Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bisakah Melihat Hantu ?
17 Juli 2018 14:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Haris Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Ilustrasi Hantu. Sumber Foto : www.som-plaks.blogspot.com)
Kalau dipikir-pikir, membahas segala hal yang terkait dengan hantu seakan tidak ada habisnya. Sampai kapanpun hal seperti ini akan terus menjadi pembicaraan orang karena seakan selalu hadir dalam setiap kehidupan. Walau pun belum tentu semua orang bisa melihatnya. Menurut saya ini menjadi tidak masuk akal saat membahas hal yang tidak bisa dilihat. Yang ada hanya membicaran asumsi masing-masing bukan fakta yang sebenernya.
ADVERTISEMENT
Saya percaya Tuhan menciptakan makhluk hidup selain manusia. Baik yang bisa dilihat dengan mata atau tidak. Disini saya tidak akan membahas dari sisi agama karena saya tidak punya kompetensi di bidang itu. Hanya membahasnya dari sisi keilmuan pikiran bawah sadar. Memang bisa ?
Bahwa semua konsep atau hal yang diyakini oleh indra penglihatan manusia berasal dari pikiran bawah sadar. Dan kedua nya ada bukan karena kebetulan. Ada momen atau peristiwa tertentu yang pada akhirnya tertanam di bawah sadar. Bicara soal hantu, beberapa orang menganggap secara visual berbeda-beda. Ada yang bersosok perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, mengenakan kain kafan, menggunakan gaun atau telanjang dada. Mungkin selain dari itu, masih banyak lagi konsep sosok hantu.
ADVERTISEMENT
Apakah yang dilihat orang benar adanya? Belum tentu jawabannya. Apalagi agak sulit menentukan indikator sosok dari hantu. Yang ada hanya asumsi dari setiap pikiran orang. Misalnya, jika seorang perempuan meninggal, maka orang-orang akan berpendapat pasti saat menjadi hantu sosoknya perempuan juga. Dan biasa nya orang melihatnya perempuan tersebut mengenakan kain kafan atau gaun panjang. Ini yang pada umumnya disebut sebagai sosok pocong dan kuntilanak.
Kenapa kain kafan? Sudah menjadi tradisi orang Islam di Indonesia terutama, saat seseorang sudah meninggal sebelum dimakamkan maka dibungkus kain kafan terlebih dahulu. Ini berbeda dengan tradisi penganut Kristen di Indonesia, saat meninggal diberikan pakaian formal lengkap. Jadi saat meninggal, tidak mungkin penganut Kristen berupa pocong begitu pun sebaliknya. Mengapa bisa seperti itu? Karena konsep agama yang dianut hingga akhirnya menjadi keyakinan (sesuatu yang diyakini, bukan terkait agama) kuat didalam pikirannya.
ADVERTISEMENT
Saat menjadi keyakinan kuat, berikutnya pikiran bawah sadar akan mengaplikasikannya dalam bentuk tindakan berupa memberi informasi kepada indra penglihatan (mata) jika melihat hantu maka sosoknya adalah pocong. Ini berlaku jika orang tersebut penganut agama Islam (untuk contoh pocong). Keyakinan tersebut bisa lebih mendarah daging istilahnya jika saat kecil, orang tua mereka, entah disengaja atau tidak, menanamkan konsep tentang sosok hantu. Khususnya di Indonesia, dimana cerita mitos memiliki pengaruh kuat ke pikiran bawah sadar semua orang, sehingga sangat mudah memberikan konsep tersebut.
Mitos terkait dengan cerita rakyat atau cerita di suatu daerah. Karena setiap daerah punya kondisi psikologi, sosiologi, geografi dan antropologi yang berbeda-beda, maka cerita mitosnya juga berbeda. Mungkin konsep sosok hantu di Sumatera Barat dengan di Jawa Timur pasti berbeda.
ADVERTISEMENT
Kenapa masyarakat Indonesia sangat percaya dengan mitos. Prof. DR James Danandjaja, Antropolog dan pakar Folklor Universitas Indonesia pernah mengatakan penyebabnya karena mereka menganut agama. Apalagi sejak dahulu, masyarakat Indonesia, sebelum mengenal agama, percaya dengan konsep animisme dan dinamisme. Di dalam mitos, terkandung cerita-cerita tentang dewa, manusia setengah dewa, asal usul adat, manusia dan hewan yang dianggap benar-benar terjadi atau pernah terjadi di suatu daerah. Dan cerita mitos ini sudah ada sejak lama dan menyebar secara turun-temurun dari orang tua ke anak hingga ke generasi berikutnya.
Karena masyarakat Indonesia sangat percaya mitos dan beragama, itu sebabnya orang asing diluar Indonesia, terutama Eropa dan Amerika mereka tidak percaya hantu. Penyebabnya disana tidak ada cerita mitos yang turun temurun dan pelaksanaan beragama mereka tidak sekuat orang Indonesia. Walau pun di luar Indonesia ada konsep sosok hantu. Seperti zombie, drakula atau frankeinstein. Sama seperti disini, ketiga konsep itu hanya mitos yang berkembang di daerah asalnya saja.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan hantu, saya pernah punya pengalaman yang bisa dikaitkan antara sosok hantu dan konsep. Beberapa tahun lalu, ini murni iseng-iseng saat baru belajar Hipnosis, mau mencoba kemampuan fokus seseorang. Sebagai subjek, saat itu ada dua orang, A dan B. A adalah supir pribadi teman saya dan B adalah teman saya, warga negara Singapura yang sudah 5 tahun tinggal di Indonesia. Dan saya yang akan menghipnosis mereka berdua. Singkat cerita, mereka diberi sugesti saat membuka mata, mereka melihat pocong berukuran besar ada di pojok ruangan. Pertama, saya membangunkan A, setelah membuka mata, A langsung ketakutan karena merasa benar-benar melihat pocong. A langsung saya hipnosis kembali dan menghilangkan sugesti tersebut. Kemudian saya bangunkan B, uniknya B tidak ada rasa takut dan hanya melihat ke sekeliling ruangan. Saya tanya apakah kamu melihat pocong. Dia hanya menjawab, pocong itu apa? Dari cerita itu Anda simpulkan sendiri.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini saya tutup dengan sebuah joke, mungkin Anda pernah mendengar sebelumnya. Saya masukan karena terkait dengan tulisan saya. Menurut cerita, sosok hantu di sebuah negara mencerminkan tingkat ekonomi negara tersebut. Negara-negara yang punya sosok hantu seperti drakula, frankenstein, termasuk sosok yang berpenampilan rapih itu karena negara tersebut punya pendapatan ekonomi yang sangat bagus. Kondisi ini berbeda saat melihat Indonesia. Dimana hantu nya mengenakan pakaian compang camping, kotor, lusuh bahkan tidak mengenakan pakaian. Jadi wajar pendapatan ekonomi Indonesia lebih rendah dibanding negara yang hantu-hantu nya berpakaian rapih. .