Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Fenomena Coklat Dubai: Viralitas, Globalisasi, dan Inovasi
15 Desember 2024 18:28 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Happy Ananda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fenomena Coklat Dubai yang Mendunia
ADVERTISEMENT
Belakangan ini, media sosial heboh dengan fenomena coklat mewah asal Dubai, yang dulu dikenal dengan bahan-bahan premium dan harga selangit, hanya bisa dinikmati oleh segelintir kalangan elit. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, coklat ini menjadi viral dan kini bisa dibuat oleh siapa saja berkat tutorial kreatif yang mudah ditemukan di media sosial. Dengan bahan-bahan yang lebih terjangkau, siapa pun kini bisa menikmati coklat serupa langsung dari dapur rumah mereka.
ADVERTISEMENT
Awal Mula Coklat Dubai
Coklat Dubai pertama kali diciptakan oleh Fix Dessert Chocolatier, sebuah toko coklat di Dubai yang didirikan oleh Sarah Hamouda pada tahun 2021. Coklat ini terinspirasi dari pengalaman pribadi Sarah saat hamil, di mana ia ingin menciptakan coklat yang berbeda dari biasanya. Meskipun toko ini menawarkan berbagai jenis coklat kreatif, produk yang paling terkenal adalah coklat dengan nama "Can't Get Knafeh of It", yang kini lebih dikenal di media sosial sebagai "Coklat Dubai". Coklat ini memiliki isian pistachio dan kunafa, makanan khas Timur Tengah yang terkenal. Coklat Dubai mulai viral setelah influencer makanan Maria Vehera mengunggah video ASMR di TikTok, di mana ia menikmati coklat ini di dalam mobil. Videonya berhasil menarik perhatian hingga ditonton lebih dari 100 juta kali. Meski dihargai sekitar $20 (Rp 309.000) per batang, harga yang cukup tinggi tidak mengurangi minat para penggemar. Bahkan, permintaan terus meningkat, mengingat toko ini hanya menyediakan 500 batang coklat per hari dan hanya tersedia dari pukul 2 siang hingga 5 sore.
ADVERTISEMENT
Transformasi Eksklusivitas menjadi Aksesibilitas
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, coklat Dubai mulai menarik perhatian yang lebih luas. Rasa penasaran masyarakat mendorong banyak individu dan bisnis untuk mencoba membuat versi mereka sendiri. Produk yang dulunya hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas, kini dapat dibuat oleh siapa saja berkat resep dan tutorial yang mudah diakses di platform seperti Instagram dan TikTok. Dengan video tutorial yang rinci dan resep gratis yang dibagikan, banyak orang mulai menciptakan coklat serupa menggunakan bahan yang lebih terjangkau. Fenomena ini mencerminkan bagaimana digitalisasi dan media sosial dapat meruntuhkan batasan sosial dan ekonomi. Lebih dari sekadar makanan, ini menunjukkan bagaimana teknologi mengubah cara kita mengonsumsi budaya dan barang-barang yang sebelumnya terkesan eksklusif.
ADVERTISEMENT
Antropologi dan Globalisasi: Perspektif pada Coklat Dubai
Globalisasi adalah proses di mana berbagai kegiatan di seluruh dunia semakin terhubung dan terintegrasi, dengan semakin banyak negara yang terlibat, sehingga pengaruh pasar global semakin besar dan memengaruhi hampir semua aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, budaya, maupun sosial (Nurhaidah, Musa, I.M., 2015). Arus globalisasi yang pesat ini mendorong negara-negara untuk lebih terbuka terhadap barang dan jasa dari negara lain, menciptakan aliran yang lebih bebas dan mengurangi hambatan-hambatan perdagangan antarnegara. Dalam konteks ini, produk-produk yang dulunya hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas kini menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat luas, seiring dengan semakin berkembangnya komunikasi dan teknologi digital (Wulandari et al., 2023). Fenomena coklat Dubai adalah salah satu contoh nyata dari dampak globalisasi terhadap pola konsumsi masyarakat. Awalnya, coklat ini dianggap sebagai barang eksklusif yang sulit diakses oleh kebanyakan orang, baik karena harganya yang tinggi maupun karena distribusinya yang terbatas hanya di Dubai. Namun, berkat globalisasi, akses terhadap coklat Dubai semakin terbuka, baik melalui jasa titipan (jastip) yang memudahkan orang untuk membeli produk ini dari luar negeri, maupun melalui tutorial online yang bertebaran di berbagai platform seperti Instagram dan TikTok. Hal ini memungkinkan siapa saja untuk tidak hanya membeli coklat tersebut, tetapi juga untuk menciptakan versi mereka sendiri di rumah menggunakan bahan yang lebih terjangkau. Fenomena ini menunjukkan bagaimana globalisasi telah mengubah aksesibilitas produk, menjadikannya lebih inklusif dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.
ADVERTISEMENT
Tren Baru di Dunia Kuliner: Tantangan dan Peluang
Globalisasi telah membawa dampak signifikan terhadap budaya makanan dan cara konsumsi di masyarakat. Hal ini mencerminkan perubahan dalam nilai sosial, di mana kini kreativitas dan keterjangkauan lebih dihargai daripada sekadar status sosial. Namun, fenomena ini juga memunculkan pertanyaan: apakah dengan semakin mudahnya replikasi coklat Dubai, nilai kemewahan yang dulu melekat pada produk ini menjadi berkurang? Atau justru sebaliknya, coklat ini justru menjadi lebih menarik karena kini dapat diakses oleh lebih banyak orang?
Bagi konsumen, fenomena coklat Dubai membuka kesempatan untuk menikmati pengalaman yang sebelumnya terkesan sulit diakses, namun kini bisa didapatkan dengan lebih mudah. Dengan berbagai cara, mulai dari membeli produk siap saji yang kini lebih mudah ditemukan di pasaran, hingga mengikuti tutorial untuk membuat versi coklat serupa di rumah, siapa pun bisa merasakan sensasi coklat ini tanpa harus bepergian jauh. Sementara itu, bagi industri coklat di Dubai, perubahan ini bisa menjadi tantangan sekaligus peluang. Beberapa produsen mungkin merasa terpengaruh oleh tren yang semakin berkembang, di mana konsumen tidak hanya dapat membeli produk jadi, tetapi juga mulai mencoba membuat sendiri di rumah. Di sisi lain, hal ini juga membuka peluang bagi industri untuk berinovasi, dengan menyediakan berbagai pilihan coklat yang lebih terjangkau dan lebih mudah diakses. Produsen dapat merangkul tren ini dengan menawarkan produk yang lebih bervariasi dan menjangkau pasar yang lebih luas, baik melalui penjualan langsung maupun dengan merangkul budaya kreatif yang berkembang di kalangan konsumen. Dalam hal ini, coklat Dubai tidak hanya tersedia dalam bentuk produk mewah, tetapi juga menjadi bagian dari tren yang lebih inklusif, memungkinkan lebih banyak orang untuk menikmati dan berkreasi dengan cara mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Referensi
Food & Wine. (2023, October 10). The viral Dubai chocolate bar everyone is recreating at home. Food & Wine. https://www.foodandwine.com/viral-dubai-chocolate-bar-fix-dessert-chocolatier-8714704
Wulandari, A., & Hadi, S. (2023). The impact of global food trends on local consumption: A study on food culture in Indonesia. Journal of Management and Applied Studies, 14(2), 123-135. https://jmas.unbari.ac.id/index.php/jmas/article/viewFile/1202/633