Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ramadhan, Non-Muslim: Nongkrong Ke Mana, Ya?
24 April 2022 15:58 WIB
Tulisan dari Hanifah Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari kaum minoritas, penduduk non-muslim Pekanbaru sudah terbiasa mengikuti kebijakan yang diambil pemerintah yang mengikuti kepentingan mayoritas. Natha, seorang mahasiswi di perguruan tinggi swasta dengan mayoritas muslim, adalah salah satunya. Natha mengaku selama bertahun-tahun hidup sebagai warga Pekanbaru, ia hanya bisa menuruti aturan yang diambil pemerintah sekalipun itu lebih condong ke masyarakat mayoritas dan tidak cukup memikirkan masyarakat minoritas.
ADVERTISEMENT
Natha adalah mahasiswi yang bisa dikatakan aktif dan membutuhkan tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugas-tugasnya, baik akademik maupun akademik, selain di rumah. Sebelum bulan puasa, Natha biasa mengunjungi kafe, itu juga masih susah karena ada beberapa pertimbangan dalam memilihnya.
Sejak dikeluarkannya surat edaran nomor 14/SE/2022 tentang Pedoman Aktivitas pada Bulan Suci Ramadhan 1443 H/ 2022 M, banyak kafe dan tempat makan lainnya yang tutup di siang hari. Hal ini terjadi karena para pemilik usaha kuliner mengikuti poin kedua berdasarkan surat edaran tersebut yang salah satunya berbunyi, ‘Restoran, rumah makan, warung makan kaki lima, kedai kopi, kafe dan sejenisnya dapat melayani makan di tempat mulai pukul 16.00 WIB’. Aturan tersebut makin membatasi pilihan Natha untuk mengerjakan tugas, atau sekadar nongkrong.
ADVERTISEMENT
Menanggapi surat edaran tersebut, Natha mengaku tidak setuju dengan aturan yang membatasinya itu. Natha mengatakan, “Nggak setuju. Tempat makan itu nggak harus ditutup semua juga. Yang punya tempat makan kan juga mau nyari uang.”
Setelah merasa bingung harus ke mana, pada Kamis (14/04), Natha pun menemukan kafe yang dibuka untuk dine in sejak pukul 13.00 WIB, melalui instagram. Namanya Atlas Coffee, berlokasi di Jalan Tarempa, tidak jauh dari taman kota. Sambil bercerita, Natha meyesap minuman ice matcha-nya. Mahasiswi Teknik Informatika itu mengatakan, tingkat kesulitannya hingga menemukan kafe tersebut berada di angka 8 dari 10. Didukung jarak tempuh yang cukup jauh juga dari rumahnya ke kafe ini.
Ternyata, setelah melakukan pengamatan dan sedikit berbincang dengan salah satu staf kafe, Jimmy, mayoritas pengunjung kafe ini adalah non-muslim. Ini dikonfirmasi oleh Jimmy yang berkata, “Yang datang ke sini kan memang rata-rata yang non muslim, kebanyakan juga Chinese.”
ADVERTISEMENT
Pelanggan yang makan di tempat pun biasanya tidak terlalu ramai dan lama. Biasanya yang lama adalah orang-orang seperti Natha, yang butuh tempat nyaman untuk mengerjakan tugas, ditambah koneksi internet gratis yang kecepatannya bisa diandalkan.
Selain berkeluh kesah tentang aturan dalam surat edaran dari pemerintah, Natha juga membagi sedikit cerita tentang berada di lingkungan orang-orang berpuasa. Kala itu, Natha merasa sakit tenggorokan karena hari sebelumnya banyak mengkonsumsi gorengan dan es. Namun, karena merasa perlu menghargai teman-temannya yang berpuasa, ia memilih untuk tidak minum.
“Minum lah, Nat, nggak apa-apa. Justru itu ujian bagi kami. Kalau kami puasa, terus Natha ikut puasa sebenarnya kami nggak apa-apa, tapi kalau Natha emang harus minum, kenapa enggak? Puasanya kan kami yang niat, kalau udah niat juga, mau gimana pun godaannya, ya kami nggak bakal tergoda.” adalah kalimat salah satu temannya yang akhirnya mendorong Natha untuk minum.
ADVERTISEMENT
Walaupun harus mengikuti aturan yang cukup membuatnya tidak terima, bagi Natha, bulan puasa tidak buruk juga. Hidup sebagai minoritas di tengah-tengah mayoritas di lingkungan sekitarnya, membuat Natha terkadang ikut berpuasa untuk menghargai orang-orang di sekitar. Bahkan tidak jarang Natha ikut menanti waktu berbuka puasa. Menurut Natha, bulan puasa itu menyenangkan karena ada suasana yang berbeda dari bulan-bulan lainnya,
“Enak aja ngikutinnya,” begitu kata Natha, sekaligus jadi penutup perbincangan hari itu.