Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sistem Fiat Hancurkan Ekonomi
25 September 2024 11:35 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Grup GRL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sistem fiat, yang merupakan sistem di mana uang tidak didukung oleh aset fisik seperti emas atau perak, melainkan hanya oleh kepercayaan terhadap pemerintah dan bank sentral, memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian. Salah satu kritik paling kuat terhadap sistem ini adalah bahwa sistem fiat dapat menghancurkan ekonomi produktif dalam jangka panjang. Ekonomi produktif adalah ekonomi yang didorong oleh produksi barang dan jasa nyata, inovasi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Namun, dalam sistem fiat, fokus pada penciptaan uang dari "udara" dan manipulasi kebijakan moneter dapat menciptakan ketidakseimbangan yang mempengaruhi sektor-sektor produktif ekonomi secara negatif. Berikut adalah alasan mengapa sistem fiat dapat membunuh ekonomi produktif:
ADVERTISEMENT
1. Pencetakan Uang Berlebih dan Inflasi
Salah satu kelemahan mendasar dari sistem fiat adalah kebijakan pencetakan uang yang tidak terkendali. Dalam sistem ini, bank sentral memiliki kemampuan untuk mencetak uang baru sesuai kebutuhan, terutama ketika pemerintah ingin mendanai defisit anggaran atau merespons krisis keuangan. Namun, pencetakan uang berlebih tanpa adanya dukungan dari peningkatan produktivitas ekonomi dapat menyebabkan inflasi. Inflasi, yang berarti kenaikan harga barang dan jasa, mengurangi daya beli masyarakat, sehingga konsumsi menurun. Masyarakat yang seharusnya memiliki cukup uang untuk berinvestasi dalam ekonomi produktif akhirnya malah terjebak dalam upaya mempertahankan standar hidup mereka.
Inflasi tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga merusak struktur ekonomi produktif. Para produsen barang dan jasa menghadapi kenaikan biaya input seperti bahan baku, tenaga kerja, dan transportasi. Akibatnya, margin keuntungan menyusut, yang pada gilirannya mengurangi insentif untuk melakukan investasi baru atau memperluas usaha. Dalam jangka panjang, perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sektor-sektor produksi akan mengalami stagnasi, dan ekonomi menjadi semakin bergantung pada spekulasi atau industri jasa yang tidak menghasilkan nilai nyata.
ADVERTISEMENT
2. Distorsi Suku Bunga dan Investasi yang Salah Arah
Sistem fiat memungkinkan bank sentral untuk memanipulasi suku bunga sesuai dengan kebijakan moneter yang ingin diterapkan. Ketika bank sentral menurunkan suku bunga secara signifikan untuk mendorong pinjaman dan konsumsi, hal ini sering kali menciptakan gelembung ekonomi. Dalam lingkungan suku bunga yang sangat rendah, perusahaan dan individu mungkin meminjam uang untuk investasi yang spekulatif atau konsumtif daripada yang produktif.
Sebagai contoh, penurunan suku bunga dapat memicu lonjakan dalam harga aset seperti properti atau saham. Orang-orang akan lebih tertarik untuk menginvestasikan uang mereka dalam spekulasi di pasar keuangan atau real estat, bukan dalam ekonomi produktif seperti industri manufaktur atau teknologi yang memerlukan investasi jangka panjang dan menghasilkan barang serta jasa nyata. Akibatnya, alokasi modal menjadi tidak efisien, di mana lebih banyak uang beredar di sektor-sektor spekulatif daripada di sektor-sektor yang menciptakan lapangan kerja dan inovasi.
ADVERTISEMENT
Dalam jangka panjang, distorsi ini merugikan ekonomi secara keseluruhan. Ketika gelembung aset tersebut akhirnya meledak, seperti yang terjadi pada krisis keuangan 2008, ekonomi produktif mengalami kerusakan lebih lanjut karena perusahaan-perusahaan spekulatif gulung tikar dan meninggalkan utang besar. Pemulihan ekonomi menjadi lambat karena modal yang seharusnya dialokasikan untuk aktivitas produktif terjebak dalam siklus spekulasi.
3. Ketergantungan pada Utang
Sistem fiat secara inheren mendorong peningkatan utang. Karena pemerintah tidak terikat oleh jumlah uang yang didukung oleh komoditas seperti emas, mereka lebih mudah terjerumus ke dalam praktik defisit anggaran yang terus-menerus. Dalam sistem ini, pemerintah dan sektor swasta lebih cenderung untuk meminjam daripada mengandalkan tabungan atau pendapatan dari sektor produktif. Utang tersebut sering kali digunakan untuk belanja yang tidak produktif, seperti subsidi atau proyek infrastruktur yang tidak efisien, yang pada akhirnya tidak memberikan nilai tambah yang nyata bagi ekonomi.
ADVERTISEMENT
Ketergantungan pada utang ini juga berlaku bagi konsumen. Dalam lingkungan di mana kredit sangat mudah diakses dan suku bunga rendah, konsumen cenderung meminjam lebih banyak untuk membiayai gaya hidup konsumtif, daripada mengalokasikan uang mereka untuk investasi produktif. Konsumsi yang didanai oleh utang tidak akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang karena tidak menciptakan aset atau nilai baru. Ketika utang ini semakin besar, kemampuan untuk membayar kembali menurun, yang pada akhirnya bisa memicu krisis utang dan resesi.
Dalam situasi di mana utang sudah sangat besar, baik di tingkat individu maupun nasional, pemerintah dan bank sentral mungkin tergoda untuk terus mencetak uang guna melunasi utang tersebut. Namun, hal ini hanya akan memperburuk inflasi dan mengikis lebih jauh daya beli masyarakat, sehingga menghancurkan ekonomi produktif secara sistemik.
ADVERTISEMENT
4. Ketidakadilan Distribusi Kekayaan
Sistem fiat cenderung memperburuk ketimpangan kekayaan. Ketika bank sentral mencetak uang dalam jumlah besar untuk menyelamatkan lembaga keuangan atau mendanai proyek-proyek pemerintah, uang baru ini pertama kali masuk ke tangan institusi besar seperti bank dan perusahaan multinasional. Ini adalah proses yang dikenal sebagai Cantillon Effect, di mana pihak-pihak yang pertama kali menerima uang baru mendapatkan keuntungan lebih besar karena mereka dapat menggunakannya sebelum inflasi meningkat.
Akibatnya, orang-orang kaya yang memiliki akses ke pasar keuangan dan properti dapat memanfaatkan uang baru ini untuk berinvestasi lebih jauh di sektor-sektor non-produktif, seperti real estat atau saham. Sementara itu, masyarakat kelas menengah dan bawah yang terjebak dalam konsumsi sehari-hari dan tidak memiliki akses ke pasar keuangan merasa terbebani oleh kenaikan harga barang dan jasa. Hal ini menciptakan kesenjangan yang semakin lebar antara orang kaya dan orang miskin, yang pada akhirnya merusak ekonomi produktif karena sebagian besar penduduk kehilangan daya beli dan kemampuan untuk berkontribusi pada ekonomi riil.
ADVERTISEMENT
5. Pengurangan Nilai Jangka Panjang
Karena uang fiat tidak memiliki nilai intrinsik, nilainya terus menurun dari waktu ke waktu. Nilai mata uang fiat bergantung sepenuhnya pada kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan bank sentral yang menerbitkannya. Ketika kepercayaan ini menurun, seperti yang sering terjadi di negara-negara dengan inflasi tinggi atau krisis ekonomi, nilai mata uang dapat jatuh dengan cepat.
Depresiasi mata uang ini merugikan ekonomi produktif karena harga barang dan jasa naik secara tidak terkendali. Produsen harus menaikkan harga untuk menutupi biaya input yang meningkat, yang pada gilirannya menurunkan permintaan konsumen. Ini memicu lingkaran setan di mana semakin sedikit barang yang diproduksi dan semakin tinggi tingkat pengangguran. Ekonomi akhirnya terjebak dalam siklus hiperinflasi yang sulit diatasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam jangka panjang, sistem fiat membuat masyarakat kurang menghargai pentingnya menabung dan berinvestasi dalam aset yang produktif. Karena nilai uang terus menurun, orang cenderung beralih ke spekulasi atau konsumsi jangka pendek, yang pada akhirnya merusak fondasi ekonomi produktif yang membutuhkan stabilitas nilai untuk pertumbuhan jangka panjang.
Kesimpulan
Sistem fiat, meskipun fleksibel dan dapat mendukung kebijakan moneter jangka pendek, memiliki sejumlah kelemahan struktural yang dapat membunuh ekonomi produktif dalam jangka panjang. Pencetakan uang yang berlebihan, distorsi suku bunga, ketergantungan pada utang, ketimpangan kekayaan, dan penurunan nilai jangka panjang semuanya berkontribusi terhadap penurunan sektor-sektor ekonomi yang memproduksi barang dan jasa nyata. Tanpa ekonomi produktif yang kuat, sebuah negara tidak dapat mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan stabilitas ekonomi yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam jangka panjang, solusi yang lebih berkelanjutan mungkin memerlukan peralihan dari sistem fiat menuju sistem moneter yang lebih berbasis nilai nyata atau komoditas.
ADVERTISEMENT