Konten dari Pengguna

Apa Itu Child Grooming yang Ramai Dikaitkan dengan Kriss Hatta?

Generasi Milenial
Generasi Milenial
3 Oktober 2022 9:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kriss Hatta. Foto: GIovanni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kriss Hatta. Foto: GIovanni/kumparan
ADVERTISEMENT
Belum lama ini publik dihebohkan dengan pemberitaan Kriss Hatta yang menjalin hubungan dengan gadis berusia 14 tahun. Atas hubungannya dengan anak di bawah umur itu, Kriss Hatta disebut melakukan child grooming.
ADVERTISEMENT
Istilah tersebut ramai digunakan selepas pemberitaan Kriss Hatta. Meski demikian, banyak yang ternyata belum tahu dan bertanya-tanya mengenai apa itu child grooming. Nah, child grooming sendiri merupakan salah satu jenis kekerasan seksual terhadap anak.
Dijelaskan organisasi pemberantas kekerasan seksual terhadap anak, Darkness to Light atau D2L, child grooming adalah tindak di mana pelaku secara sengaja, bertahap, dan diam-diam, memulai hubungan dengan anak di bawah usia legal.
Sementara Departemen Kehakiman AS, Kantor Hukuman Pelanggar Seksual, Pemantauan, Penangkapan, Pendaftaran, dan Pelacakan (SMART), mendefinisikan child grooming sebagai aksi pelaku untuk membangun kepercayaan agar bisa dekat dengan korban.
Dalam kasus ekstrem, pelaku bahkan menggunakan ancaman dan kekerasan untuk melakukan pelecehan terhadap anak. Hanya, lebih sering memakai cara pendekatan halus dengan membangun hubungan baik dengan keluarga korban.
ADVERTISEMENT
Pelaku melakukannya dengan mengambil peran pengasuh, berteman, atau mengeksploitasi kepercayaan yang diberikan untuk merawat korban. Karena itu, kerap kali pelaku membangun kepercayaan dengan orang tua yang kurang mengawasi anaknya.
Oleh sebab itu pula child grooming cenderung terlihat seperti hubungan dekat antara anak atau pengasuh dengan si pelaku. Aksinya sering jadi salah paham sebab datang dari orang yang mudah dipercaya, seperti kenalan terdekat atau sosok dihormati di masyarakat.

Ciri dan sifat pelaku child grooming

Ilustrasi kekerasan seksual. Foto: Shutter Stock
Aksi child grooming sering kali tidak kentara dan tampak seperti biasa-biasa saja. Karena kerap tak disadari, perlu untuk mengenali ciri dan sifat umum orang dewasa pelaku child grooming, yang di antaranya sebagai berikut:
ADVERTISEMENT

Tahapan child grooming

Apa itu grooming? Foto: Unsplash
Mengutip American Bar Association, ada beberapa tahap yang umumnya dilakukan pelaku child grooming. Berikut tahapan-tahapan itu agar orang tua atau pengasuh anak bisa lebih waspada.

Menargetkan anak

Pelaku menargetkan dan mengeksploitasi kerentanan yang dirasakan anak, di antaranya: kebutuhan emosional, merasa terisolasi, pengabaian, kehidupan rumah yang kacau, atau kurangnya pengawasan orang tua.

Mendapat kepercayaan

Cara mendapat kepercayaan orang tua atau pengasuh untuk menurunkan kecurigaan biasanya dengan memberi perhatian atau dukungan yang tampak hangat. Sementara kepercayaan anak didapat dengan mengumpulkan informasi dan memenuhi keinginannya.

Mengisi kebutuhan dan keinginan

Taktik memberi kebutuhan dan keinginan akan membuat pelaku disenangi oleh anak. Hal tersebut bisa berupa tindakan, barang, atau uang. Mencakup pula peningkatan perhatian dan kasih sayang terhadap korban.

Mengisolasi anak

Tahap ini adalah ketika pelaku menciptakan situasi di mana bisa berduaan dengan korban. Kemudian, pelaku akan menanamkan sugesti bahwa dia mencintai dan memahami korban secara spesial, tidak seperti yang diberikan oleh orang tua.
ADVERTISEMENT

Seksualisasi hubungan

Begitu ketergantungan dan kepercayaan emosional sudah terpupuk di benak korban, secara bertahap pelaku akan mengembangkannya ke arah seksual. Memanfaatkan kepolosan korban, pelaku akan membuat situasi mengerikan berkaitan dengan hubungan seksual.

Mempertahankan kendali

Setelah terjadi kekerasan seksual, pelaku umumnya meminta merahasiakan, atau menyalahkan, hingga mengancam agar korban tetap diam. Karena korban masih anak-anak, pelaku bisa dengan mudah memanipulasi.
Contohnya, dengan membuat seakan hanya pelaku yang bisa memenuhi korban emosional dan material korban. Alhasil, korban akan merasa bakal lebih banyak rugi dan malu bila mengungkapkannya. (bob)