Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kampung Cyber dan Bayang-Bayang Revitalisasi
14 Juni 2024 11:45 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Gabriella Christofani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Yogyakarta merupakan kota yang kaya akan warisan budaya dan sejarah keratonnya hingga saat ini. Pariwisata sebagai sektor penting dalam perekonomian tentunya perlu kolaborasi dengan perkembangan teknologi komunikasi dan media di era sekarang.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi dan informasi berdampak di berbagai aspek kehidupan terutama dalam interaksi sosial. Masyarakat memanfaatkan teknologi dan informasi sebagai sarana penunjang dalam berbagai pencarian data, informasi, pesan, bahkan banyak juga menggunakan teknologi tersebut untuk mencari solusi dari suatu permasalahan.
Di era digital saat ini, teknologi telah merasuk ke dalam setiap aspek kehidupan kita. Smartphone dan internet memungkinkan orang untuk terhubung, berbagi informasi, dan mengakses berbagai sumber daya dengan mudah. Di jantung Yogyakarta, tepatnya di kawasan Taman Sari, terdapat sebuah kampung yang menjadi contoh inspiratif tentang bagaimana teknologi dapat memberdayakan masyarakat.
Kampung Cyber, dengan segala keunikannya, telah menarik perhatian dunia. Kampung Cyber tak hanya sekadar kawasan pemukiman tempat tinggal masyarakat Yogyakarta tetapi juga menjadi pusat interaksi kekayaan budaya dan teknologi modern. Di Kampung Cyber tiap-tiap rumah warga sudah terpasang jaringan internet, tak heran kampung ini bernama Kampung Cyber.
ADVERTISEMENT
Dari Nol Menjadi Destinasi Wisata Budaya dan Digital
Berawal dari kegelisahan yang muncul di kalangan warga melihat semakin banyaknya kampung-kampung yang memiliki branding, sementara kampung mereka tampak stagnan, terlintaslah gagasan untuk membentuk sebuah kampung yang melek internet. Oleh karena itu, pada tahun 2006, Ketua RT pada saat itu, Pak Heri Sutanto, membawa seluruh warga kampung tersebut ke lab komputer di Atma Jaya untuk belajar, tanpa dipungut biaya apa pun.
Pak Heri, yang pada saat itu menjadi orang pertama yang berlangganan internet di rumahnya, berbagi akses tersebut dengan warga lainnya yang memiliki laptop dan komputer. Untuk memaksimalkan perkembangan teknologi informasi di kampung tersebut, ada warga yang menyumbangkan perangkat-perangkat ke pos ronda dan membuat kesepakatan bahwa komputer tidak boleh ditempatkan di dalam kamar supaya dapat digunakan untuk belajar bersama warga lainnya.
ADVERTISEMENT
Mulai dari mengakses Yahoo hingga belajar membuat email dan akun Facebook, warga memperluas pengetahuannya tentang dunia digital. Inisiatif ini kemudian menjadi topik pembicaraan di setiap pertemuan warga, baik itu di kumpul sore atau di pos ronda.
Dan dari diskusi-diskusi tersebut, tercetuslah istilah "Kampung Cyber" - sebuah kampung yang melek internet. Dengan 13 pemancar Wi-Fi dan sambungan internet dengan biaya bulanan yang terjangkau yang sekarang ini sudah terpasang di setiap rumah, koneksi internet telah menjadi bagian hidup sehari-hari masyarakat Kampung Cyber.
Dikenal luas melalui berbagai media, kampung ini telah membuka wisata edukasi sejak 2011. Kombinasi teknologi modern dengan budaya tradisional yang dijunjung tinggi oleh warganya membuat tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi. Kebanyakan dari warga setempat menggantungkan hidup pada UMKM yang menjual berbagai produk tradisional seperti batik, jamu, dan kerajinan seni lainnya. Saat berkunjung wisatawan dapat menemukan berbagai produk handicraft yang dijual di sana.
ADVERTISEMENT
Menariknya lagi dari awal terbentuk sampai saat ini, warga Kampung Cyber tidak pernah melupakan tradisi gotong royongnya. Hal ini mengantarkan Kampung Cyber sebagai pemenang dalam lomba inovasi di Kota Yogyakarta, serta mendapatkan anugerah komunikasi Indonesia dari Kominfo sebagai komunitas literasi digital terbaik pada tahun 2018.
Karena keunikannya itu juga, tidak heran apabila tokoh-tokoh dunia berkunjung ke Kampung Cyber. Contohnya saja Raja Willem Alexander dan Ratu Maxima dari belanda pada 2020 juga CEO Facebook Mark Zuckerberg pada 2014 silam yang terkesan dengan semangat warga Kampung Cyber dalam memanfaatkan internet untuk keseharian mereka
Di Balik Layar Digital: Kampung Cyber dan Bayang-Bayang Revitalisasi Taman Sari
Namun, di balik kesuksesan ini, Kampung Cyber menghadapi tantangan serius. Kampung Cyber terletak di kawasan Taman yang di mana merupakan situs bersejarah bekas taman istana milik Keraton Yogyakarta dan lahannya pun sampai saat ini masih dikuasai oleh Keraton Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sejak 1976, Sultan Hamengkubuwono IX memperbolehkan masyarakat menghuni lahan ini dengan sistem sewa tanah. Karena warga dianggap menetap sementara bagi pihak Keraton, hal itulah yang membuat rumah-rumah warga terancam digusur.
Meskipun ada prediksi bahwa rumah yang berjarak lebih dari 3 meter dari situs utama Taman Sari akan aman, ketidakpastian tetap menghantui warga. Tujuan dari rencana revitalisasi Taman Sari yaitu untuk mengembalikannya ke bentuk semula dan itu sangat mengancam keberadaan Kampung Cyber.
Desas desus adanya rencana revitalisasi sudah ada sejak tahun 1999 silam, di saat berita simpang siur itu terdengar sampai telinga warga, warga merasa cemas. Dilihat dari beberapa area Keraton termasuk Pojok Beteng sudah mulai ada revitalisasi dan banyak rumah warga tergusur.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang membuat tahun ini perasaan cemas warga Kampoeng Cyber kembali lagi terpuruk. Warga merasa apa yang sudah mereka lakukan baik interaksi sosial dan ekonomi mereka akan terancam ikut tergusur. Menghindari akan penggusuran itu, hingga saat ini banyak sekali perjuangan yang sudah dilakukan para warga supaya lahan yang dihuninya tidak terancam tergusur.
Warga melakukan beberapa upaya seperti menyebarkan broadcast ke grup Whatsapp kampung, di dalam isi broadcast tersebut terdapat penolakan warga jika ada aksi penggusuran nantinya, dan diharapkan warga lainnya juga punya tujuan yang sama yaitu sama-sama mempertahankan Kampoeng Cyber.
Tak hanya itu, warga juga menggelar acara potensi budaya setiap tahunnya, potensi yang ditampilkan seperti barongsai, menari jawa klasik, band Shaggydog, dolanan anak, dance modern, paduan suara ibu-ibu, menyanyi solo, band kampung, dan stand booth UMKM dari beberapa RT Kampung Taman Sari.
ADVERTISEMENT
Selain itu banyak produk UMKM dari warga yang diproduksi sehari hari dan diperjualbelikan ke khalayak seperti produk wayang kulit, batik lukis, sablon, bahkan juga menggelar workshop-workshop kesenian. Hasilnya pun positif, potensi inilah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Kampoeng Cyber, karena letaknya berada di situs Taman Sari jadi juga berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan di Taman Sari.
Diluar usahanya warga yang sukses membuat banyak wisatawan berkunjung, tetap saja warga tidak mempunyai hak ditambah lahan tersebut milik Keraton Yogyakarta, kapan saja bisa diambil alih.
Sampah di Tengah Keindahan Menjaga Kebersihan Kampung Cyber dari Ulah Wisatawan
Selain isu lahan yang mengancam eksistensi Kampung Cyber, kebersihan lingkungan juga menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Kebersihan lingkungan di Kampung Cyber membutuhkan perhatian lebih dari pihak terkait, baik wisatawan maupun masyarakat lokal.
ADVERTISEMENT
Karena, salah satu masalah utama adalah kebiasaan wisatawan yang membawa makanan dan minuman dari luar dan kemudian meninggalkan sampah di sekitar Kampung Cyber. Kampung yang seharusnya menjadi tempat tinggal yang nyaman dan bersih bagi penduduk Kampung Cyber, malah mendapatkan masalah lingkungan berupa sampah-sampah yang ditinggalkan oleh wisatawan. Kebersihan lingkungan merupakan hal penting untuk menjaga daya tarik Kampung Cyber sebagai destinasi wisata budaya dan digital.
Untuk mengatasi permasalahan sampah di Kampung Cyber perlu dilakukan secara kolaboratif antara berbagai pemangku kepentingan. Peningkatan kesadaran masyarakat, penyediaan fasilitas pengelolaan sampah yang memadai, serta koordinasi yang baik antara pemerintah, pengelola pariwisata, dan warga setempat menjadi kunci untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan Kampung Cyber sebagai destinasi wisata yang unik dan menarik.
ADVERTISEMENT
Dan juga perlunya edukasi kepada wisatawan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan. Di sisi lain, masyarakat lokal perlu diberikan pemahaman dan pelatihan mengenai manajemen sampah yang baik dan benar.
Lek Iwon Menyuarakan Kekhawatiran Penggusuran Bertahap dan Sampah di Kampung Cyber
Lek Iwon, seorang warga Kampoeng Cyber, mengutarakan bahwa kampung ini dibangun dari nol melalui swadaya masyarakat. Potensi usaha warga yang unggul seperti batik lukis, wayang kulit, sablon, dan kuliner menjadi daya tarik utama kampung ini.
Terkait isu penggusuran, Lek Iwon menyebut bahwa relokasi akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari bagian dalam benteng. “Kalaupun Taman Sari ikut tergusur, sepertinya masih lama,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa sebagian Kampoeng Cyber akan terdampak jika hal itu terjadi. Meski begitu, Lek Iwon berharap perjuangan warga dalam mempertahankan eksistensi Kampoeng Cyber yang sudah mendunia ini dapat menjadi “daya tawar” yang kuat sehingga tidak kena gusur.
Ia juga menyadari adanya dampak negatif kunjungan wisatawan, terutama terkait masalah sampah. Menurutnya, hal tersebut adalah konsekuensi dari popularitas Kampoeng Cyber yang perlu diatasi bersama.
Ketika Kampung Cyber Tidak Ditangani, Ini yang Akan Terjadi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pengalihan lahan dan kurangnya kebersihan lingkungan akibat ulah wisatawan bukan sekadar mengganggu, tetapi mengancam eksistensi Kampung Cyber secara keseluruhan. Di balik gemerlapnya aktivitas pariwisata, tersembunyi potensi bencana bagi komunitas ini.
Isu pengalihan lahan menjadi ancaman tersendiri bagi eksistensi Kampung Cyber sebagai tempat wisata dengan potensi atraksi wisata yang dimiliki. Selain itu, kebersihan lingkungan di Kampung Cyber juga dapat merusak pemandangan dan kenyamanan wisatawan ataupun warga lokal dalam beraktivitas.
Karena itu, Kampung Cyber berada di ujung tanduk. Ancaman penggusuran dan kebersihan lingkungan yang terabaikan adalah bayang-bayang gelap yang mengancam kehidupan kampung ini. Namun, dengan kesadaran yang terjaga dan langkah tegas, kampung ini dapat bertahan.
Ini saatnya bagi wisatawan untuk menjadi bagian dari solusi, dengan aksi bersama dalam mewujudkan Kampung Cyber agar bisa tetap menjaga identitasnya sebagai komunitas berbasis teknologi yang inovatif dan berkelanjutan
ADVERTISEMENT
Berusaha Mencapai Masa Depan Harmonis di Tengah Tantangan
Masa depan Kampung Cyber penuh dengan potensi, namun tidak terlepas dari berbagai tantangan. Untuk mewujudkan visi kampung digital yang inklusif dan berkelanjutan, diperlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat lokal, dan akademisi.
Kampung Cyber adalah bukti nyata bagaimana teknologi dan kekuatan komunitas dapat membawa perubahan positif. Namun, tantangan yang ada, mulai dari ancaman penggusuran hingga masalah kebersihan, memerlukan perhatian serius dan tindakan nyata dari berbagai pihak.
Dengan perhatian yang lebih serius terhadap kebersihan lingkungan dan keindahan seni, Kampung Cyber memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi wisata unggulan yang tidak hanya mempertahankan eksistensinya, tetapi juga menjadi contoh bagi komunitas lain dalam mewujudkan harmoni antara tradisi, inovasi, dan keberlanjutan lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Lingkungan Indah, Seni Berseri, Kampung Cyber Hidup!"