Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bukan Zamannya Dilan Naik Motor Macho, Ini Era Hotman Naik Mobil Lambo
28 Mei 2020 15:00 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Haris Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sepeda motor dan mobil punya kelebihan dan kekurangan asing-masing. Dengan mobil, pengendara tidak perlu khawatir dengan cuaca. Baik hujan maupun panas, tetap bisa duduk manis. Sementara pengendara motor sebaliknya: ketika hujan, nggak kepanasan. Ketika cuaca panas, nggak kehujanan.
ADVERTISEMENT
Mobil biasanya digunakan untuk mereka yang berjas pada kesehariannya. Motor juga biasa dipakai mereka yang berjas. Tepatnya, jas hujan. Dengan pakaian khusus tersebut, pengendara motor bisa menerabas derai hujan. Jika tidak bawa jas hujan, mereka terpaksa berteduh di kolong flyover dan underpass (dengan ancaman kena tilang).
Sementara sepeda motor tidak memakan banyak ruang. Di jalanan, pengendara sepeda motor bisa ambil celah di tengah kemacetan. Di saat yang sama, mobil sudah stuck bersama mobil-mobil yang lain. Kelebihannya, di dalam mobil, penumpangnya masih bisa membuka gawai untuk mengeluh di media sosial betapa macetnya jalanan kota. Sedangkan pengendara motor harus menepi di pinggir jalan dulu apabila ingin buka hape untuk sekadar cek aplikasi maps.
ADVERTISEMENT
Pada titik tertentu, kemampuan ekonomi seseorang bisa naik secara signifikan. Demi meningkatkan taraf hidup, orang yang semula hanya punya sepeda motor mulai terpikir untuk memiliki sebuah mobil. Jika memang ada uangnya, tentunya hal ini tidak jadi soal. Namun, bagaimana jika memaksakan kepemilikan mobil di saat kondisi ekonomi pas-pasan?
Di satu sisi, mobil bisa menjadi solusi untuk mengangkut anggota keluarga yang lebih dari dua orang. Satu unit sepeda motor sudah tidak cukup untuk membonceng dua penumpang sekaligus, walaupun bisa sirkus. Sebab motor yang membawa penumpang lebih dari satu orang otomatis melanggar aturan berlalu lintas sehingga bisa didenda.
Di sisi lain, mobil bisa melindas celengan pada waktunya. Katakanlah saat service rutin maupun perbaikan karena insiden. Ditambah pajak kendaraan yang perlu dibayarkan setiap tahunnya. Sehari-harinya, pemilik mobil perlu menyiapkan anggaran untuk BBM, tol, dan parkir. Kalau dibeli dengan cara kredit, cicilan jadi beban pikiran setiap bulan. Jika tak kuat dompet, bersiaplah jadi bulan-bulanan perusahaan leasing.
ADVERTISEMENT
Jadi, kepemilikan mobil tidak direkomendasikan bagi yang belum mampu. Sebab hanya menjadi masalah baru. Filosofinya, kendaraan adalah mesin yang mempermudah perjalanan manusia ke tempat yang dituju. Namun, jika dalam perjalanannya justru menyusahkan, kendaraan itu menjadi kehilangan esensinya. Bukankah tidak ada seorang pun di dunia ini yang menjadikan kesulitan sebagai tujuan hidupnya?
Jika diniatkan sebagai barang produktif seperti kendaraan operasional usaha atau taksi online, masih bisa dipertimbangkan. Namun, tetap ada risiko yang perlu diperhitungkan.
Pandemi Covid-19 membuka wawasan kita bahwa usaha taksi online bisa terkena dampaknya karena tak kunjung gacor. Jika mengandalkan pemasukan dari nge-bid di aplikasi ojek online, driver taksol bisa kelabakan bayar angsuran. Sebab realisasinya tidak semua perusahaan finance memberikan relaksasi dalam bentuk kelonggaran kredit.
ADVERTISEMENT
Pada zaman dulu, memiliki motor saja sudah jadi yang paling keren di tongkrongan. Tengoklah film Dilan 1990 yang jagoannya naik motor macho. Bersama Honda CB 100 Gelatik, Dilan merasakan masa muda yang bergelora dengan kisah asmara legendaris.
Namun, masa sudah berganti. Netizen punya idola baru yang tunggangannya tidak main-main: Lamborghini. Inilah era kejayaan Hotman Paris Hutapea dan koleksi mobil berharga fantastis. Menjadi terpandang di kehidupan sosial (media) berbekal kendaraan mewah sudah dibuktikan oleh Bang Hotman. Acap kali Bang Hotman memberikan wejangan, petuah, dan kuliah asmara di Instagram, semua orang seolah mendengarkan.
Di satu kesempatan Bang Hotman membahas bahayanya lelang keperawanan yang dilakukan oleh seorang selebgram. Sembari pakai deodoran, pengacara itu keluar dari Lamborghini, lalu memberikan kata-kata mutiara. Argumentasinya terasa benar. Seperti kata Jack Ma, orang yang sukses ketika buang angin pun terdengar bijaksana.
ADVERTISEMENT
Kabar terbaru, Bang Hotman punya Toyota Alphard anti Corona. Padahal Toyota jugalah yang menciptakan Corona. Maksudnya, mobil Corona, bukan virus Corona.
Di media sosial, komparasi motor vs mobil ini kerap jadi polemik. Seorang netizen pernah caper dengan mengatakan cowok perlu punya mobil supaya bisa mengakomodir kebutuhan cewek. Jika diajak jalan naik motor, dandanan cewek bisa berantakan kena angin, begitu tuturnya. Namun, tak sedikit kaum hawa membantah opini tersebut. Menurut cewek-cewek, tak mengapa mereka naik motor.
Nyatanya, memang tidak semua orang materialistis. Jangan lupakan di dunia ini masih ada yang memilih tidak memiliki kendaraan pribadi karena mengandalkan transportasi umum. Dengan naik bus, sedikit-sedikit mengurangi polusi udara. Bahkan ada juga yang memilih jalan kaki ke mana-mana dengan alasan kesehatan dan peduli lingkungan.
ADVERTISEMENT
Untuk keinginan beralih dari motor ke mobil, mengapa tidak mengambil jalan tengahnya? Jika tidak bisa jadi pujaan seperti Dilan yang hanya menunggang motor, apalagi borong mobil mahal ala Bang Hotman, cobalah cara yang dipakai Rangga di film Ada Apa dengan Cinta 2: mengajak Cinta keliling Jogja bermodalkan mobil sewaan.