Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengukir Asa di Atas Kulit: Ketika Para Penyandang Disabilitas Menjadi Pengrajin
27 Oktober 2024 1:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Giyan Windu Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di sebuah workshop yang asri di kawasan Bantul, Yogyakarta, jemari-jemari terampil bergerak lincah di atas lembaran kulit sapi. Mereka memotong, menjahit, dan membentuk bahan mentah tersebut menjadi produk fashion bernilai tinggi. Yang membuat workshop ini istimewa? Para pengrajinnya adalah penyandang disabilitas yang kini telah menjelma menjadi seniman kulit profesional.
ADVERTISEMENT
Inilah potret transformatif yang dihadirkan oleh PT Sagata Sukses Bersama, sebuah perusahaan yang berkomitmen mengembangkan potensi para penyandang disabilitas melalui kerajinan kulit. Bermula dari visi untuk menciptakan inklusivitas dalam dunia industri kreatif, perusahaan ini kini telah memberdayakan lebih dari 25 penyandang disabilitas untuk menjadi pengrajin kulit profesional.
Dari Keterbatasan Menjadi Keahlian
"Awalnya saya merasa tidak mungkin bisa membuat tas atau dompet karena keterbatasan fisik ini," ungkap Rahmad (35), seorang penyandang tunadaksa yang kini menjadi kepala tim produksi. Dengan tangan yang hanya berfungsi sebagian, ia berhasil menciptakan teknik khusus untuk mengolah kulit menjadi produk berkualitas tinggi.
Kisah serupa datang dari Siti Aminah (28), penyandang tunanetra yang mampu mengenali kualitas kulit hanya dari teksturnya. "Tuhan mengambil penglihatan saya, tapi memberikan kepekaan jari yang luar biasa. Saya bisa membedakan kualitas kulit hanya dengan menyentuhnya," jelasnya sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
Pemberdayaan yang Berkelanjutan
PT Sagata Sukses Bersama tidak sekadar memberikan pelatihan, tetapi juga memastikan keberlanjutan ekonomi para pengrajin. Setiap produk yang dihasilkan dipasarkan melalui jaringan ritel premium dengan sistem bagi hasil yang adil. Para pengrajin menerima 60% dari keuntungan bersih setiap produk yang terjual.
"Kami percaya bahwa pemberdayaan harus holistik. Bukan hanya memberikan keterampilan, tapi juga akses pasar dan sistem pendapatan yang berkelanjutan," jelas Hendrik Wijaya, Direktur Utama PT Sagata Sukses Bersama.
Produk Premium dengan Nilai Sosial
Tas, dompet, dan aksesori kulit yang dihasilkan tidak kalah dengan produk premium lainnya. Setiap item dibuat dengan standar kualitas tinggi menggunakan kulit sapi premium pilihan. Yang membedakan adalah sentuhan personal dari para pengrajin yang memberikan "jiwa" pada setiap produk.
ADVERTISEMENT
"Setiap jahitan, setiap potongan, memiliki cerita perjuangan di baliknya," tutur Maria (42), pengrajin tunawicara yang telah bergabung sejak program ini dimulai tiga tahun lalu. Karyanya kini menjadi incaran kolektor tas kulit premium.
Dampak Sosial yang Terukur
Program ini telah memberikan dampak signifikan bagi kehidupan para penyandang disabilitas:
Membuka Pintu Masa Depan
PT Sagata Sukses Bersama berencana memperluas program ini ke kota-kota lain di Indonesia. Target mereka adalah memberdayakan 1000 penyandang disabilitas menjadi pengrajin kulit profesional dalam lima tahun ke depan.
"Keterbatasan fisik bukan halangan untuk berkarya dan berprestasi. Yang dibutuhkan hanyalah kesempatan dan kepercayaan," tutup Hendrik dengan optimis.
ADVERTISEMENT
Melalui program ini, para penyandang disabilitas membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk menciptakan karya berkualitas tinggi. Mereka tidak hanya menghasilkan produk premium, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk melihat disabilitas dari perspektif yang berbeda.