Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kitab Lupa dan Gelak Tawa, Novel Berat yang Tampak Ringan
28 Oktober 2023 17:47 WIB
Tulisan dari Gilang Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"The Book of Laughter and Forgetting", diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Kitab Lupa dan Gelak Tawa, berkisah di Czechoslovakia setelah Perang Dunia II, di mana pembersihan Stalinist tengah merajalela. Penulisnya, Milan Kundera, menceritakan bagaimana totaliterisme bisa membuat orang lupa akan ingatan mereka, baik yang pribadi maupun yang berkaitan dengan sejarah nasional.
ADVERTISEMENT
Kundera menceritakan beberapa karakter yang mencoba mengenang masa lalu seraya melupakan sesuatu yang membuat karakternya sakit hati. Milan Kundera sendiri mengalami dampak buruk totaliterisme setelah invasi Rusia di Czechoslovakia tahun 1968.
Novel ini dibagi menjadi tujuh bagian, yang pertama menceritakan Mirek, seorang peneliti yang pernah terkenal, hingga waktunya dipaksa keluar dari pekerjaannya karena dikepung oleh agen rahasia. Kundera bilang bahwa "perjuangan manusia melawan kekuasaan itu sebenarnya adalah perjuangan ingatan melawan lupa."
Tapi dalam cerita ini, Kundera tunjukkan bahwa revisi sejarah tak cuma terjadi di level nasional, tapi juga di kehidupan sehari-hari. Kundera bergantian antara pikiran dalam kepala karakter dan pemikiran narator tentang pertanyaan filosofis, seperti: Apa itu sejarah? Di mana ingatan kita melekat dan bagaimana cara mengembalikannya? Apa asal-usul dan ciri-ciri tawa? Novel ini penuh dengan episode yang menunjukkan tema-tema besar, dan seringkali berhubungan dengan hal-hal seksual.
ADVERTISEMENT
Di bagian pertama dan keempat, ada cerita tentang karakter yang berusaha mencari surat-surat dari masa lalu mereka. Mirek coba mengambil surat-surat yang bisa membuatnya terkena masalah dari mantan pacarnya, Zdena, biar tak jatuh ke tangan negara. Meskipun Zdena menolak kembalikan surat-surat itu, Mirek terpaksa buka lembaran masa lalu mereka, dan dia sadar kalo dia tanpa sengaja sudah mengubah cerita mereka.
Di sisi lain, Tamina, seorang pelayan di kota kecil, yang juga tokoh utama di cerita ini, ingin menyimpan kenangan yang akurat tentang suaminya yang sudah meninggal. Masih sedih karena kehilangan itu, dia coba cari surat-surat cinta mereka dari rumah ibu mertuanya di Praha, berharap bisa mengembalikan kenangannya tentang suaminya dan masa lalu mereka.
ADVERTISEMENT
Tapi ceritanya makin rumit waktu Hugo, salah satu pelanggannya, janji untuk mengambil surat-surat itu. Akhirnya, dia terlibat dalam hubungan yang terkesan monoton dengan Hugo, sampai dia tahu kalau Hugo tak berniat pergi ke Praha, yang membuatnya muak dengan hubungan mereka.
Tamina muncul lagi di bagian keenam, yang secara surealis, dia dibawa ke pulau yang hanya dihuni anak-anak. Tamina, yang lebih dewasa daripada anak-anak itu, dianggap aneh dan disiksa oleh mereka. Di perjalanan itu, Tamina ngerasain jika seksualitas, yang tak lagi terikat oleh cinta, bisa jadi hal yang sederhana dan murni. Tapi juga bisa jadi sesuatu yang berat dan bermakna.
Novel ini juga bahas konsep berat dan ringan, publik dan pribadi, pikiran dan tubuh, dan cinta yang tak terbatas serta litost (kata Ceko yang artinya "siksaan karena membela diri sendiri secara menyedihkan").
ADVERTISEMENT
Misalnya, narator cerita menjelaskan bahwa ada dua jenis tawa, yang malaikat dan iblis. Jika dipaksa secara ekstrim, yang pertama bisa membuat kita jadi fanatik, sementara yang kedua bisa menjadikan kita skeptis. Jadi, menurut narator, kita harus punya keseimbangan antara keduanya.
Selama cerita ini, Kundera mengeksplorasi bagaimana sejarah dibangun dan bagaimana modernitas membuat kita merasa bahwa waktu berjalan beda. Dia bilang bahwa dulu, sejarah cuma latar belakang yang statis di mana kehidupan pribadi kita berjalan. Tapi di abad ke-20, sejarah bergerak cepat, jadi kehidupan pribadi kita tampak biasa dan lambat dibandingkan dengan peristiwa sejarah yang seru.
Kundera juga menantang pandangan kita tentang sejarah, ingatan, cinta, dan seks, dengan menaruh karakter-karakter yang berbeda dalam situasi yang ekstrim untuk menguji dan jelaskan teorinya. Intinya, "The Book of Laughter and Forgetting" membahas konsekuensi politik dan filosofis dari mendorong emosi manusia ke batas ekstrim, atau dengan kata lain, eksplorasi asal usul emosi dasar dari politik radikal.
ADVERTISEMENT