Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Tuna: Komoditas Andalan Laut Indonesia yang Tak Pernah Berhenti Berenang
16 April 2025 21:16 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari GILAR BUDI PRATAMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas unggulan sektor perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan menjadi andalan dalam perdagangan ekspor. Indonesia secara konsisten mengekspor tuna ke berbagai negara seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Tingginya permintaan global terhadap tuna tidak hanya didorong oleh cita rasa dagingnya yang lezat, tetapi juga oleh kandungan gizinya yang luar biasa. Daging tuna kaya akan protein, mengandung asam lemak omega-3 dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan daging ayam maupun sapi, serta menjadi sumber penting vitamin A, D, B6, B12, dan berbagai mineral seperti selenium dan magnesium.

Beberapa jenis tuna yang umum diekspor dari Indonesia antara lain tuna sirip kuning (yellowfin tuna), tuna mata besar (bigeye tuna), tuna sirip biru selatan (southern bluefin tuna), albakora (albacore tuna), dan cakalang (skipjack tuna). Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Indonesia yang datanya bersumber dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi penangkapan tuna dan cakalang di Indonesia mengalami peningkatan sepanjang 2021 hingga 2023. Sebagian besar penangkapan tuna dan cakalang dilakukan di berbagai Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI), seperti WPP 716 (Laut Sulawesi), WPP 715 (Laut Maluku dan sekitarnya), WPP 717 (Samudera Pasifik utara Papua), dan WPP 573 (Samudera Hindia selatan Jawa dan Nusa Tenggara). Keberadaan tuna yang melimpah di wilayah-wilayah ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penangkap tuna terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Sebagai bentuk komitmen terhadap pengelolaan tuna yang berkelanjutan, Indonesia aktif berpartisipasi dalam Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs). RFMOs adalah organisasi internasional yang terdiri dari negara-negara dengan kepentingan dalam pengelolaan sumber daya perikanan di kawasan tertentu, terutama di laut lepas yang berada di luar yurisdiksi nasional. Organisasi ini berperan penting dalam mengatur kuota tangkap, musim penangkapan, spesifikasi alat tangkap, hingga upaya konservasi. Indonesia tercatat sebagai anggota Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) untuk wilayah Samudera Hindia (WPPNRI 571 dan 573) dan Western and Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC) untuk wilayah Samudera Pasifik barat dan tengah (WPPNRI 716 dan 717). Melalui keanggotaan ini, Indonesia turut serta dalam menjaga keberlanjutan stok tuna dunia sekaligus memperkuat posisi dalam perdagangan internasional.
ADVERTISEMENT
Fun Fact Tentang Tuna
Meskipun menjadi komoditas penting, ikan tuna hampir selalu dijual dalam bentuk beku dan dalam kondisi mati. Berbeda dari ikan konsumsi lain yang bisa dijual dalam keadaan hidup di pasar, tuna sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah ditemukan dalam kondisi hidup atau segar utuh. Hal ini disebabkan oleh sifat biologis unik tuna sebagai obligate ram ventilators, yaitu spesies yang harus terus berenang agar dapat bernapas. Sistem pernapasan mereka bergantung pada aliran air laut yang kaya oksigen melewati insang saat berenang. Jika tuna berhenti berenang, suplai oksigen akan terhenti, menyebabkan mereka mati lemas dalam waktu singkat.
Karena karakteristik ini, tuna sangat sulit dibudidayakan secara konvensional di kolam atau keramba. Walaupun beberapa negara seperti Jepang dan Australia telah mengembangkan teknologi budidaya tuna di laut lepas, prosesnya sangat kompleks dan berbiaya tinggi karena harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan tuna terus bergerak. Setelah ditangkap di alam, tuna umumnya langsung dibekukan dalam suhu ultra-rendah hingga-60°C menggunakan freezer khusus. Teknik ini penting untuk menjaga kualitas premium daging tuna, yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan paparan udara. Proses pembekuan cepat ini juga merupakan bagian dari sistem logistik global tuna yang sangat bergantung pada cold chain/ rantai dingin yang menjamin kualitas tetap terjaga dari laut hingga konsumen akhir.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya ikan tuna segar utuh sangat jarang dijumpai di pasar tradisional, apalagi dalam keadaan hidup. Selain ukurannya yang besar dan penanganannya yang khusus, tuna memang tidak bisa diam. Maka, ketika Anda menikmati hidangan sushi atau sasimi berbahan dasar tuna, bisa dipastikan ikan tersebut telah melewati proses pembekuan sejak sesaat setelah ditangkap dari laut lepas sebuah fakta menarik dari ikan tangguh yang tak pernah berhenti berenang sepanjang hidupnya.