Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Age of Sail, Kedigdayaan Maritim Bangsa Eropa dalam Eksplorasi dan Eksploitasi
16 Desember 2022 15:53 WIB
Tulisan dari Tegar Ridho Evanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kita berpikir, mengapa bangsa-bangsa Eropa yang letaknya jauh disana mampu untuk bisa mengarungi laut dan akhirnya bermukim di dataran nusantara. Dan apa yang menjadi motivasi mereka untuk terjun ke lautan yang gelap dan dingin, berlayar dengan terpaan air ganas selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dengan penuh derita. Dan bertransformasi menjadi kekuatan maritim yang sangat besar?
ADVERTISEMENT
Kedigdayaan mereka dalam mengarungi samudera akan menjadi pembahasan dalam artikel ini. Terdapat masa dimana bangsa Eropa mengarungi lautan dan menemukan daratan baru beserta harta yang tidak akan habis untuk dieksploitasi. Masa berlayar atau Age of Sail menjadi suatu dekade yang sangat dipenuhi oleh petualangan manusia yang termotivasi dari rasa tidak puas dan rakus. Dengan kapal layar yang besarnya menampakkan keberanian dan kegagahan mereka mampu menaklukkan benua dan meraih kekayaan melimpah.
AWAL MULA
Periode dimana bangsa Eropa secara agresif melakukan pelayaran jarak jauh secara historis telah ada dalam periode 250 tahun antara sekitar 1600 hingga 1850. Walaupun penggunaan kapal layar ini sebenarnya telah sejak dahulu populer dalam mengarungi samudera selama ribuan tahun sebelumnya. Namun, hanya di periode inilah suatu kekuatan maritim menjadi peran penting dalam rencana ekspansi yang dilakukan secara tekun oleh negara-negara besar saat itu, terutama negara-negara Eropa.
ADVERTISEMENT
Perbedaan antara pelayaran pada masa sebelum “Age of Sail” ini terletak pada penggunaan teknologi perkapalan seperti kecanggihan, kekokohan kapal, teknik navigasi, dan keunggulan kapal yang digunakan sebagai alat untuk berperang. Sebelumnya kapal perang relatif kecil, dan umumnya beroperasi secara mandiri atau dalam kelompok kecil. Dan secara garis besar peranan pertempuran laut ini berujung kepada pertempuran di daratan. seperti invasi amfibi Normandia ke Inggris pada 1066, lagi-lagi peran kapal terbatas pada transportasi, pengintaian, atau dukungan infanteri.
Negara yang memiliki armada maritime yang superior seperti Inggris, Spanyol, dan Perancis pada saat itu mulai gencar melakukan misi eksplorasinya secara konsisten sekitar abad ke-15 ketika benua Amerika yang dikatakan sebagai “Dunia Baru” ditemukan. Namun, kekuatan armada yang dimiliki seringkali menimbulkan bentrokan-bentrokan kecil atas rute perdagangan dan wilayah dengan frekuensi yang semakin meningkat setiap waktu serta upaya privatisasi yang disponsori negara di wilayah karibia yang kaya akan harta karun (komoditas).
ADVERTISEMENT
KAPAL SEBAGAI TAKTIK DOMINASI PERTEMPURAN
Dalam teorinya, taktik pertempuran memiliki kesederhanaan sehingga mudah dipahami. Akan tetapi, akan sangat sulit ketika diterapkan. Dalam pertempuran laut, kapal perang akan berbaris satu geladak atau lebih dengan senjata, dan kapal akan diputar pada derajat tertentu agar sisi kapal dapat menembakkan meriamnya. Taktik ini disebut Broadside. Manuver pada sebuah kapal berperan penting dalam melakukan tembakan, disini keunggulan sebuah kapal ditentukan oleh keahlian menembak dari awak kapal.
Jenis peluru yang digunakan berjenis logam bundar yang padat yang cocok untuk menghantam lambung kayu. Kemudian pecahan pelurunya terlempar dan mengenai kru kapal, merusak layar dan tiang di sisi lain. Tiang-tiang yang tertembak bisa menimpa apa pun di bawahnya. Terlebih lagi sistem senjata pada masa itu tidak memiliki ulir untuk menstabilkan putaran peluru. Sehingga kru kapal agak sembarangan dalam menembak.
ADVERTISEMENT
PARA PELAUT DAN KEHIDUPAN SULITNYA
Kehidupan para pelaut selama zaman berlayar ini dipenuhi dengan kesulitan. Pelaut diharuskan untuk menerima kondisi yang tidak mengenakkan, seperti rasa sesak, penyakit, makanan dan gaji yang buruk, dan cuaca buruk. Orang-orang yang bekerja di laut memiliki resiko yang harus mereka tanggung. Mereka harus terbiasa meninggalkan kehidupan normal mereka yang terlepas dari pantai selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Dalam menjadi awak kru di sebuah kapal, kedisiplinan merupakan hal yang dijaga ketat. Dengan harapan untuk menjaga semangat tetap tinggi dan mencegah pemberontakan. Untuk awak kru yang tidak disiplin, mereka bisa dihukum dengan cara ditelanjangi dan badannya dicat dengan cairan panas, dikenal dengan istilah tarred and feathered. Kemudian terdapat hukuman kru yang diikat ke tali, diayunkan ke laut dan dibiarkan terseret yang dikenal sebagai keel-hauled. Cambukan adalah yang paling umum, dengan seluruh kru sering dibuat untuk menonton. Bagian yang digunakan adalah ujungnya, atau disebut sebagai cat o’ nine tail yang terkenal.
ADVERTISEMENT
AKHIR MASA KAPAL LAYAR
Penggunaan kapal berjenis kapal layar pada abad ke 19 mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan penemuan mesin uap yang berdampak kepada inovasi dalam perkapalan. Inovasi kapal ini bisa terlihat dari adanya penemuan kapal berjenis Ironclad. Kapal ini memiliki lambung yang berlapis besi di kedua sisi, dan ukuran yang relatif lebih kecil dari kapal layar, dan menggunakan mesin uap.
Penggunaan taktik era Age of Sail juga perlahan menghilang. Pada Perang Dunia I sebagian besar kapal perang adalah tipe Dreadnought. Semua kapal memiliki sistem penggerak melalui mesin uap dengan persenjataan berat yang dipasang di menara putar.