Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Kekuatan Genre Film di Bulan Kesehatan Mental Sedunia
16 Oktober 2024 7:57 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Frances Edith Tjhang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Refleksi Seorang Sineas dalam Membuat Film dengan Isu Kesehatan Mental
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Memilih Genre Film yang Tepat untuk Memperingati Bulan Kesehatan Mental Sedunia
ADVERTISEMENT
Film sebagai Cermin Kesehatan Mental
Dari sekian banyak aliran film, beberapa di antaranya memiliki kedekatan emosional yang kuat dengan isu kesehatan mental. Film bisa berfungsi sebagai medium yang membantu penonton memahami berbagai dimensi psikologis dari tokoh-tokohnya. Genre seperti drama psikologis, thriller psikologis, dan dokumenter sering kali membahas tema-tema seperti depresi, kecemasan, skizofrenia, atau PTSD.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dokumenter , dengan sifatnya yang realistis dan mendalam, memberikan wawasan tentang kondisi nyata dari para penyintas kesehatan mental. Dokumenter seperti The Weight of Gold (2020) membahas depresi di kalangan atlet Olimpiade yang memperlihatkan bahwa gangguan mental bisa menimpa siapa saja, bahkan mereka yang tampaknya berada di puncak kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Horor Psikologis : Antara Teror dan Kenyataan
Salah satu genre yang kerap tidak dipandang dalam konteks kesehatan mental adalah horor psikologis. Meski umumnya diasosiasikan dengan ketakutan, genre ini kerap menggali kedalaman psikologis karakter yang berhadapan dengan teror internal. Film seperti Hereditary (2018) memadukan elemen supernatural dengan trauma keluarga dan depresi sehingga menghadirkan narasi yang mencerminkan keterkaitan antara trauma mental dan pengalaman-pengalaman yang menakutkan.
Genre ini bekerja efektif karena memungkinkan penonton untuk secara tidak sadar mengonfrontasi ketakutan terdalam mereka, termasuk tentang ketidakstabilan mental. Penonton mungkin tidak selalu menyadari bahwa ketakutan yang mereka alami saat menonton film horor bisa menjadi refleksi dari ketakutan psikologis yang lebih dalam seperti rasa kehilangan kontrol atau identitas diri.
Romantisasi vs Realisme: Tantangan Penggambaran Kesehatan Mental
Di sisi lain, salah satu tantangan dalam penggambaran kesehatan mental di film adalah kecenderungan untuk meromantisasi kondisi ini. Genre romantis seringkali menggambarkan karakter dengan masalah kesehatan mental sebagai bagian dari narasi cinta yang penuh drama, namun jarang menunjukkan kompleksitas sesungguhnya dari kondisi tersebut. Film seperti Silver Linings Playbook (2012), meski diterima dengan baik, mendapat kritik karena dianggap terlalu menyederhanakan perjuangan karakter dengan gangguan bipolar.
ADVERTISEMENT
Meromantisasi kesehatan mental berpotensi membahayakan pemahaman publik terhadap seriusnya kondisi ini. Sebaliknya, film yang realistis dan jujur dalam menggambarkan pengalaman kesehatan mental dapat berkontribusi dalam menghapus stigma dan meningkatkan empati penonton. Oleh karena itu, sineas yang berani mengupas sisi gelap dan penuh tantangan dari kesehatan mental seringkali lebih dihargai dalam konteks pendidikan dan advokasi kesehatan mental.
Film dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Penonton
Menonton film yang relevan dengan isu kesehatan mental juga memiliki dampak terapeutik bagi sebagian orang. Cinematherapy atau terapi film adalah pendekatan yang menggunakan film sebagai alat bantu untuk memfasilitasi pemahaman diri dan proses penyembuhan emosional. Dalam sesi terapi, pasien mungkin diminta menonton film tertentu yang dapat memicu diskusi tentang perasaan mereka atau membantu mereka melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak semua film dapat memberikan efek yang positif. Sebagian genre, seperti horor yang berlebihan atau thriller psikologis yang terlalu gelap contohnya bisa memicu kecemasan atau memperburuk kondisi mental yang ada. Oleh karena itu, penting bagi penonton untuk memilih film dengan bijak, terutama jika mereka tengah mengalami gangguan mental tertentu.
Akhir Kata
Dalam peringatan Bulan Kesehatan Mental Sedunia, film adalah medium yang sangat kuat dalam menyuarakan dan mengeksplorasi isu-isu kesehatan mental. Dari drama psikologis yang penuh emosi, thriller yang menggugah, hingga horor yang menggali ketakutan terdalam, setiap genre memiliki cara unik untuk menampilkan pergumulan batin dan isu psikologis manusia. Namun, sineas harus tetap waspada terhadap jebakan meromantisasi atau menyepelekan kondisi mental demi narasi dramatis.
ADVERTISEMENT
Dengan memahami dan menghargai representasi kesehatan mental dalam film, kita tidak hanya dapat meningkatkan kesadaran, tetapi juga menciptakan ruang bagi diskusi yang lebih terbuka dan empati yang lebih dalam di masyarakat. Sebuah film yang baik tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak kita untuk berpikir lebih dalam tentang kondisi mental, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Selamat Bulan Kesehatan Mental Sedunia!
Ditulis oleh Frances Edith Tjhang, mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan fokus komunikasi massa dan digital dari Universitas Atma Jaya Yogayakarta.
Daftar Pustaka:
Astuti, R.A.V. (2022). Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.
ADVERTISEMENT