Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Padre Candido Amantini, Pasionis: Pengusir Setan di Scala Santa
9 Agustus 2024 11:33 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Fransiskus Nong Budi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
'Padre' merupakan kata dalam bahasa Italia yang artinya 'Bapa'. Kata Padre itu mengacu pada 'Pater' dalam bahasa Latin. Istilah tersebut digunakan dalam lingkup Gereja Katolik untuk menyapa imam. Istilah itu setara dengan istilah Jawa 'Rama/Romo' yang juga berarti 'Bapa'. Istilah Italia itu dipertahankan tanpa maksud apa-apa, kecuali membiarkan kata itu menyembulkan sendiri artinya sebagaimana tampak pada karakter term tersebut. Kata tersebut tidak begitu asing lagi bagi sejumlah penutur Bahasa Indonesia karena tampaknya telah diadopsi dalam pembicaraan harian dalam lingkup kekatolikan.
ADVERTISEMENT
Padre Candido, begitu ia disapa dan dikenal, merupakan seorang imam biarawan Pasionis (Kongregasi Sengsara Yesus Kristus, yang disingkat CP) asal Italia. Tidak banyak yang mengenal sosoknya di luar Italia, kecuali oleh kalangan para Eksorsis (pengusir setan). Ia memang tidak banyak melakukan perjalanan ke luar 'kandang', kecuali untuk beberapa urusan tugas pengusiran setan. Basis pelayanan Eksorsismenya adalah Santuarium Pontifikal Tangga Kudus (Pontificio Santuario della Scala Santa). Ia tinggal menetap di komunitas Pasionis Scala Santa setelah menerima tugas resmi sebagai seorang Eksorsis dari Keuskupan Roma hingga akhir hidupnya.
Eraldo Ulisse Mauro Amantini lahir di Bagnolo pada tanggal 31 Januari 1914. Bagnolo termasuk wilayah Grosseto yang terletak di Monte Amiata. Grosseto sendiri tidak jauh dari Provinsi Siena, sekitar tiga kilometer jaraknya. Eraldo merupakan seorang anak yang cerdas dan berbakat. Ia menyukai musik dan dapat memainkan alat musik tiup Tuba. Ia bergabung dengan grup marchingband sekolah dan desanya. Mereka sering tampil dalam memeriahkan perayaan orang kudus pelindung kota. Usai menuntaskan Sekolah Dasarnya di desanya, ia masuk ke Seminari Pasionis di Nettuno, Roma, pada tahun 1926. Ia menyelesaikan masa seminari menengah selama tiga tahun. Pada Oktober 1929 ia memulai masa novisiatnya di Monte Argentario sebagai seorang Pasionis. Ia masih sangat muda. Pada 3 Oktober ia menerima jubah (pakaian religius Pasionis) dan seturut tradisi ia memilih nama baru 'Candido' untuk kehidupan membiaranya. Pada Oktober 1930 ia mengikrarkan kaul perdananya sebagai seorang biarawan, dan segera dipindahkan ke Seminari Tavernuzze dekat Florence. Ia kemudian meyelesaikan seminari menengah atasnya di sana hingga tahun 1932. Sesudah itu ia segera melanjutkan studi Filsafat dan Teologi di Seminari Tinggi Pasionis di Vinchiana, Lucca. Januari tahun 1933 ia sudah mengikrarkan kaul kekalnya dalam Kongregasi Pasionis. Setelah menyelesaikan studi Filsafat dan Teologi pada tahun 1936, ia dipindahkan ke komunitas Scala Santa di Roma untuk melanjutkan studi Teologi di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquino (Pontificia Universita Santo Tommaso D'Aquino) atau yang lebih dikenal dengan julukan Angelicum. Ia ditahbiskan imam oleh Kardinal Marchetti Selvaggiani pada usia 23 tahun, tepatnya pada 13 Maret 1937, di Basilika Santo Yohanes, Lateran.
ADVERTISEMENT
Imam muda itu dipersiapkan untuk menjadi seorang pengajar. Ia menyelesaikan studinya di Angelicum dan kemudian mengajar di beberapa Seminari Pasionis. Ia juga cakap dalam sejumlah bahasa klasik, seperti Ibrani, Aram, Yunani, Latin, dan Sansekerta. Sambil mengajar, ia diminta studi Kitab Suci di Institut Kepasuan Biblikum (Pontificio Instituto Biblico). Ia menyelesaikan lisensiatnya di bidang Kitab Suci dari salah satu institut terbaik di Roma dalam bidang Kitab Suci. Ia menghabiskan separuh hidupnya sebagai seorang pengajar. Ia merupakan seorang pengajar yang disukai oleh para mahasiswanya. Dalam kesibukan mengajarnya, suatu hari ia jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit untuk beberapa waktu lamanya. Pengalaman tersebut menghentikannya dari aktivitas dan kesibukan mengajar.
Satu-satunya buku Mariologi yang ditulisnya adalah Il Mistero di Maria (Misteri Maria) yang terbit di Napoli tahun 1971 oleh Penerbit Dehonian.
ADVERTISEMENT
Usai sembuh, seluruh pelayanannya berubah. Dari seorang pengajar, ia menjadi seorang Eksorsis. Panggilan sebagai seorang Eksorsis sudah muncul pada masa sebelumnya, di mana di tengah kesibunkan mengajarnya, ia membantu pelayanan eksorsisme seorang imam Pasionis di Keuskupan Arezzo. Eksorsis itu adalah Padre Alessandro Coletti. Ia adalah mantan murid Padre Candido selama di seminari. Namun dalam urusan Eksorsisme, ia lebih maju dari gurunya Padre Candido. Padre Candido di tengah kesibukannya berkesempatan belajar dari Padre Alessandro yang saat itu sudah menjadi seorang Eksorsis di Keuskupan Arezzo, sebuah keuskupan sufragan di bawah Keuskupan Agung Firenze, bagian dari wilayah Gerejawi (disebut regio) Toscana.
Pengalaman bersama sang Eksorsis dari Arezzo itu membawanya lebih jauh dan dalam pada pelayanan pengusiran setan. Setelah ditunjuk sebagai Eksorsis oleh Keuskupan Roma ia menjalankan tugasnya di Scala Santa sejak tahun 1961 hingga kematiannya pada tahun 1992. Ia juga seorang pembimbing rohani yang handal. Setiap hari sangat banyak pengunjung yang menemuinya di Scala Santa untuk mohon doa dan juga pelayanan pengusiran setan. Banyak orang mengalami kasih Tuhan melalui karya pelayanan Padre Candido, terutama mereka yang terbelenggu oleh kuasa kegelapan. Ia menjalankan bentuk hidup asketis yang baik serta laku tapa seturut tradisi religius Pasionis. Ia adalah seorang pembimbing rohani yang murah senyum dan rendah hati serta sangat sabar lagi tekun. Pelayanannya di bidang eksorsisme kerap disebut pelayanan pada "lembah yang kelam" untuk menyelamatkan jiwa kaum beriman Kristiani sebagaimana oleh Santo Paulus dari Salib, pendiri Kongregasi Pasionis, yang terkenal sebagai sang 'pemburu jiwa'.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya murid Padre Candido adalah Padre Gabriele Amorth. Padre Gabriele adalah seorang imam Serikat Santo Paulus (SSP/Societas a Sancto Paulo Apostolo). Padre Gabriele didesak oleh Kardinal Ugo Poletti pada tahun 1986 untuk belajar dari Padre Candido perihal eksorsisme. Padre Gabriele sangat bersyukur setelahnya dan mengapresiasi gurunya. Ia selalu menyebut diri seorang murid dari Padre Candido. Dengan cara lain, ia menyebut gurunya sebagai 'seorang eksorsis besar'. Ketiga buku terkenalnya ditulis sebagai persembahan istimewa untuk gurunya Padre Candido. Ia sendiri mengakui bahwa pengalamannya yang tidak seberapa terekam dalam tulisan-tulisannya, lebih banyak merupakan pengalaman Padre Candido atau pengalamannya bersama Padre Candido dalam pelayanan eksorsisme. Nama Padre Gabriel Amorth semakin luas terkenal setelah Film Amerika besutan Sutradara Australia (Julius Avery) dan Aktor utama Selandia Baru (Russel Crowe) yang rilis pada 2023 dengan judul The Pope's Exorcist. Film tersebut diadaptasi dari buku karangan Padre Gabriele Amorth dengan sejumlah perubuahan seturut kebutuhan perfilman.
ADVERTISEMENT
Padre Candido Amantini telah masuk dalam proses kanonisasi (pegelaran menjadi orang kudus dalam Gereja Katolik). Sejak tahun 2011 prosesnya dibuka secara resmi. Pada tahun 2012 ia telah lolos proses tahap pertama dan secara resmi mendapat gelar 'Hamba Allah'. Pada misa pemindahan makamnya ke Scala Santa anugerah itu diumumkan. Proses kanonisasinya terus berlanjut ke tahap berikut. Bukti-bukti untuk keperluan kanonisasi telah dikumpulkan dan diselidiki. Padre Candido saat masih hidup ternyata menjalin kontak dan relasi dengan Padre Pio. Santo Padre Pio, pernah berkata kepada para peziarah dari kota Roma yang berusaha menemuinya, kembalilah ke Roma, "di Scala Santa Anda memiliki seorang kudus, kembalilah kepadanya," sambil merujuk Padre Candido. Ia juga menyebut Padre Candido sebagai "imam seturut hati Allah".
ADVERTISEMENT