Konten dari Pengguna

Anggaran HAM: Komitmen Nyata untuk Keadilan, Bukan Sekadar Nominal

Junet Hariyo Setiawan
Editor Yure Humano Journal of Law, Editor Ordonnantie and Delegatie Journal of Law, Penulis Buku Sejarah KAI 2021
29 Oktober 2024 21:18 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Junet Hariyo Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi HAM: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi HAM: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Dalam satu dekade terakhir, tuntutan masyarakat akan peningkatan anggaran untuk Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia semakin meluas dan lantang. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran akan hak-hak fundamental yang wajib dimiliki setiap warga negara, di tengah tantangan sosial, ekonomi, dan politik yang terus berkembang. Peningkatan anggaran HAM bukan hanya soal nominal angka, melainkan tentang komitmen nyata untuk menciptakan lingkungan yang aman dan adil bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama bagi kelompok marginal dan rentan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2024, anggaran HAM Indonesia meningkat menjadi Rp64 miliar, naik dari Rp30 miliar pada tahun 2015. Rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 12,59% ini memang memberi sinyal positif, namun angka tersebut masih jauh dari cukup untuk mengatasi tantangan HAM yang semakin kompleks dan mendesak. Dalam konteks global, anggaran HAM yang kuat mencerminkan komitmen pemerintah dalam melindungi dan memajukan hak asasi warganya serta menjadi indikator kredibilitas suatu negara di mata internasional.
Dukungan Finansial: Pilar Utama dalam Penegakan HAM
Tanpa dukungan finansial yang memadai, perlindungan HAM rentan menjadi sekadar retorika tanpa tindakan nyata. Penegakan HAM membutuhkan biaya besar, mulai dari investigasi hingga proses hukum yang adil. Ketika pelanggaran terjadi, lembaga HAM sering kali menemui kendala akibat keterbatasan dana, yang akhirnya menghambat proses penyelesaian dan pemulihan bagi korban. Dana yang terbatas tidak hanya menghambat kemampuan pemerintah dalam menindaklanjuti kasus, tetapi juga meredupkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan dan hukum yang ada.
ADVERTISEMENT
Dengan dukungan finansial yang lebih kuat, lembaga HAM di Indonesia akan mampu merespons berbagai pelanggaran HAM dengan cepat dan efisien. Investigasi yang cepat dan proses hukum yang tepat dapat memberikan rasa keadilan bagi korban dan mencegah terjadinya pelanggaran serupa di masa depan. Ini tidak hanya memberi keadilan bagi korban, tetapi juga menguatkan peran HAM sebagai fondasi masyarakat yang bermartabat.
Menjangkau Daerah Terpencil: Kualitas dan Persebaran Perlindungan HAM
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keberagaman etnis, budaya, dan geografis. Situasi ini menciptakan tantangan tersendiri dalam penegakan HAM, terutama ketika harus menjangkau daerah-daerah terpencil dan masyarakat yang jauh dari pusat pemerintahan. Sebagai negara dengan luas wilayah yang besar dan penduduk yang tersebar di ribuan pulau, ada banyak hambatan geografis yang menghalangi akses masyarakat di daerah terpencil untuk memperoleh perlindungan HAM.
ADVERTISEMENT
Dalam teori aksesibilitas, dikatakan bahwa akses yang merata terhadap layanan dasar adalah salah satu hak fundamental yang harus dipenuhi oleh negara. Peningkatan anggaran yang signifikan diperlukan agar lembaga HAM dapat menjangkau daerah-daerah terpencil ini dan memastikan bahwa semua warga negara mendapatkan perlindungan yang setara. Pendanaan yang memadai dapat membantu pemerintah mendirikan kantor cabang HAM di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau serta melatih staf dan petugas yang mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada di lapangan. Hal ini akan memastikan bahwa pelayanan HAM yang menyeluruh dapat diakses oleh semua, sehingga tidak ada warga negara yang merasa tertinggal atau diabaikan oleh sistem hukum.
Menggapai Kelompok Marginal: Aksesibilitas dan Penyelesaian Kasus
Kelompok marginal, seperti masyarakat adat dan minoritas, sering kali menghadapi hambatan besar dalam mengakses layanan HAM. Mereka yang tinggal di daerah konflik atau wilayah yang sulit dijangkau sering kali berada dalam posisi yang paling rentan terhadap pelanggaran HAM, namun juga paling sering terabaikan dalam proses penyelesaiannya. Tanpa anggaran yang mencukupi, pelanggaran HAM terhadap kelompok rentan ini sering kali tidak tertangani dengan baik, yang berpotensi melanggengkan siklus kekerasan dan ketidakadilan.
ADVERTISEMENT
Penambahan anggaran yang memadai memungkinkan terciptanya akses bantuan hukum yang lebih merata serta dukungan psikososial bagi korban pelanggaran HAM. Dengan demikian, negara hadir bukan hanya secara simbolik, tetapi secara nyata bagi mereka yang membutuhkan. Pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan organisasi non-pemerintah yang memiliki keahlian khusus dalam penanganan kelompok rentan, menciptakan program-program rehabilitasi, dan mendukung pengembangan kebijakan yang melindungi masyarakat marginal dari berbagai bentuk diskriminasi.
Mengutamakan Transparansi dan Akuntabilitas
Selain alokasi dana yang cukup, transparansi dan akuntabilitas merupakan dua prinsip utama dalam pengelolaan anggaran publik untuk perlindungan HAM. Dalam teori tata kelola yang baik (good governance), setiap pengeluaran dana publik harus dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa anggaran yang diperuntukkan bagi HAM tidak disalahgunakan dan benar-benar dialokasikan untuk perlindungan warga negara.
ADVERTISEMENT
Melalui pengawasan publik yang kuat, masyarakat dapat memantau alokasi dan penggunaan anggaran HAM. Ini tidak hanya akan meningkatkan rasa kepercayaan publik terhadap pemerintah, tetapi juga memberikan rasa aman bahwa dana publik digunakan secara optimal untuk kepentingan bersama. Pemerintah dapat melakukan upaya untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pengawasan, misalnya dengan melibatkan LSM, akademisi, dan media dalam menyusun laporan berkala yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Transparansi ini mendukung terciptanya kepercayaan publik dan memastikan bahwa perlindungan HAM yang dijanjikan benar-benar terealisasi.
Komitmen Internasional: Lebih dari Sekadar Reputasi
Komitmen terhadap HAM bukan hanya soal reputasi internasional, tetapi juga merupakan tanggung jawab global. Investasi dalam perlindungan HAM tidak hanya berdampak bagi masyarakat domestik tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. Komitmen pada HAM menjadi indikator kredibilitas suatu negara di kancah internasional. Dalam persaingan diplomasi global, posisi Indonesia dapat diperkuat dengan menunjukkan keseriusan dalam melindungi hak asasi warganya. Dengan anggaran HAM yang memadai, Indonesia dapat menjadi contoh positif di kawasan Asia Tenggara dan menunjukkan komitmen nyata terhadap perlindungan HAM yang menghormati hak-hak individu.
ADVERTISEMENT
Dukungan internasional bagi Indonesia bisa semakin besar jika negara ini mampu menunjukkan komitmen nyata terhadap HAM. Kemitraan internasional dapat dibangun dengan negara-negara yang memiliki kebijakan HAM yang kuat, yang pada gilirannya akan membuka peluang untuk kolaborasi di berbagai bidang seperti pendidikan, teknologi, dan perdagangan. Oleh karena itu, komitmen dalam mendukung HAM tidak hanya memberikan perlindungan bagi masyarakat domestik tetapi juga membangun citra Indonesia sebagai negara yang mengedepankan keadilan, kebebasan, dan tanggung jawab.
Menuju Komitmen yang Lebih Kuat untuk HAM
Permintaan untuk meningkatkan anggaran HAM bukanlah tuntutan yang berlebihan. Ini adalah panggilan bagi pemerintah untuk menjadikan HAM sebagai inti pembangunan bangsa yang adil dan inklusif. Sementara peningkatan anggaran sebesar 12,59% per tahun memberikan sinyal positif, kebutuhan yang ada jauh lebih besar dibandingkan alokasi dana saat ini. Berdasarkan teori keadilan distributif, anggaran yang memadai adalah keharusan untuk memastikan bahwa setiap warga negara, di mana pun mereka berada, dapat merasakan perlindungan yang setara.
ADVERTISEMENT
Dengan anggaran yang lebih signifikan, Indonesia dapat menciptakan sistem perlindungan HAM yang kokoh, transparan, dan bertanggung jawab. Peningkatan anggaran ini harus diiringi dengan komitmen untuk menjaga akuntabilitas pengelolaan dana publik. Pengawasan ketat, pelaporan berkala, serta keterlibatan publik dalam proses ini akan menjamin bahwa setiap dana yang dikeluarkan benar-benar bermanfaat bagi rakyat Indonesia.
Akhirnya, tanggung jawab kita untuk melindungi HAM bukan sekadar memenuhi kewajiban hukum, tetapi merupakan panggilan moral untuk membentuk bangsa yang lebih beradab. Anggaran yang memadai untuk HAM bukanlah beban, melainkan investasi jangka panjang yang akan memberikan dampak positif bagi seluruh elemen masyarakat. Melalui komitmen yang kuat, Indonesia dapat menjadi negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, yang pada gilirannya akan menginspirasi bangsa lain untuk melakukan hal yang sama.
ADVERTISEMENT