.
- Obstruksi saluran kemih total, kucing tidak mampu untuk buang air kecil.
- Dapat dilihat dari perubahan perilaku kucing menjadi murung, suka menyendiri, tidak nafsu makan, mudah marah, dan kesal.
- Perubahan warna urine menjadi keruh dan berbau
- Anabul menjilat area genital secara berlebihan
ADVERTISEMENT
Bisa jadi ada gejala yang tidak disebutkan, oleh karena itu jika kucing peliharaan menunjukkan tanda-tanda tidak biasa (sakit), segera konsultasikan kepada dokter hewan.
Penyebab FLUTD bisa sangat bervariasi, namun berikut merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya FLUTD :
1. Infeksi Bakteri
Menurut I Cat Care, infeksi bakteri menyumbang sekitar 5-15% dari seluruh kasus FLUTD.
Bakteri yang masuk ke dalam saluran kemih dapat mengakibatkan terjadinya infeksi kandung kemih atau uretra.
2. Batu Kandung Kemih (Urolithiasis)
Pembentukan kristal dalam saluran kemih yang dapat menyebabkan penyumbatan atau iritasi. Urolithiasis menyumbang sekitar 10-15% kasus FLUTD.
3. Obstruksi Uretra (penyumbatan uretra)
Ini adalah penyebab FLUTD yang paling serius dan berpotensi mengancam jiwa. Saat ureter tersumbat, urine tidak dapat keluar dan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan racun dari darah menjadi terganggu. Kasus ini sering terjadi pada kucing jantan usia 1-10 tahun. Kucing jantan memiliki uretra yang lebih panjang dan sempit sehingga lebih rentan dibanding kucing betina. Tanpa pengobatan, kematian sering terjadi karena kondisi ini bisa menyebabkan gagal jantung.
ADVERTISEMENT
4. Kecacatan Anatomi
Contohnya dinding kantung kemih yang tidak elastis, atau adanya diverticulum (kantung kecil yang bocor dari dinding kandung kemih). Kondisi kelainan tersebut beresiko menyebabkan infeksi.
5. Kondisi Genetik
Beberapa ras kucing memiliki kecenderungan genetik membentuk batu kandung kemih yang dapat menyumbat saluran kemih, misal pada kucing Persia atau Himalaya.
6. Stres
Perasaan cemas pada kucing dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, tidak terkecuali sistem saluran kemih. Kucing dapat stress karena berbagai faktor, di antaranya perubahan lingkungan, kehadiran peliharaan baru, atau bahkan perubahan rutinitas.
7. Obesitas
Kucing obesitas cenderung berisiko lebih tinggi untuk terkena FLUTD karena obesitas dapat memengaruhi sistem peredaran darah dan berkontribusi pada ketidakseimbangan hormonal.
8. Penyakit lain
ADVERTISEMENT
Kucing diabetes atau hipertiroidisme (aktivitas kelenjar tiroid yang berlebih) dapat memicu terjadinya FLUTD. Penyakit lain yang dapat memicu FLUTD antara lain cedera saluran kemih atau sumsum tulang belakang, tumor saluran kemih, dan kelainan bawaan (cacat lahir).
FLUTD dapat berkembang dari beberapa penyebab di atas. Oleh sebab itu, perlu pemahaman yang baik terhadap perilaku dan kondisi kesehatan kucing serta rutin mengunjungi dokter hewan untuk membantu mencegah terjadinya FLUTD.
FLUTD dapat menurunkan nafsu makan. Kucing yang menderita FLUTD perlu makanan khusus yang baik untuk kesehatan ginjal dan saluran kemihnya.
Pengobatan untuk FLUTD perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasari, karena mencakup berbagai gangguan pada saluran kemih sehingga pengobatannya juga bervariasi. Umumnya jenis pengobatan yang diberikan untuk penanganan FLUTD pada kucing adalah sebagai berikut :
ADVERTISEMENT
a. Antibiotik untuk infeksi bakteri sebagai penyebab FLUTD.
b. Jika ditemukan pembentukan kristal atau batu kandung kemih, dokter akan merekomendasikan perubahan pola makan untuk mengurangi pembentukan batu.
c. Jika pemicu FLUTD karena stress, maka manajemen stress adalah kunci. Ini meliputi perubahan lingkungan untuk kucing merasa lebih nyaman.
d. Dalam beberapa kasus, obstruksi uretra contohnya, dokter mungkin akan melakukan pembedahan untuk menghilangkan sumbatan serta memulihkan aliran urine.
FLUTD pada kucing bisa sembuh dengan pengobatan yang tepat dan perubahan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Ada tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam merawat kucing untuk menghindari terjadinya FLUTD.
• Memberi makan kucing dalam takaran ideal dan jadwal teratur.
• Memberi makanan kemasan sesuai dengan usia kucing.
ADVERTISEMENT
• Sediakan air minum bersih setiap waktu agar kucing rutin minum.
• Sterilisasi, ini memberi peluang terhindar FLUTD 30-40%.
• Pastikan kotak pasir siap dan jaga dalam keadaan bersih.
• Jangan terlalu sering mengubah rutinitas kucing.
• Pemeriksaan kesehatan menyeluruh ke dokter hewan secara berkala.
• Kurangi potensi stress pada kucing.
FLUTD bisa menyerang kucing pada usia berapapun dan jenis kelamin apapun. Perawatan dan pengobatan FLUTD ditentukan dari penyebab, kondisi kucing, dan riwayat. FLUTD pada kucing dapat dicegah sedini mungkin dengan selalu memperhatikan pola makan kucing dan jenis makanan yang diberikan. Yang tidak kalah penting, selalu periksa kucing kesayangan ke dokter hewan tiap 6 bulan atau setahun sekali untuk pemeriksaan kesehatan menyeluruh.
ADVERTISEMENT