Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Wayang Wong Sembalun Riwayatmu Kini
22 Februari 2023 15:08 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Galih Suryadmaja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak banyak masyarakat mengetahui keberadaan Wayang Wong Sembalun, salah satu teater tradisi yang dimiliki masyarakat Sasak yang saat ini cukup mengkhawatirkan keberadaannya. Hal itu diungkapkan oleh Indah Zulhidayati yang berkesempatan meneliti keberadaan teater tradisi itu saat dijumpai di kediamannya di Lombok Barat, NTB pada Sabtu (11/02/2023). Ia merasa miris menyaksikan keberadaan teater tradisi yang saat ini terancam kelestariannya.
ADVERTISEMENT
“Saat saya menjumpai Wayang Wong Sembalun ini, saya merasa baru mengetahuinya setelah tinggal di Lombok sejak 2016 lalu. Saya menjumpainya pada tahun 2021 lalu untuk berkenalan, dan saat saya telusuri, ternyata hanya tinggal satu kelompok itu saja yang hidup saat ini,” ungkap Indah Zulhidayati (11/02)
Pada tahun 2022, pegiat teater yang juga merupakan dosen di Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (UNU NTB) berkesempatan melakukan penelitian terhadap Wayang Wong Sembalun. Mengusung kajian mengenai karakteristik humor tokoh Parkan, Indah menjelaskan saat ini masih sangat minim penelitian dan pendokumentasian terkait kesenian ini. Di sisi lain, keberadaan teater tradisi ini hanya tersisa satu kelompok itu saja di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.
ADVERTISEMENT
“Sangat sulit menemukan hasil riset yang dilakukan sebelumnya, bahkan belum ada mungkin penelitian-penelitian atau upaya pendokumentasian terhadap teater tradisi ini sebelumnya. Saya baru sadar saat menjalani proses penelitian, terutama saat melakukan penelusuran sumber literatur terkait keberadaan kesenian ini. Ini cukup mengkhawatirkan menurut saya, lebih-lebih sepengetahuan saya hanya tersisa satu kelompok itu saja di Lombok Timur,” jelas Indah.
Hal itu dinilai perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, agar kekayaan budaya yang dimiliki masyarakat Sasak ini tidak hilang begitu saja. Mengingat sebagian besar pelaku dalam teater tersebut sudah banyak yang berusia lanjut.
“Sepertinya semua pihak perlu memikirkan hal ini baik itu pemerintah maupun para akademisi demi kelestarian Wayang Wong ini. Karena yang saya lihat, banyak pelaku yang sudah berusia lanjut atau sudah berumur. Agar apa yang telah dimiliki masyarakat ini ke depan dapat tetap diwariskan, dan tidak hilang begitu saja,” ungkapnya lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Melestarikan kesenian tradisi menjadi penting, karena keberadaan tradisi menyimpan banyak nilai kehidupan masyarakat. Seni tradisi bukan semata sebatas entitas pertunjukan hiburan, tetapi banyak nilai yang bisa dipelajari yang menyimpan banyak sekali kearifan lokal di dalamnya.
“Seni tradisi ini kan sudah lama hidup, dan pastilah ia menyimpan banyak pesan. Jadi Wayang Wong ini tidak semata-mata menjadi sebuah pertunjukan untuk hiburan saja. Banyak nilai pesan yang dapat dibaca dan dipelajari sebagai bentuk kearifan lokal. Seperti menyoal sopan santun dalam berbicara dengan menggunakan bahasa yang berbeda,” jelas Indah.
Berbeda dengan Wayang Wong Jawa yang telah dikenal luas masyarakat Indonesia, yang umumnya mengusung kisah-kisah Mahabarata atau Ramayana.
“Beda antara Wayang Wong Sembalun dengan Wayang Wong yang banyak orang tahu seperti di Jawa. Kalau di Jawa kan biasanya ngusung lakon-lakon dari India, kalau di Sembalun ini mereka mengusung lakon-lakon dengan latar Timur Tengah dan bernapas Islami. Orang bilangnya serat Menak," ujar Indah
ADVERTISEMENT
Wayang Wong Sembalun yang saat ini masih hidup adalah kelompok kesenian Sanggar Budaya Tradisional Sembalun yang terletak di Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Sebagian besar pemain Wayang Wong ini telah berusia 50-70 tahun seperti Amaq Kaka (70), H Sinarma (70), Inilfa (60), Kerup Sugiharto (51) dan lain sebagainya.
Kelompok kesenian ini sudah hampir 1 abad hadir di tengah kehidupan masyarakat Sembalun. Menurut pelaku Wayang Wong Sembalun hadir sekitar tahun 1930-an. Pada saat itu di Sembalun terdapat 2 kelompok Wayang Wong. Seiring perkembangan zaman, saat ini hanya tersisa satu kelompok itu saja.
Wayang Wong Sembalun di dalam keseharian masyarakat biasanya digunakan untuk kegiatan ritual dan hiburan. Sebagai media ritual, kesenian ini digunakan dalam upacara adat Ngayu-ayu Tirta, sebuah ritual tahunan yang ditujukan untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat atas kesuburan dan kelimpahan hasil bumi. Selain itu ritual itu juga ditujukan sebagai sarana tolak bala’. Sedangkan sebagai media hiburan, Wayang Wong Sembalun ini biasanya digunakan pada acara pernikahan, khitanan, aqiqah, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT