Konten dari Pengguna

Timnas Indonesia Menerjemahkan Keberuntungan

Gigih Imanadi Darma
Nostradamus. Homo ludens.
28 Januari 2024 15:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gigih Imanadi Darma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah Pesepakbola Timnas Indonesia melakukan latihan di Lapangan Al Egla 2, Lusail, Qatar, Sabtu (27/1/2024). Foto: Yusran Uccang/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah Pesepakbola Timnas Indonesia melakukan latihan di Lapangan Al Egla 2, Lusail, Qatar, Sabtu (27/1/2024). Foto: Yusran Uccang/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ini mungkin terdengar agak lebay, tapi saya tidak gengsi untuk memberi tahu bung dan nona sekalian kalau hati saya terlalu lembut untuk tidak merinding dan hampir menangis ketika bolak balik mendapati kabar Timnas Indonesia lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2024.
ADVERTISEMENT
Apalagi setelah tahu kalau Adam Alis, Justin Hubner, dan para penggawa Garuda lainnya ternyata sudah berkemas untuk pulang. Barangkali ketika itu suara mesin pesawat sudah sampai ke telinga mereka.
Tapi sebelum koper ditenteng, sebelum menutup pintu hotel untuk terakhir kalinya, ada kesadaran yang saya yakini juga para penggawa Garuda yakini, ada yang tak sepatutnya ditanggalkan; bahwa masih tersisa sedikit harapan.
Harapan yang ditunggu. Harapan yang sebelumnya telah diusahakan dengan keringat sendiri dan lalu sisanya dijemput dengan doa yang lebih kencang dari biasanya.
Dan harapan itu dititipkan pada kesebelasan lain. Gol dari Joel Kojo, pemilik nomor punggung 7 dari Kirgistan ke gawang Oman membuat kedudukan akhir sama kuat 1-1. Maka terpenuhilah skenario yang menjadi syarat, anak asuh Shin Tae-yong lolos ke fase 16 besar lewat jalur peringkat tiga terbaik.
Pertama kali sepanjang keikutsertaan Timnas Indonesia lolos fase grup Piala Asia. Sumber Foto: Instagram @Timnas.indonesia
Tidak terlalu berlebihan kalau kita patut berucap terima kasih kepada Kirgistan karena telah melapangkan jalan. Namun yang paling pantas untuk mendapat apresiasi, barang pasti adalah skuad Garuda itu sendiri. Seluruh pemain, jajaran pelatih, official tim, dan semua yang terlibat. Mereka semua adalah para history makers.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang bersamaan para pengkritik tertampar fakta kalau untuk pertama kalinya dalam keikutsertaan Piala Asia, Indonesia tidak terhenti di babak grup.
Untuk konteks yang lain kalimat itu penting diucapkan tapi tidak adil rasanya jika kalimat itu dialamatkan untuk sejarah yang baru saja tercipta.

Menerjemahkan Keberuntungan: Usaha dan Do’a

Mawas dirikah kita sebagai kesebelasan dengan status peringkat FIFA terendah kedua (146) setelah Hongkong (151) dan skuad termuda dengan rata-rata usia pemain 23,88 tahun, ditambah satu grup dengan wajah sepak bola Asia, Jepang dan Irak, lalu Vietnam yang dekade belakangan merupakan kekuatan utama sepak bola Asia Tenggara, lalu bisakah kita menyebut hasil undian ini sebagai keberuntungan? Dan sekarang kita sudah ditunggu Australia.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan berikutnya; apakah kita bisa memilih keberuntungan kita sendiri? Kita hanya bisa mengusahakannya. Lantas buat apa menghibur diri dengan bersikap naif. Nikmati dan terima saja bahwa selalu ada faktor eksternal yang menempatkan kita pada situasi saat ini.
Jauh sebelum semua ini menggembirakan sekaligus membuat cemas, kita bahkan harus menempuh babak playoff. Apa artinya? Kita sudah tidak beruntung dari awal. Bahkan untuk bisa sekadar ikut serta, lolos lewat jalur kualifikasi di Piala Asia 2024 ini saja sudah jadi kesyukuran luar biasa. Dan kita meraihnya dengan berjuang. Jadi beruntung atau tidak bukanlah persoalan.
Toh di atas rumput mengkilap Stadion Al-Thumama, tempat kata-kata menjadi arena pembuktian, para pemain menunjukkan adalah keliru bersikap meremehkan anak bangsa sendiri. Karena kenyataannya Marselino Ferdinand cs bermain bagus, mereka berusaha keras sejauh yang bisa mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Menjadi jelas kalau skuad Garuda lebih dari layak bisa lolos ke fase berikutnya. Bukan sekadar keberuntungan yang jatuh dari kolong langit.
Sejurus dengan itu our captain, Asnawi Mangkualam melengkapi, “Alhamdulillah, kita berhasil lolos. Tuhan menjawab do’a dan usaha kita.”
Faktor luck dalam sepak bola adalah niscaya namun harus dimaknai bukan sebagai sikap pasif dan pasrah. Berdiri di belakang nama Dewi Fortuna tanpa ikhtiar taktikal dan fighting spirit yang jelas hanya akan menjadi ilusi yang perih dan itu sama saja dengan mencipta harapan kosong.
Seperti itulah kiranya cara skuad Garuda menerjemahkan arti kata luck. Di titik ini sepak bola bisa menerangkan, apa sebenarnya yang disebut keberuntungan, optimisme dan keragu-raguan, apa yang disebut sebagai nasib baik dan di mana kita harus meletakkan harapan, usaha, dan do’a.
ADVERTISEMENT

Nothing To Lose Melawan Australia

Kurang dari beberapa jam saat Anda selesai membaca catatan ini, Timnas Indonesia akan menghadapi Australia. Laga melawan kesebelesan Kangguru yang berperingkat 25 FIFA bakal berlangsung pada pukul 18.30 WIB, Ahad 28 Januari di Jassim Bin Hammad Stadium.
Tanpa perlu banyak mengulas perbandingan statistik, probabilitas kedua tim untuk menang rasanya sudah terbaca. Karenanya menaruh ekspektasi tinggi-tinggi adalah sebentuk sikap kurang ajar. Nothing to lose saja, dengan itu kita katakan nyala optimisme tak boleh redup. Kita harus tetap yakin bahwa gema nyanyian Indonesia Raya akan jadi energi besar.
Berjuang dengan sungguh-sungguh. Bermain dengan kebanggaan dan rasa percaya diri penuh. Motivasi tinggi. Bermainlah tidak cuma dengan kaki, melainkan dengan kepala dan hati. Lebih dari itu menang dan kalah hanya soal sebutan. Ayo, kita Garuda.
ADVERTISEMENT
Tabik!