Konten dari Pengguna

Yamaha Mio Perjuangkan Kesetaraan Gender Sekaligus Meruntuhkan Toxic Masculinity

Haris Firmansyah
Penulis buku 'Petualangan Seperempat Abad'.
19 Juni 2020 15:34 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Motor Matic. Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Motor Matic. Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
ADVERTISEMENT
Awalnya, sepeda motor identik dengan nilai-nilai maskulinitas. Itulah yang memprakarsai Yamaha mengeluarkan sepeda motor matik yang diberi nama Mio untuk menarik hati pengendara perempuan. Pada satu percobaan yang mantap itulah produksi Yamaha Mio ditujukan khusus untuk cewek sebagai prospekan dan membuka pasaran baru. Jargonnya saja, motor paling cocok untuk wanita.
ADVERTISEMENT
Sejak era tahun 2000an, iklan Yamaha dibintangi oleh Komeng. Kecuali iklan piano, walaupun sama-sama keluaran Yamaha, Komeng nggak di-calling buat ngegeber alat musik. Barulah di iklan Yamaha Mio, Komeng hanya jadi tokoh sampingan. Sebab pemeran utamanya adalah Tessa Kaunang.
Di iklan itu, Komeng tampak was-was karena mengira Tessa diajak naik motor sama kecengan barunya. Sebab Tessa nggak mau dijemput pakai motornya Komeng. Peran Komeng di sini seolah menggambarkan pemikiran umum pada masa itu: cewek tidak bisa ke mana-mana tanpa cowok.
Begitu sampai, Komeng kaget karena Tessa nongol di TKP seorang diri. Tidak diantar pakai motor cowok lain. Alih-alih mengenalkan cowok yang jadi gebetannya, Tessa malah mengenalkan Yamaha Mio yang sempat bikin Komeng cemburu.
ADVERTISEMENT
Komeng langsung komen, “Wuih, cakep juga!” Yang dibilang cakep adalah Yamaha Mio warna kuning generasi pertama. Harganya masih 9 jutaan kala itu.
Sejak itulah, Tessa dan cewek lainnya bisa ke mana saja karena sudah ada motor sendiri. Di akhir iklan, Tessa mengeluarkan kalimat pamungkas, “ Yamaha Mio. Wanita jangan mau ketinggalan.” Sebuah narasi yang membangkitkan perlawanan sosial demi emansipasi wanita. Kendati penggeraknya tetap semangat kapitalisme ala industrialis kendaraan bermotor.
Bisa dibilang yang dilakukan Yamaha dengan mengeluarkan Mio adalah perjuangan untuk kesetaraan gender. Sebuah penegasan bahwa motor tidak hanya milik laki-laki. Sebab mengendarai sepeda motor juga hak perempuan. Ditambah sudah ada Yamaha Mio sebagai motor untuk cewek.
Kelebihan motor matik dibandingkan motor bebek adalah tidak ada giginya. Cuma gas doang. Kalau cuma ngegas, setiap manusia yang punya emosi pasti bisa. Sebelum melajukan motor, pengendara Mio tidak perlu masukin gigi. Jadi, bisa unjuk gigi di jalanan. Baik secara kiasan maupun harfiah.
ADVERTISEMENT
Yamaha Mio sebagai pelopor motor matik punya predikat nyaman dipakai dan mudah dikendarai. Sebuah penetrasi pasar yang menggoda. Di satu sisi menunjukkan keunggulan produk. Di sisi lain menganggap cewek-cewek tidak bisa diajak susah, seperti ngoper gigi dan main kopling. Maunya yang gampang-gampang saja: ngegas dan ngerem, repeat.
Tentu saja, kredo itu mudah sekali dipatahkan oleh Raya Kitty yang piawai memacu motor Ninja di sinetron Anak Jalanan.
Di seri iklan lainnya, Bunga Citra Lestari jadi bintangnya. BCL diwanti-wanti oleh Didi Petet yang jadi bapaknya kalau si Mami tidak mengizinkan anak perempuannya bawa motor sendiri. Buat apa beli motor? Kan bisa naik angkot.
Dengan logat Nagabonar, Deddy Mizwar tahu-tahu menyanggah bahwa zaman sudah berubah, wanita pun sudah maju.
ADVERTISEMENT
BCL hanya bisa melamun. Membayangkan sisa hidupnya dihabiskan dengan dempet-dempetan dalam angkot. Sementara di jalanan cewek-cewek sudah bawa motor sendiri.
Si Mami yang semula antipati dengan motor, ketika menjajal Yamaha Mio, malah ketagihan. Diperlihatkan Si Mami (yang diperankan oleh stuntman) beratraksi dengan Mio, ngepot di tikungan. Endingnya, si Mami minta ke Papi untuk beliin Mio buat anak-anaknya.
Keluarga BCL di iklan itu hanyalah gambaran dari apa yang terjadi di lapangan. Banyak anak yang dibelikan Yamaha Mio oleh orang tuanya.
Yamaha Mio yang semula di-branding khusus untuk perempuan, berangsur-angsur menjadi motor yang cocok dipakai remaja belajar motor. Seiring makin banyaknya konsumen yang mengangsur demi kepemilikan motor secara kredit, Yamaha Mio perlahan tapi pasti menjadi motor unisex yang pas untuk semua gender.
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, motor matik tidak hanya untuk wanita. Justru eksistensi motor matik disebut-sebut sebagai pengganti motor bebek yang sebelumnya umum digunakan. Kesimpulannya, tidak hanya perempuan, semua orang terlepas apa jenis kelaminnya suka dengan kemudahan dalam mengoperasikan motor matik.
Slogan Yamaha Mio pun berganti, hanya kalimat: “Jangan mau ketinggalan!” Namun, Yamaha Mio terkenal boros BBM. Sekali geber, dua-tiga Pertamini kehabisan stok bensin. Walaupun slogannya ‘jangan mau ketinggalan’, kalau kehabisan bensin di tengah jalan tetap bisa ketinggalan juga. Tahu-tahu sudah kebalap dengan batu peliharannya Patrick Star.
Di pasaran, Yamaha Mio kedatangan penantang baru dari pabrik saingan. Honda dan Suzuki tak mau kalah mengeluarkan produk motor matik andalan mereka. Sebut saja BeAt, Vario, Spin, Skywave, dll. Rivalitas inilah yang membuat produsen merasa tertantang untuk berinovasi dan mengembangkan produknya menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Walaupun Yamaha Mio dikhususkan untuk perempuan, laki-laki tidak lantas kehilangan maskulinitasnya ketika menjajal motor matik ini. Yamaha Mio yang diniatkan memperjuangkan kesetaraan gender, berujung meruntuhkan toxic masculinity.
Lelaki tidak harus naik motor laki seperti Byson dan Vixion. Seorang pria naik Mio pun tetaplah lelaki.