Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Era Disrupsi Teknologi : Mampukah Media Berita Cetak Bertahan?
30 November 2024 13:28 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Despa Liana Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Industri jurnalistik saat ini berada di tengah era disrupsi teknologi yang signifikan. Transformasi ini didorong oleh perkembangan teknologi digital, yang mengubah secara mendasar cara informasi diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi. Bagi media cetak, yang sebelumnya mendominasi sebagai sumber utama informasi, disrupsi ini menimbulkan tantangan berat. Muncul pertanyaan besar mengenai masa depan berita cetak dan apakah media tradisional dapat bertahan di tengah gempuran teknologi digital yang terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Disrupsi teknologi adalah proses perubahan yang terjadi di suatu industri karena adanya inovasi baru yang menggeser metode atau teknologi yang sudah ada sebelumnya. Dalam dunia bisnis dan industri, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana produk atau layanan baru muncul dengan menawarkan cara yang lebih efisien, lebih murah, atau lebih mudah diakses dibandingkan solusi yang sudah ada, sehingga menyebabkan pergeseran pasar.
Dalam konteks jurnalistik, disrupsi teknologi mengacu pada peralihan besar dari media tradisional (seperti koran, majalah, dan televisi) ke media digital (seperti situs berita online, media sosial, dan aplikasi ponsel). Perkembangan internet dan perangkat mobile memungkinkan akses informasi menjadi lebih cepat, instan, dan mudah diakses kapan saja, di mana saja. Akibatnya, model bisnis tradisional yang mengandalkan pendapatan dari penjualan cetak dan iklan mengalami penurunan drastis.
ADVERTISEMENT
Perilaku konsumen dalam mengonsumsi berita juga telah mengalami perubahan besar di era digital. Saat ini, masyarakat cenderung lebih memilih membaca berita melalui perangkat digital seperti smartphone daripada media cetak . Penurunan ini menandakan perubahan besar dalam preferensi konsumen yang semakin mengandalkan platform digital untuk mendapatkan berita terkini. Perubahan ini juga tidak terlepas dari ekspektasi konsumen yang lebih menyukai berita yang cepat, mudah diakses, dan terkini. Di era digital, pembaca menginginkan informasi yang dapat diperbarui secara real-time, dibandingkan dengan berita cetak yang memiliki jeda waktu produksi yang lebih lama. Selain itu, format berita juga berkembang ke dalam bentuk multimedia, seperti video, infografis, dan podcast, yang semakin mengurangi daya tarik dari koran cetak.
ADVERTISEMENT
Media cetak tidak hanya menghadapi tantangan dari sisi perubahan perilaku konsumen, tetapi juga mengalami tekanan ekonomi yang berat. Penurunan oplah atau tiras berdampak langsung pada pendapatan iklan yang menjadi salah satu sumber utama pemasukan bagi surat kabar. Tiras atau oplah adalah jumlah total eksemplar media cetak, seperti surat kabar, majalah, atau tabloid, yang dicetak dan didistribusikan dalam satu periode tertentu, biasanya harian, mingguan, atau bulanan. Seiring dengan beralihnya pengiklan ke platform digital yang menawarkan jangkauan lebih luas dan metode penargetan yang lebih efektif, pendapatan iklan cetak mengalami penurunan signifikan. Tren ini menunjukkan bahwa model bisnis yang mengandalkan penjualan cetak dan iklan tradisional tidak lagi mampu menopang biaya operasional yang semakin meningkat. Akibatnya, banyak surat kabar besar maupun kecil yang terpaksa mengurangi jumlah halaman, mengurangi frekuensi penerbitan, atau bahkan menghentikan operasi mereka sama sekali. Pemutusan hubungan kerja di industri media cetak juga semakin meningkat. Banyak jurnalis yang kehilangan pekerjaan, dan dampak ini dirasakan secara global, termasuk di negara-negara berkembang di mana akses terhadap berita berkualitas juga semakin berkurang.
ADVERTISEMENT
Di tengah disrupsi yang terjadi, sebagian media cetak mencoba beradaptasi dengan berbagai cara. Banyak yang beralih ke platform digital dengan meluncurkan situs web berita dan aplikasi ponsel, serta menyediakan versi digital dari edisi cetak mereka. Strategi ini bertujuan untuk menarik audiens baru yang lebih muda dan terbiasa dengan teknologi, sekaligus mempertahankan pembaca setia yang masih menghargai kualitas jurnalisme yang mereka tawarkan.
Di Indonesia, sejumlah media yang sebelumnya mengandalkan edisi cetak kini beralih ke platform digital dengan menerapkan sistem berbayar atau premium untuk tetap bertahan di era digital. Media seperti Kompas, Tempo, dan The Jakarta Post telah meluncurkan layanan berlangganan digital yang memungkinkan akses ke konten eksklusif dan laporan mendalam, yang tidak tersedia secara gratis. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menjaga kualitas jurnalisme di tengah menurunnya pendapatan iklan cetak, sekaligus menyesuaikan dengan perubahan perilaku pembaca yang semakin mengandalkan perangkat digital. Dengan menerapkan pembayaran, media-media ini berharap dapat mendorong pembaca untuk berlangganan dan mendukung jurnalisme berkualitas, sekaligus menciptakan sumber pendapatan yang lebih berkelanjutan. Strategi ini telah terbukti berhasil dalam meningkatkan pendapatan dan menambah jumlah pelanggan berbayar, bahkan di tengah penurunan langganan cetak. Selain itu, media cetak berinovasi dengan mengintegrasikan elemen multimedia untuk meningkatkan interaktivitas dan daya tarik konten mereka. Contohnya, penggunaan kode QR dalam halaman koran yang mengarahkan pembaca ke video terkait, galeri foto, atau infografis tambahan.
ADVERTISEMENT
Masa depan berita cetak mungkin tidak secerah sebelumnya, tetapi bukan berarti tidak ada harapan. Media cetak yang mampu beradaptasi dan menawarkan sesuatu yang unik masih bisa bertahan dan menemukan tempat mereka di era digital. Adaptasi tersebut bisa dalam bentuk pengembangan produk jurnlistik, peningkatan kualitas konten, kolaborasi dengan platform digital, atau pengembangan model bisnis baru. Media cetak perlu menganggap disrupsi teknologi bukan hanya sebagai tantangan, tetapi juga peluang untuk berinovasi dan menemukan kembali peran mereka dalam masyarakat yang terus berubah.