Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Refleksi Sejarah Menuju Indonesia Sebagai Pusat Ekonomi Maritim
4 Oktober 2022 17:20 WIB
Tulisan dari Galih Juang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terhitung semenjak tanggal 20 Oktober 2019, terpilihlah Bapak Joko Widodo dan K. H. Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode tahun 2019-2024. Sebelumnya, pada masa periode pertamanya, Jokowi-Kalla membuat sebuah wacana atau rencana untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat atau poros maritim dunia.
ADVERTISEMENT
Semenjak muncul wacana PMD atau Poros Maritim Dunia tersebut, PMD sendiri memiliki lima pilar atau lima prinsip di dalamnya. Pertama, upaya pembangunan kembali maritim Indonesia. Kedua, menjaga serta mengelola berbagai sumber daya laut dengan tetap terfokus kepada proses atau upaya membangun kedaulatan pangan laut. Ketiga, konsisten mendorong pengembangan infrastruktur serta koneksi maritim di wilayah perairan Indonesia. Usaha tersebut bisa dan dapat dilakukan dengan membangun tol laut, logistik, pelabuhan, industri kapal, dan lain sebagainya. Keempat, upaya diplomasi kemaritiman. Dimana nantinya ada upaya untuk berkolaborasi dengan semua mitra Indonesia agar dapat bekerja sama pada sektor maritim. Kemudian yang kelima, usaha untuk membangun serta memperkuat pertahanan atau ketahanan maritim Indonesia.
Jika dilihat perspektif antropologi, dinamika atau gejolak ekonomi maritim di negara ini memiliki catatan panjang dalam sejarah. Dimasa silam, Nusantara merupakan pusat atau wilayah sentral dari ekonomi dunia dengan komoditas rempah-rempahnya. Serta kita tahu sendiri bahwa Nusantara dengan komoditas utamanya yakni rempah-rempah menjadi sebuah daerah rebutan dari para pelaut Eropa pada masa itu. Adapun para pelaut Eropa yang pernah singgah di Nusantara yakni mulai dari pelaut Portugis, Spanyol, Inggris, sampai Belanda. Mereka semua berlabuh ke Nusantara hanya ingin menguasai sumber daya alam terutama sumber daya laut yang melimpah yang dimiliki wilayah Nusantara.
ADVERTISEMENT
Pada waktu awal abad ke-18, Belanda sukses merajai wilayah Nusantara. Karena berhasil menjadi negara yang berhasil menguasai Nusantara secara penuh, ia kemudian mendirikan perusahaan dagang yang bernama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Melalui VOC, mereka melakukan monopoli terhadap perdagangan rempah-rempah Nusantara. Berdasarkan catatan historis, kekayaa VOC yang dihasilkan dari monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia mencapai US$7,9 triliun.
Apabila sekarang Indonesia berniat untuk mencoba mengulangi kegemilangan era keemasan atau golden age rempah Nusantara, maka harus ditemukan komoditas primadona atau utama yang setara dengan rempah-rempah yang pernah menjadi komoditas utama atau sumber primer Nusantara pada masa itu.
Jika dilihat dari geo ekonomi dan geo politik, bahan atau komoditi utama Indonesia saat ini adalah berupa sumber energi dan pangan. Yang dimaksud pangan dalam hal ini adalah sektor perkebunan. Sebuah negara yang menguasai sumber daya energi seperti minyak bumi, gas, batu bara, dan lain sebagainya sangat mungkin untuk dapat menguasai perekonomian global. Akan tetapi sumber daya energi ini memiliki kelemahan. Apa itu kelemahannya? Kelemahan tersebut terletak pada sumbernya yang dari fosil. Karena bersumber dari fosil, maka suatu saat pasti akan habis dan bersifat tidak dapat diperbaharui. Akan tetapi, disisi lain dalam perkebunan juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan tersebut berupa hambatan yang dialami Indonesia terhadap perdagangan nontarif serta adanya isu lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kelemahan tersebut, sumber daya energi dan pangan (perkebunan) sangat bisa dikategorikan sebagai sumber atau komoditas utama untuk Indonesia menuju pusat ekonomi.
Apabila kita berniat untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi maritim dunia melalui gagasan Poros Maritim Dunia (PMD), maka pemerintah mesti dan harus mengembangkan beberapa komponen. Pertama, terus mempertajam aksi dari PMD agar dapat memiliki sebuah kontribusi bagi perekonomian nasional. Dalam hal ini pemerintah harus siap dan mampu untuk memaksimalkan potensi sumber daya ekonomi yang belum stabil dan optimal. Misalkan, jalur alur laut kepulauan Indonesia (ALKI), teluk, selat, dan ekosistem laut untuk menciptakan serta mengoptimalkan pusat ekonomi maritim.
Kedua, pemerintah harus menentukan sumber daya yang berfokus dan berbasis energi serta pangan sebagai komoditas utama sebagai pusat ekonomi maritime. Ketiga, memaksimalkan budidaya perikanan. Hal ini perlu diperhatikan, pasalnya budidaya perikanan selama ini kurang mendapatkan sentuhan dari pemangku kebijakan. Pengembangan dapat dilakukan melalui pembaruan teknologi budidaya ikan agar lebih produktif dan efisien.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Yakti, P, D., Susanto, J. 2018. Poros Maritim Dunia Sebagai Pendekatan Strategi Maritim Indonesia: Antara Perubahan atau Kesinambungan Strategi?. Global & Strategis 11(2) : 114